Alena menarik nafas, langkahnya mantap menyusuri lorong-lorong di kampusnya, Sementara Nizam berjalan agak jauh di depannya. Pohon-pohon palem tampak berjajar rapih. Di dinding sebuah gedung administrasi dipenuhi tanaman merambat hijau tetapi memiliki bunga seperti lonceng berwarna ungu. Langit tampak berwarna biru dihiasi awan yang putih. Alena mengenakan blouse bewarna merah muda dari bahan tipis sehingga ia merasakan sejuknya angin yang berhembus membelai kulitnya. Rambut ikalnya dijepit oleh hiasan rambut berwarna hitam dengan mutiara putih disekelilingnya. Rambutnya digulung ke atas sehingga tekuknya terlihat mulus dihiasi juntaian anak rambut yang membuat setiap orang yang memandangnya ingin mengelus bahkan ingin menjilatnya. Jeans ketat mencetak bentuk tubuhnya yang sempurna semakin sempurna.
Dada Alena sedikit berdebar-debar, Ia dan Cyntia sudah mempelajari kemana saja Nizam menghabiskan waktunya. Setiap kali ada jeda waktu antara dua mata kuliah biasanya Nizam menunggu di perpustakaan. Ketika ia melihat tubuh tinggi itu menyelinap ke luar. Diam-diam Alena mengikutinya dari belakang. Kebetulan Cyntia tidak bisa menemani karena ia harus menghadap Dosen mata kuliah Manajemen untuk membereskan tugas yang belum siap.
Alena berjalan sedikit perlahan agar langkahnya tidak ketahuan oleh Nizam. Ia sengaja pakai sepatu sneakers agar langkahnya lebih ringan dan kedap suara. Ia juga sengaja memakai celana jeans agar ia lebih leluasa bergerak. Langkah Nizam panjang-panjang karena kakinya juga panjang-panjang. Untungnya Nizam berjalan agak santai sehingga ia tidak harus berlari-lari.
Perpustakaan Kampus ada di pertengahan wilayah kampus. Perpustakaan modern dengan interior yang mewah. Semua pendataan buku sudah terkomputerisasi. Biasanya Alena jarang sekali ke perpustakaan. Ia tidak suka membaca buku, kalau pun membaca ia paling banter membaca novel ringan. Hanya kali ini ia bersedia ke perpustakaan. Begitu kaki melangkah ke dalam, udara sejuk terasa menyegarkan. Alena sembunyi di balik rak buku sejarah. Ia memperhatikan ke arah mana Nizam pergi. Nizam yang mengenakan Kemeja dari bahan Flanel tampak semakin tampan. Alena tidak pernah melihat Nizam mengenakan kemeja tangan pendek. Selalu tangan panjang dan bercelana panjang. Padahal Alena yakin di sebalik pakaian tertutupnya ada tubuh seksi yang mempesona.
Tiba-tiba Nizam menghilang dari pandangan mata Alena. Alena mengedarkan pandangan matanya mencari-cari. Ia bergegas menghampiri gadis yang berdiri di dekat rak buku-buku Statistik. Ia berbisik. "Apa Kamu melihat seorang pria lewat sini?"
" Pria tampan yang memakai baju kotak-kotak kah? " Si gadis balik bertanya. Rupanya ketampanan Nizam menarik perhatian gadis itu sehingga dia tahu kemana dia pergi.
"Ya.. ya betul, kemana Dia?" Tanya Alena lagi.
"Dia berjalan ke arah sana.. " Gadis itu menunjukkan tangannya ke arah Kanan. Tanpa menunggu lama Alena segera berjalan ke arah sana setelah mengucapkan terima kasih. Akhirnya Alena melihat Nizam berdiri disamping rak buku kepemerintahan. Ia terlihat asyik memilih buku. Alena heran, ngapain Mahasiswa Ekonomi membaca buku kepemerintahan. Buang-buang waktu saja padahal bahan bacaan materi ekonomi saja begitu banyak. Saking banyaknya Alena bahkan tidak berniat membacanya. Alena memutari rak dan sengaja mengambil arah yang tidak terlihat oleh Nizam. Dan Alena pura-pura sedang memilih buku sambil berjalan ke arah Nizam dari belakang. Kemudian sesuai strategi yang pertama Alena sengaja menabrak Nizam dari belakang. "Brak.. buku yang dipegang Nizam terjatuh. Nizam berseru kaget "Astaghfirulloh" Ia langsung membungkuk mengambil buku. Alena segera ikut mengambil buku bahkan ia sengaja membenturkan kepalanya ke kepala Nizam. "Ouch... I am sorry." Kata Alena sambil mengusap-ngusap keningnya. "Are you okey? "Tanya Nizam sambil melihat ke wajah orang yang menabraknya. Begitu dilihatnya wajah Alena yang terlihat olehnya. Mata tajam Nizam langsung terbelalak wajahnya membeku. "Apa yang kamu lakukan disini? " Tanyanya.
"Apa yang kamu maksud? Pertanyaan bodoh, Aku disini tentu saja untuk membaca buku. " Kata Alena dengan pongah. Nizam mengerutkan Keningnya. "Apa kamu membaca buku kepemerintahan juga? " tanya Nizam kemudian sambil melihat ke arahnya. Hampir saja Alena meloncat-loncat kegirangan. Selama dia sekelas dengan Nizam baru kali ini ia ditanya dan ditatap oleh Nizam. Segitu saja sudah berhasil membuat Alena tambah mabuk kebayang.
"Oh ya, kebetulan aku sedang ingin membaca tentang kepemerintahan, maklum saja di negaraku tahun ini akan diselenggarakan pemilihan presiden." Jawab Alena ngasal.
Nizam tambah kebingungan, matanya menyelidiki tapi Alena malah menatapnya dengan genit. Lidahnya sengaja dijulurkan sedikit menjilat bibir bawah dan kemudian saling menggigit-gigit bibir bawah dan atas. Nizam tercengang ia segera memalingkan muka dan membalikkan badan. Tampak sekali ia tidak menyukai gaya Alena. "Ok Alena.. silahkan melanjutkan membacanya kebetulan buku yang akan kubaca sudah kutemukan." Langkah Nizam terlihat sangat cepat meninggalkan dirinya.
Alena tersenyum licik. "Strategi pertama berhasil " Bisik Alena kegirangan.
Ya strategi pertama adalah berupaya agar Nizam berbicara padanya. Strategi yang dirancang Cyntia benar-benar berhasil.
***