Cynthia menatap Nizam yang terbaring di ruangan ICU dengan kondisi yang memprihatinkan. Selang infus, alat bantu pernapasan dan alat pendeteksi denyut jantung semua terhubung ke monitor. Sudah kering rasanya air yang keluar dari matanya yang berwarna biru cerah itu. Pangeran Thalal hanya berdiri di samping tubuh manusia yang sangat Ia kagumi itu. Bahkan melebihi kekagumannya kepada ayahnya sendiri. Pangeran Thalal lebih menganggap Nizam sebagai kakak sekaligus ayah.
"Bagaimana mungkin ini semua bisa terjadi?" Suara Cynthia bergetar sambil memegang lengan Nizam. Tampak tidak ada tanda-tanda Nizam akan siuman melihat betapa banyak luka yang di derita Nizam. Ia seperti orang yang dipukuli habis-habisan, banyak bagian tubuh yang terbalut perban dan nafas yang turun naik itu tampak sangat lemah, tetapi hanya itu yang menunjukkan kalau Nizam masih hidup.