Bell! Loe mau kemana? Hhhmm … Bukannya kita masih ada kelas berikutnya, ya?" Panggil aku, aku terus memanggil Isabella. Karena dia adalah sahabat paling denganku saat ini.
Aku pun langsung berjalan keluar dari gedung dengan eskpresi wajah penuh masam dan perasaanku sedikit kesal karena Isabella tidak mau mendengarkan ucapan aku.
"Loe manggil gue ras? Hahahaha … Gue mau pergi sebentar, ke kantin. Mau beli kopi dulu. Soalnya, kepala gue kerasa sakit banget. Haistt … Ngantuk berat nih. Kan loe tahu sendirian kan, entar ada satu Mata pelajaran yang gue denger sih, Dosennya baru loh. Loe tau kan, Dosen baru yang baru itu, kita gak tahu sifat dia gimana nantinya?" Ucap Isabella sambil menatap kearah aku dan dia pun melanjutkan ucapannya lagi, " Ahh iya, nanti juga, bukankah kita ada undangan acara afternoon tea ya! Di … di lobby gedung C untuk menyambut dosen baru kita itu? Hhhmm … itu benar kan?" Tanya Isabella dan kini, sambil berjalan menuju kantin di kampus yang tentunya, dia ingin membeli satu cangkir kopi yang ingin dia nikmati saat ini. Kebetulan, letak kantin itu, tidak jauh dari gedung C.
Sambil berjalan, Aku pun kembali bertanya kepada Isabella.
"Terus. Loe kan tahu kalau dia dosen baru dan loe juga keliatan ketakutan. Tapi, kenapa loe mau minum kopi sekarang? Bukannya loe sendiri tahu, kalau waktu kita ini, enggak banyak lagi?" Tanya aku dengan nada sedikit kesal. Aku merasa sangat bingung dengan tingkah Isabella yang terlihat seperti ingin membuat masalah saja.
Mendengar ucapan aku.
Isabella menghentikan langkahnya dan menatap sahabatnya itu sambil tersenyum tanpa bicara apapun lagi.
Melihat itu, aku hanya menghela nafas panjang dan berkata, "Huh! Dasar penggila kopi! Karena loe masih terus keras kepala. Gue nyerah. Gue mau nganter loe buat beli tuh kopi kesayang loe itu, " Ucapku sambil menoyor kepala sahabatku yang keras kepala itu.
Keduanya pun tertawa bersam dan berjalan menuju kantin tempat tujuan keduanya saat ini.
Isabella Diryokusuma adalah sahabat karibku semenjak SMU di Jakarta. Orang tua kami memutuskan untuk menggirimkan kami untuk melanjutkan study ke Sydney, Australia, dengan harapan supaya kami bisa cepat menyelesaikan study kami dan kembali ke tanah air.
Namaku adalah Raden Ajeng Larasati Dwipuspitasari. Papaku adalah keturunan trah dari kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, walaupun papa hidup dan bekerja di Jakarta.
Aku hanya tahu semua angah unguh jawa ya dari mama, jadi aku adalah orang jawa coret.
Untungnya aku adalah anak satu-satunya di keluargaku.
Tiba-tiba teleponku berdering dan nama mama muncul di layar telepon.