Written by : Siska Friestiani
LoCC : 2014
Re-publish Web Novel: 22 September 2020
💕 Siskahaling
"Alyssa!" Alyssa memejamkan kedua matanya rapat-rapat saat suara cempreng nan melengking itu memekakkan kedua telinganya. Jangan tanya siapa pemilik suara itu yang jelas Alyssa akan membunuhnya setelah ini.
"Al, ceritakan kepadaku bagaimana kau bisa ke pesta Dregas bersama sepupuku?" tanpa ada pembukaan dan basa-basi orang itu langsung bertanya yang sama sekali tidak Alyssa mengerti.
"Ke pesta Dregas bersama sepupumu? Ayolah Sivia aku sedang tidak ingin bercanda, tugasku masih banyak yang harus aku selesaikan" ucap Alyssa dengan nada benar-benar tak suka. Jika tidak mengingat siapa Sivia mungkin ia sudah membunuhnya sejak pertama mereka bertemu.
"Maksudku Mario" Ralat Sivia, Alyssa mengerenyit.
"Jadi Mario sepupumu?"
"Aku butuh ceritamu bukan pertanyaan balik" sinis Sivia saat Alyssa terlalu bertele-tele menurutnya.
"Hanya kebetulan, Mario mengetahui aku juga mendapat undangan itu dan kemudian mengajakku berangkat bersama" jelas Alyssa dengan tangan yang kembali membolak-balik kertas-kertas kesayangannya.
"Oh ayolah Al, aku tau ceritanya tidak seperti itu"
"Lalu kenapa kau masih bertanya jika kau mengetahui cerita yang sebenarnya" Alyssa ingin sekali rasanya melempar gelas minuman kearah Sivia. Sejak kapan sahabatnya itu menjadi sangat bodoh.
"Susah bicara dengan orang otak jenius seperti mu Al"
"Kalau begitu cukup diam jika otak mu yang dibawah rata-rata itu tidak mampu berbicara denganku"
"Baiklah aku ganti pertanyaan. Mario bagaimana menurutmu?"
Sivia berusaha mencari pertanyaan pengganti untuk pertanyaan yang di anggap tidak masuk akal oleh Alyssa. Alyssa melengos mendengarnya. Berhubungan dengan pria mesum itu lagi?
"Apa kau benar-benar bodoh? Kau bahkan sepupunya Sivia dan dengan bodohnya kau bertanya kepadaku bagaimana Mario. Bahkan aku mengenalnya masih dalam hitungan minggu" Sivia ingin sekali rasanya membenturkan kepalanya ke tembok atau paling tidak menerjunkan diri dari ruangan Alyssa saat ini ke lantai dasar. Dia yang terlalu bodoh apa sahabatnya yang kelewat jenius?
"Baiklah, aku tidak akan bertanya lagi. Cukup bodoh aku berbicara dengamu" sinis Sivia menatap Alyssa tajam.
"Bagus jika kau sadar kau tak cukup pintar untuk berbicara denganku" Tuhan, bantu ia sekarang untuk tidak membunuh sahabat iblisnya itu.
Cklekkk
Pintu ruang kerja Alyssa terbuka membuat Alyssa maupun Sivia menoleh ke arah pintu. Disana sudah berdiri sosok tampan Oliver yang di tangannya membawa paper bag berukuran sedang.
"Oliverrr!!" Sivia langsung berlari dan menghambur ke pelukan orang itu yang ternyata adalah Oliver. Tidak perlu heran bagaimana keduanya bisa saling kenal, karena tiga orang yang saat ini berada di ruang kerja Alyssa sudah berteman cukup lama.
"Wow, kau terlalu berlebihan sayang. Apa kau benar-benar merindukanku?" Oliver cukup terkejut mendapat serangan dadakan dari Sivia, namun itu hanya beberapa detik dan kemudian membalas pelukan gadis manis itu. Sedangkan Alyssa tidak cukup waktu untuk menyaksikan dua sejoli yang tengah melepas rindu.
"Bisa ceritakan kepadaku kenapa kau bisa ada disini?" tanya Sivia penasaran membuat Oliver terkekeh melihatnya. Memang ia sudah cukup hapal dengan tipikal sahabatnya ini.
"Aku kembali kira-kira seminggu yang lalu"
Plakkkkk
"Aishhh, kenapa kau memukul ku" Oliver mengusap kepalanya yang baru saja menjadi korban keganasan Sivia.
"Kau bodoh, kenapa kau tidak memberi tahu ku" kesal Sivia saat dirinyalah orang terakhir yang mengetahui kepulangan Oliver.
"Aku-"
"Aishhh, kalian berdua benar-benar tidak ada yang memberi tahu ku. Bagaimana mungkin aku menjadi orang terakhir yang mengetahui kepulangan sahabatku sendi-"
Chuppp
"Nah, kau diam juga akhirnya"
Sivia mengatupkan kedua bibirnya rapat-rapat saat tiba-tiba Oliver mencium bibirnya kilat. Hey, kenapa ia mendadak menjadi seperti ini. Bahkan ini hanya kecupan singkat yang tak sampai tiga detik dan bahkan ia sudah sering melakukan hal yang bahkan lebih dari ini.
"Stop dengan semua omelan cempreng mu itu sayang dan lebih baik kita duduk aku cukup lelah dengan posisi seperti ini." Oliver menarik tangan Sivia dan membawanya menuju sofa ruang kerja Alyssa.
💕siskahaling
Mario hanya melihat saja kini Ashilla yang sudah berdiri di meja kerjanya. Tubuh yang di hanya dilapisi pakaian kurang bahan itu kini sedang meliuk-liukkan tubuhnya di hadapan Mario. Dan harus kalian tahu Mario tidak tergoda sama sekali melihatnya. Entahlah Mario juga tidak tahu kenapa, biasanya ia akan langsung menerkam Ashilla dan membawanya ke kamar yang ada di ruang kerjanya. Namun saat ini Mario tidak terkesan sedikit pun melihatnya.
"Dear ayolah, bahkan kita sudah lama tidak melakukannya. Apa kau tidak merindukanku?" kini Ashilla sudah berada di belakang Mario. Tangannya memeluk leher Mario dan mencoba membangkitkan gairah Mario. Lidahnya kini mulai nakal dengan menjilat area di sana.
"Aku tidak menginginkannya, dan kau boleh pergi karena aku sedang banyak kerjaan"
"Kau yakin?" tangan Ashilla kini mulai nakal dengan mengusap lembut bagian dada dan perut Mario. Mengusap halus seperti yang selalu ia lakukan dulu saat melakukan itu dengan Mario dan memang selalu berhasil.
"Sejak kapan kau menjadi wanita bodoh, bahkan sudah aku katakan aku tidak menginginkannya" Mario menyentakkan tangan Ashilla yang terus saja mencoba menggodanya.
Ashilla tersenyum melihat Mario, entah kenapa penolakan Mario membuatnya semakin penasaran. Tiba-tiba saja, Ashilla langsung mencium bibir Mario dan melumat lembut bibir tipis itu. Mario yang mendapat serangan dadakan seperti itu sama sekali tidak terkejut karena ia sudah cukup hafal dengan tipikal jalang yang tengah mencium bibirnya ini.
Ashilla menggeram kesal saat Mario tak juga membalas ciumannya. Kesal Ashilla mencoba menerobos memasukkan lidahnya, Mario pun membuka akses Ashilla untuk semakin memperdalam ciuman yang ia buat sendiri. Namun satu hal yang harus kalian tahu, demi Tuhan itu tidak membuatnya bergairah sedikit pun.
Ashilla melepaskan tautannya saat ia merasa oksigen di paru-parunya mulai menipis membuatnya terengah-engah. Mario hanya tersenyum sinis melihat Ashilla yang kewalahan dengan ciuman yang ia buat sendiri.
"Sudah aku katakan bukan, jika kau tidak menggairahkan sama sekali untuk ku" tangan Mario mengambil tisu di atas meja dan membersihkan bibirnya bekas ciuman Ashilla barusan.
Ashilla yang melihat itu membuatnya semakin emosi dan bangun dari pangkuan Mario.
"Apa kau berubah karena jalang itu?"
Ck, apa wanita di hadapannya ini tidak tahu diri? bahkan ia yang lebih pantas di panggil jalang bukan wanitanya.
"Kau bahkan akan kehilangan nyawamu jika kau berani menyakitinya" Desis Mario tajam dan menatap Ashilla dengan tatapan sinis. Ashilla tersenyum tak suka.
"Kau memang benar-benar brengsek Mario"
"Jika begitu jangan pernah lagi berhubungan dengan pria brengsek sepertiku jika kau tidak ingin menyesal"
"Kau yang akan menyesal, dan aku bersumpah kau yang akan menyesal" Ashilla langsung melangkah keluar dari ruangan Mario setelah mengucapkannya. Dan ia bersumpah akan menghancurkan wanita brengsek itu yang sudah merebut miliknya.
"Ck" Mario berdecak sinis melihat Ashilla yang sudah keluar dari ruangannya. Dan Ashilla pikir ia akan diam saja membiarkan rencana brengsek Ashilla itu? Tidak akan pernah.
Mario menyadarkan tubuhnya di sandaran kursi kerjanya. Tiba-tiba saja ia merindukan sosok cantik Alyssa dan hanya mengingatnya saja sudah membuatnya bereaksi seperti ini. wanita itu benar-benar sudah mencuri semua perhatian hidupnya.
Tanpa menunggu lama, Mario langsung menyambar kunci mobil dan jasnya. Menemui wanitanya itu ia rasa tidak ada salahnya. Lagi pula sebentar lagi jam makan siang.