written by : Siska Friestiani
LoCC © 2014
Re-publish Web Novel : 29 September 2020
💕 Siskahaling
Alyssa menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya. Cukup lelah untuk hari ini, mengingat rapat dengan Dregas Company tadi cukup alot. Ada beberapa kendala yang terjadi di proyek yang saat ini mereka kerjakan. Pasalnya pemilik lokasi di daerah yang akan menjadi tempat mereka akan mendirikan hotel baru menolak melakukan jual beli, hingga mereka saat ini tidak bisa melakukan pembangunan proyek. Dan akhirnya rapat di tutup dengan hasil Alyssa sendiri yang akan menemui pemilik lokasi agar bersedia menjualnya.
Baiklah, cukup untuk hari ini. Ia akan menyegarkan kembali pikirannya nanti setelah kembali ke apartemen. Alyssa membawa Blazer yang sudah ia lepas tadi di lengan kirinya, lalu mengambil ponselnya di atas meja sebelum akhirnya beranjak meninggalkan kantor.
Belum sampai langkahnya keluar, pintu ruanganya terbuka dari luar, menampilkan sosok wanita seksi yang mengenakan pakaian ketat yang bahkan mencetak jelas lekuk tubuhnya. Bagian dada yang lebih rendah memperlihatkan payudara besar yang seakan ingin tumpah dari sarangnya.
"Jalang" batin Alyssa
"Maaf, Miss, saya sudah melarang beliau, tapi…."
"Tak apa, kau bisa kembali ke tempatmu" potong Alyssa. Acha menghembuskan napas lega, setidaknya hari ini bukan menjadi akhir dari pekerjaannya.
"Ba- baik Miss" cicit Acha dengan nada bergetar, lalu beranjak meninggalkan ruangan Alyssa.
Alyssa memutar bola matanya kesal saat wanita yang tak ia undang itu dengan tidak tahu diri sudah duduk manis di sofa ruang kerjanya. Apa ia mengenal wanita gila itu? Dan ia yakin ia tidak mengenal jalang yang saat ini duduk di sofanya.
"Apa urusan mu dengan ku?" tanya Alyssa to the point. Ia rasa ia tidak perlu berbasa-basi dengan wanita di hadapannya ini.
Wanita itu terkekeh, memperbaiki posisi duduknya, dan kini menatap Alyssa yang duduk di sebrang sofa.
"Kau bukan orang yang suka berbasa-basi ternyata" wanita itu terkekeh.
"Kau tidak ingin tahu siapa aku sebenarnya?" tanyanya sembari memiringkan kepala.
"Aku tak banyak waktu untuk berbasa-basi dengan mu, cukup beri tahu aku apa yang membuat mu sudi menemui ku langsung ke kantor ku." Sergah Alyssa.
"Baiklah, baiklah" wanita itu berdiri dari duduknya. Melangkah mendekati Alyssa yang masih duduk di sebarang sofa.
"Aku Ashilla, wanitanya Mario" aku wanita itu akhirnya.
"Aku hanya ingin kau…" Ashilla –wanita itu- menatap Alyssa tajam.
"Jauhi Mario" tambah Ashilla, membuat Alyssa tersenyum remeh menatap Ashilla. Pria bar-bar itu ternyata.
Alyssa berdiri lalu memposisikan diri tepat di depan Ashilla. Ia tidak akan terjebak dengan permainan murahan yang saat ini Ashilla mainkan. Ia cukup tau menghadapi wanita jalang seperti Ashilla.
"Mario? Pemilik Calvert Corp? Pria tampan yang selalu bisa memuaskan wanita di ranjang? Kau ingin aku menjauhinya?" Alyssa tersenyum miring menatap Ashilla. Bermain dengan jalang ia rasa tidak ada salahnya.
"Bagaimana mungkin kau menyuruh ku untuk menjauhinya kalau Mario sendiri sudah terjerat dengan pesona tubuhku" bisik Alyssa tepat di telinga Ashilla membuat Ashilla menggeram kesal.
"Menjadi wanita yang selalu di prioritaskan, menjadi wanita yang selalu di puaskan di ranjang, apa aku begitu bodoh hingga aku melepaskan Mario untuk mu?"
"Plakkkkk" tepat saat Alyssa selesai mengucapkan itu, tamparan keras Ashilla sukses mendarat di pipi mulus Alyssa membuat jejak tangan berwarna merah disana bahkan ada setetes darah keluar dari sudut bibir Alyssa.
Alyssa tersenyum, cukup mudah memancing emosi wanita di hadapannya ini ternyata.
"Kau jauhi Mario, atau kau akan menyesal seumur hidup mu Jalang" teriak Ashilla yang sudah tersulut emosi.
"Jalang? Kau memanggil ku jalang?" ucap Alyssa dengan nada remeh. Dan sukses membuat Ashilla semakin emosi.
"Kalau kau memanggil ku jalang, lalu sebutan apa yang pantas untuk wanita yang masih mengejar pria yang bahkan sudah tidak tertarik lagi dengan tubuhnya?"
Ashilla kembali berang, tangannya terangkat untuk kembali menampar pipi Alyssa.
Namun wanita ini salah, yang tidak Ashilla ketahui adalah Alyssa bukan wanita yang bisa ia intimidasi hanya dengan sebuah gertakan. Dengan mudah Alyssa menahan pergelangan tangan Ashilla yang akan menyentuh wajahnya.
"Kau salah jika ingin bermain-main dengan ku Ashilla, jalang seperti mu bukan sesuatu yang sulit untuk aku hancurkan" Alyssa menghempaskan kasar tangan Ashilla yang di genggamannya.
"Satu lagi" Alyssa berbalik kembali menatap Ashilla yang kini merah padam menahan amarah.
"Jika kau ingin Mario kembali kepada mu, buat kembali tubuh mu semenarik mungkin agar Mario berhasrat kembali untuk bermain dengan mu di ranjang" ucap Alyssa lalu berlalu meninggalkan Ashilla yang masih menatap Alyssa tajam.
"Aku mau kau usir wanita yang ada di ruangan ku segera, dan pastikan ia tidak menginjakkan kakinya kembali di kantor ku" ucap Alyssa penuh penekanan. Acha kembali hanya bisa mengangguk dan melangkah menuju ruangan Alyssa melaksanakan tugas yang di perintahkan Alyssa sebelum singa betina itu kembali menunjukkan taringnya.
"Aishhh" ringis Alyssa saat merasakan perih di ujung bibirnya. Tamparan Ashilla tadi cukup menyakitkan hingga masih meninggalkan rasa perih di sudut bibirnya.
"Jalang mu benar-benar tak tau diri Mario" gumam Alyssa lalu beranjak meninggalkan kantor. Bahkan waktunya terbuang percuma karena harus menghadapi wanita gila itu.
💕siskahaling
Mario sudah mondar-mandir di ruang tamu dari tadi menunggu Alyssa pulang. Wanita-nya itu tadi berjanji bahwa ia akan pulang sebelum jam 4. Namun kini sudah lewat 30 menit dari waktu yang Alyssa janjikan. Ck, apa yang di lakukan Alyssa di kantor sebenarnya.
Pintu apartemen terbuka. Di sana, wanitanya di sana. Pulang dengan blazer yang sudah ia lepas dan ia letakkan di lengan kirinya, rambut panjangnya yang sudah di ikat asal yang malah menambah kesan seksi pada tubuhnya.
Tak berfikir dua kali untuk Mario menghampiri Alyssa, tangan kanannya yang tidak di gips langsung merengkuh pinggang ramping Alyssa dan membenamkan wajahnya di lekukan leher jenjang itu. Ya Mario menyukainya, menyukai wangi di lekukan leher Alyssa. Wangi vanilla yang begitu menggoda sekaligus menenangkan.
"Bisa kau tidak seperti anak-anak Mario, bahkan aku belum-"
"Aku merindukan mu" potong Mario tak sabar. Alyssa mencebik.
"Aku bahkan meninggalkanmu tidak lebih dari 4 jam yang lalu" sergah Alyssa. Namun jujur ia juga menyukainya. Menyukai hembusan nafas hangat Mario di tubuhnya.
Mario menjauhkan wajahnya dari lekukan leher beraroma vanilla itu, namun tangannya masih setia melingkar di pinggang ramping Alyssa.
"Sejak kapan kau menggelung rambut mu?" tanya Mario acuh namun Alyssa masih bisa menangkap nada cemburu di sana.
"Tak perlu khawatir, aku tau apa yang ada di otak mu itu pria manja. Aku baru menggulungnya tadi ketika di mobil" jelas Alyssa. Mario tanpa sadar menghela nafas lega. Hey, ia hanya tidak ingin pria lain melihat wanitanya dengan keadaan semenggairahkan ini. Hanya dirinya yang boleh melihat Alyssa dengan keadaan seperti ini.
"Bisa kau lepaskan tangan mu dari tubuh ku? Aku lelah, aku ingin istirahat" pinta Alyssa. Dan sekarang ia benar-benar lelah dan ingin segera merendam tubuhnya dengan aroma vanilla favoritnya.
Mario mengangguk lalu melepaskan tangannya dari pinggang Alyssa. Namun tubuh Mario menegang saat matanya menatap pipi Alyssa yang memerah dan terdapat bekas tangan di sana. Oh tidak hanya itu Mario juga menemukan bercak darah di sudut bibirnya. Apa yang terjadi dengan wanitanya? Dan siapa orang brengsek yang sudah melukai wanitanya.
"Ini apa?" tanya Mario mengulurkan tangannya menyentuh sudut bibir Alyssa, membuat wanita itu meringis saat ibu jari Mario menyentuh sudut bibirnya.
"Siapa si brengsek yang sudah melakukan ini pada mu?!" tanya Mario tegas. Rahangnya sudah mengeras dan menatap Alyssa dengan manik mata yang begitu menakutkan.
"Aku tak banyak waktu untuk menjelaskan ini Mario, aku hanya butuh istirahat sekarang. Ayo lah ini hanya luka kecil, kau tak perlu berlebihan" jawab Alyssa yang semakin membuat Mario murka. Luka kecil katanya? Bahkan ia tidak membiarkan seseorang pun mengganggu wanitanya apa lagi sampai melukai seperti ini.
"Siapa brengsek itu Alyssa!!!" tanya Mario dengan nada lebih tinggi. Baiklah jika sudah seperti ini Alyssa harus bersedia menunda waktu istirahatnya untuk menjelaskan dahulu dari mana luka di sudut bibirnya itu ia dapat.
"Ashilla" jawab Alyssa malas.
"Ashilla?" ulang Mario ragu.
"Ya, wanita jalang mu yang melakukannya. Ia datang ke kantor ku dan menyuruh ku untuk menjauhi mu. Kau tau? Aku tidak masalah dengan para wanita-wanita mu itu, tapi jika kau masih ingin bersama ku, pastikan mereka tidak ada yang mengusik ketenangan ku"
"Aku pastikan wanita itu menjadi wanita terakhir yang menggangu mu dear" ucap Mario yakin.
"Hemm, semoga" balas Alyssa malas
"Mommy tadi menelepon ku" ucap Mario saat teringat satu jam yang lalu Gina meneleponnya.
"Mommy menelepon mu?" tanya Alyssa sangsi.
"Ya, Mommy bilang tadi ia sudah meneleponmu berkali-kali tapi tidak kau angkat. Mommy hanya bilang kau harus mengosongkan jadwal mu besok karena kita akan fitting baju pengantin" Alyssa mengerutkan kening. Mario menghela nafas.
"Kau tidak akan lupa kan dear, lima hari lagi acara pernikahan kita?" ucap Mario sebal.
"Jadi Mommy benar-benar dengan ucapannya. Ya Tuhan, aku bahkan belum siap hidup dengan pria bar-bar di hadapan ku ini"
Mario terkekeh melihat reaksi Alyssa saat ini. Benar-benar menggemaskan. Wajah frustasinya membuat amber itu semakin menggemaskan.
"Kau yakin pernikahan kita waktu dekat ini? Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Alyssa ragu.
"Aku bisa melepaskan gips sialan ini saat resepsi pernikahan kita nanti, Hon" Mario menggerlingkan matanya.
"Dan aku yakin, lima hari ke depan tangan ini bisa ku gunakan untuk menggendong mu ke ranjang kita" goda Mario dan mendapat cubitan Alyssa di pinggangnya.
"Dasar mesum!!" teriak Alyssa mendorong tubuh Mario yang ada di hadapannya lalu beranjak menuju kamar.
Sudah cukup, ia sudah cukup gila hari ini. Bertemu dengan wanita gila Mario dan menghadapi pria mesum yang oh, bahkan dalam hitungan lima hari ke depan akan menjadi suaminya. Ya suami mesumnya.