Chapitre 46: Baju lamaran

Setelah mengucapkan salam, aku langsung masuk ke ruang jahit. Mbak Dini yang menghandle busana gamis Farah.

"Bagaimana gamis untuk lamaran itu, udah kelar semua kan, Mbak?" tanyaku.

"Alhamdulillah, udah kelar Bu! Tinggal di setrika aja," sahutnya.

"Oh-syukurlah," aku mengusap dada.

Memang kelihatan mewah busana lamaran Farah ini. Karena kainnya terbuat dari bahan yang lumayan mahal. Maklumlah pakainya pun untuk acara sakral. Jadi tak apa mahal, biar ada kesan mewah dan elegant.

Aku juga seperti itu, apalagi semua biaya di sediakan oleh pihak Mas Harry. Jadi tinggal pilih dan tunjuk lalu bayar ke kasir. Nikmat benar rasanya saat melangsungkan acara sakral itu, uang tak jadi pikiran.

Di sisi lain, banyak orang menjual harta benda untuk acara sakralnya. Tapi itu tak berlaku bagiku. Saat Mas Harry datang melamar secara simbolis saja, sudah kelihatan so sweetnya.