Benca masih dalam tahap akhir merapihkan riasannya ketika pintu kamarnya diketuk, "Masuklah, aku sebentar lagi selesai, kamu terlalu mengkhawatirkanku, Erza." Benca menjawab ketukan sambil menatap dirinya di cermin, dia puas dengan riasannya.
Saat berbalik, hatinya hampir mencelos, karena Baron Arpad Czobor de Czoborszentmihaly Kakak Erza, berdiri di balik punggungnya dengan senyum manis. Benca tidak menduga bahwa yang mengetuk pintu adalah Arpad, dia pikir Erza, sehingga dia menyuruhnya masuk tanpa ragu.
Arpad tersenyum menatap Benca, lalu melambaikan tangan kepada pelayan untuk keluar dari kamar. Sejenak Benca merasa gelisah dan tidak nyaman dengan keberadaan laki-laki lain di kamarnya, apalagi kedua pelayan tersebut dengan patuh segera melangkah meninggalkan kamarnya, "Kamu cantik sekali, Benca." Arpad memuji dengan tulus, sementara dengan canggung Benca mencoba tersenyum.
"Terima kasih Arpad. Kamu terlalu memuji." Jawab Benca sopan.