Tak banyak yang kami lakukan, sehari menginap di rumah bunda dan malamnya aku dan kak Riki datang ke rumah mama. Tentu saja mama heboh, wanita yang telah melahirkanku itu menggeram kesal lantaran diduakan. Aduh, padahal aku sama sekali tak berlaku demikian namun memang jika urusannya mama ya sudah dibantahnya.
Saat duduk di sofa dengan kak Riki begini aku jadi mengingat masalalu kami dulu. Dimana dia sering kemari namun tak boleh sampai melewati batas sofa. Hanya segini saja namun laki-laki itu tetap memaksakan diri untuk datang kemari. Jelas saja aku yang sebagai seorang wanita dibuat benar-benar gemas karena tingkahnya.
Kak Riki itu bisa menyebabkan gangguan mental. Iyah, karena tingkah lakunya bisa membuat siapa saja terus tersenyum tanpa henti. Bahasa gaulnya ya ... manis. Syukurlah karena dia bukan mas kupu-kupu yang hanya tahu cara mempermainkan saja.
Ngomong-ngomong di mataku saat ini, seorang wanita tak lebih dari bunga. Mereka bisa layu dan segar. Kasusku? Bunga Menari.