Aresha menatap Samael diam-diam, dia hanya sedikit mengernyit mengenai kelakuan Samael yang terlihat seperti pria yang....hedonis.
Menampar penjaga dengan uang, bahkan jika itu adalah seorang elit penjaga, selama uangnya besar, apa yang tidak bisa mereka khianati?
Kepercayaan seseorang jauh lebih rendah dibanding uang.
...Miris memang, tapi itulah kenyataan hidup di Dunia ini.
"Apakah aku boleh duduk?"
"Pergi."
"Setelah kau melihatku, kau sudah tidak peduli denganku? Jangan begitu Ibu mertua, jika bisa aku hanya ingin bicara sediiiikit denganmu."
Samael tanpa ragu duduk disamping Kalika yang masih menatap Samael dengan tercengang.
Aresha semakin mengerutkan keningnya. Dalam pandangannya, apa yang dilakukan Samael membuat kesannya menurun di matanya.
Hedonis, tidak tahu sopan santun, seenaknya sendiri, sombong, bahkan ketika berbicara, nadanya terlihat meremehkan orang lain.
Ini benar-benar kepribadian yang membuatnya merasa bahwa Ketua Perusahaan La Satia Group ternyata hanya setingkat ini!
"Apakah sudah menganalisis seperti apa sifatku?" Samael bertanya dengan tenang, "Apakah aku hedonis, tidak tahu sopan santun, seenaknya sendiri, dan sombong?"
"....Kau..."
"Apakah kau bertanya bagaimana aku bisa tahu apa yang kau bicarakan? Ayolah, sebagai sosok yang sama ada di posisiku, apakah kau masih harus terkejut seperti ini?"
Samael menatap Aresha dan tersenyum sopan di luar tapi di mata Aresha itu adalah senyuman sinis.
Aresha semakin yakin, orang di depannya bukannya apa yang dia pikirkan.
...Orang di depannya sengaja mengeluarkan emosi seperti itu. Artinya, emosinya adalah sesuatu yang bisa dia ubah sesukanya!
Suatu kemampuan yang mengerikan. Karena mengontrol emosi ke titik itu sama saja dengan monster.
Dan, dia bahkan tidak yakin. Wajah di depannya ini, apakah emosinya yang keberapa?
Setelah basa-basi ini berakhir, Samael dengan ceroboh mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menekan tangannya ke leher Kalika disampingnya.
Dengan senyuman nakal dia berkata, "Mari ke topik utama, Ibu Mertua, berikan aku perusahaanmu."
"Apa ?!"
Bukan Aresha yang terkejut, melainkan Alisha.
Dia menatap Samael dengan marah, "Apakah kau kesini hanya demi perusahaan ?! Apakah kau tidak tahu bahwa Kalika disini sedang mengandung anakmu, ini anakmu! Kenapa kau lebih nementingkan perusahaan bobrok ini ?!"
Samael menatap kosong Alisha seolah ingin mengatakan, "Hal bodoh apa yang kau bicarakan?"
"Huhhh....Alisha, kau diam. Jika tidak tahu, tutup mulut. Diam adalah emas, dan itu memalukan bagimu untuk tidak tahu bahkan masalah ini."
Aresha mengatakannya dengan nada dingin, dan Alisha yang di tatap oleh Ibu tirinya langsung duduk tegak diam tidak berani melakukan apapun.
Samael tersenyum melihat ini, dan saat berikutnya dia bertanya: "Jawabannya?"
"Dan apa hakmu untuk secara langsung menginginkan harta suamiku?"
"Haha." Samael tertawa mengejek, "Harta suamimu? Jangan bohong deh, Ibu Mertua. Keluargamu, Keluarga yang turun temurun hanya mengangkat wanita sebagai pemimpin kan?"
"Itu dimulai dari generasi ke 2, dimana entah bagaimana, setiap keturunan kalian akan selalu melahirkan wanita. Karena itu, laki-laki haruslah dari luar dan menikah kedalam keluarga, dan bukan wanita yang menikah ke keluarga si pria. Jadi...darimana harta suamimu ini berasal? Hantu?"
Ini adalah sesuatu yang Samael ketahui dari sahabat karibnya, Har.
Dan bagaimana dia bisa mencolek informasi dari si pelit itu....well, sebenarnya itu dengan cara Samael memberinya nomer pribadi beberapa bawahannya yang seksi dan behenol.
Sungguh, sangat mudah disuap. Tapi yah, ini info yang tidak terlalu besar, jadi harga segitu sepertinya wajar.
"...Kau sudah menyelidik keluarga kami dengan baik."
"Begitulah. Aku juga terkejut ketika mendengar ini. Benar-benar berbeda dengan di Blue Star. Ayah kalian berdua dan suamimu ternyata hanyalah seekor belut licin di sarang ular."
"Sudah cukup!"
Bang!
Ashera dengan keras mendobrak meja, dan dia menatap Samael dengan marah pada saat ini.
Samael sendiri tidak peduli dan malah mengambil serta mengelus rambut lembut Kalika, lalu menciumnya tanpa peduli. Terlihat seperti seorang bajingan sejati.
Kemarahan Ashera memuncak, tapi saat berikutnya Samael bergerak mengatakan: "Kau benar-benar konyol bukan, Nona Ibu Mertuaku."
"Perusahaan bobrok seperti Eastern Group memang sangat menakjubkan. Bahkan bisa masuk Forbes 100. Tapi pada dasarnya, itu adalah "Death Corporate Office Number" yang membengkak, bukan?"
Samael kemudian meletakkan kembali kedua kakinya dan kemudian menyatukan kedua tangannya saat membungkuk kedepan sedikit.
"Jadi berikan saja itu padaku. Bagaimana?"
"Hoooh...Anak sapi yang baru lahir benar-benar tidak takut apapun, kau..."
Bang!
"Tuan, kami sudah membawanya."
Pintu terbuka dan beberapa bodyguard Samael yang mengenakan pakaian lengkap tapi masker gas full wajah muncul dengan kasar.
Mereka tanpa ampun melempar sesuatu ke tanah, dan saat berikutnya...
"K-Kak Wanda !!!" Alisha dan bahkan Kalika berteriak ketakutan melihat Wanda yang benar-benar cacat dan meleleh melepuh menjijikkan seperti ini.
Samael sendiri mengambil vas di atas meja dan melemparkannya langsung ke bawahannya, "Bodoh!"
"Guh...Tuan?"
Samael dengan dingin berkata, "Aku bilang apa tadi? Kirim langsung, ke kediamannya di Timur Tengah, apakah kalian...buta ?!"
Pandangan tajam dan suasana membunuh itu membuat seluruh ruangan mendingin, dan bahkan Aresha langsung terduduk takut sambil bernafas terengah-engah.
Dia pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya...
Tapi kali ini, itu jauh lebih mengerikan dari sebelumnya! Seolah-olah, orang yang berdiri di depannya adalah sosok yang...
"Samael! Kau, kaulah yang menculik Kak Wanda dan membuatnya seperti..."
"Bukan aku." Samael langsung menepis Alisha dengan dingin, "Apakah kau tidak melihat berita di TV? Itu terjadi tepat di kawasan wilayahku, kau pikir itu masih ulahku?"
"Kalian semua diam! Samael, aku tidak peduli kau atau bukan kau pelakunya....tapi sekarang, selamatkan Kakakku!"
Samael menatap ringan Kalika, lalu membuka mulutnya:
"Aku menolak."
"Kenapa ?!" x2
Keduanya berteriak keras pada Samael sambil berlinang air mata.
Samael merasa kasihan pada keduanya. Gadis kecil yang bahkan tidak pernah melihat kegelapan di bawah kaki rumahnya sendiri.
Mereka bahkan masih menganggap pelacur disana adalah Kakaknya? Ini benar-benar....ironis!
Dan Aresha sendiri, dia sudah memanggil Ambulan sejak tadi. Tapi yang pasti dia sudah memastikam satu hal.
Sosok pria di depannya tidak salah lagi adalah karakter yang kejam pada tulang-tulangnya.
Dia tidak peduli pada apapun, tidak takut pada apapun. Tapi menyembunyikan ini semua dengan sangat baik di hidung banyak orang karena pengaruh sosial politik dan ekonominya.
Dia seperti orang itu, yang menguasai hampir seluruh Timur Tengah di telapak tangannya...
The Godfather!