Samael membuka mulutnya perlahan, tapi pada akhirnya dia tidak tahu apa yang harus dikatakan...
Tidak, salah.
Dia tahu apa yang ingin dia katakan, tapi itu tidak sekarang.
Hati, itu adalah hal yang paling rapuh, dan saat ini, hati Kakeknya sangat rapuh dan tidak tepat untuk mengatakan itu saat ini.
Pada akhirnya Samael mengangkat tangannya ke depan dan sebuah gerbang putih emas muncul di samping kanan semua orang disana.
Kakek Henry terdiam sejenak, lalu dia mengangkat Nenek Haura dengan sedikit kesusahan dan pergi tanpa melihat kebelakang.
Melihat kepergian Kakek Henry, Samael melihat ke arah yang lain dan bertanya: "Aku tidak memaksa, kalian bisa pergi jika kalian ingin."
"...."
Tilina menarik Finri dan Ririca ke sisinya lalu mengatakan dengan mata tegas, "Aku akan tetap disini, baik Kakak dan Ibu masih perlu menjelaskan semuanya kepada kami dengan lebih jelas dan bukan suam suam kuku seperti ini!"
"....Begitu." Samael akhirnya tersenyum kecil, "Apakah kau masih menginginkan kami sebagai Kakak dan Ibu mu?"
"Tentu saja! Kalian berdua adalah hal terpenting bagi kami, benar, Ririca?"
Ririca terkejut dan dengan cepat dia mengangguk berkali-kali, "Meski, aku tidak suka kebenarannya, aku masih ingin terus bersama kalian!"
"Tapi aku membencimu sedikit Kakak."
"Finri ingin pergi dan bermain..."
"Diam!" x2
Gadis kecil itu langsung menciutkan lehernya dan akhirnya dia tidak berani untuk mengatakan sesuatu lagi.
Freya menatap gerbang sejenak, lalu akhirnya dia pergi ke sisi belakang Finri: "Putri kecilku tidak pergi, tentu saja saya tidak akan pergi."
"Dan apa yang kulayani sekarang adalah Yang Mulia, benar?"
Samael mengangguk dan bertanya, "Apakah itu bukan Samael? Tapi Yang Mulia..."
"Sebagai Pelayan, saya jelas melayani Yang Mulia. Tapi sebagai wanita, Samael, aku masih ingin menamparmu sekarang."
Freya berkata, "Baik itu sebagai Kakak Perempuan, atau dari segi garis darah terpisah!"
"Maksudmu Bibi bukan?"
Freya menoleh kesamping dan melihat Sophie yang sudah berada disampingnya sambil berkata: "Apapun yang terjadi, aku jelas akan berada di sisi Yang Mulia, Michael, Lucifer...dan yang terpenting, aku adalah Permaisuri Yang Mulia Samael !!!"
"Ya! Itulah Sophie yang kuinginkan." (Victoria)
"Diam Victoria, kau tidak layak mengambil Permaisuri lagi!"
Victoria tertawa sambil menutupi mulutnya dengan kipas lipat pada sesuatu yang Charlotte katakan.
Tapi anehnya matanya menyipit sedikit pada saat menatap Samael, dan itu hanya berlalu sangat cepat.
Teresa dan Latifa kebingungan sekarang, sampai akhirnya keduanya memilih untuk pergi ke gerbang dan tidak mengikuti jejak Ibu mereka.
Mereka masih terguncang!
Ini juga berlaku untuk Yang Mi yang menyeret Dilraba dengan Fan Bingbing, meskipun pada dasarnya Fan Bingbing ingin tetap disana.
Sisi Keluarga Kardashian, mereka melihat sisi Kris, dan Kris sendiri merasa sudut mulutnya bergerak-gerak.
"Untuk apa melihatku? Masuk ke kelompok! Toh keluarga kami juga sangat rusak jika dipikirkan karena ulahku bukan?"
"Aku cinta Mama!" x5
Jennifer mengangkat tangannya takut dan bertanya, "Ummm...Aku masih di bawah umur?"
"Kalau begitu jangan menangis saat kami hamil anak Samael yang kau cintai, Jenni~"
"Ah?! Kylie, kau..."
Kylie hanya melambaikan tangannya dan pergi dengan keempat saudarinya ke sisi kelompok Tilina.
Disaat yang sama, Kylie juga tertawa nakal saat suaranya terdengar: "Aku tidak terkejut dengan hubungan Ibu Mertua dengan Suamiku, lagipula aku sudah melihat adegan keduanya bermain di belakang waktu itu!"
" !!!! " xN
Helina terbatuk beberapa kali dan berbisik, "Ahhh, jadi itu waktu di dapur? Itu juga salah Samael!"
"Tunggu Kylie, kenapa kau menyimpan ini semua sendiri?!" Kim bertanya, dan yang lain juga memiliki tanda tanya juga.
Kylie hanya mengangkat kedua tangannya ke samping dan berkata lelah, "Tolong, itu bukanlah sesuatu yang bisa kubongkar sesukanya~"
Alisha dan Kalika saling pandang dan Alisha akhirnya berbisik, "Bagaimana?"
"Uhhh...Kalau dipikir, aku pernah selingkuh dengan Samael dibelakangmu dulu. Jadi, ya, aku selalu berada di sisi mereka."
"Apa?!" Alisha ditinggal Kalika dengan wajah terkejut disana.
Mary tertawa melihat ini sedangkan Agnes hanya mengelus dahinya dengan sangat kelelahan.
Ini benar-benar rumit.
Agnes melihat ke sisi Lola, Tivania, Olivia, Queena, Rivana, dan juga Akiko yang masih tidak memutuskan disana.
Jelas mereka masih ragu bukan?
Bahkan dia sendiri tidak mengerti bagaimana ini bisa berkembang ke sisi seperti ini...
Surga dan Neraka, enam Malaikat Suci dan Malaikat Jatuh, Michael dan Lucifer, lalu terakhir masalah perselingkuhan?
Tidak, tunggu dulu...sungguh, jika diurutkan, topik yang awalnya serius, kenapa tiba-tiba menjadi sangat konyol?!
Selagi Agnes memikirkan ini, Tivania tiba-tiba melangkah dan naik ke tangga dibawah kejutan semua orang disana.
Samael juga terkejut dengan ini semua, dia tidak tahu apa yang akan dipikirkan Tivania sekarang...
Dia ingat, hubungan Tivania dengan Helina, itu adalah hubungan Ibu Mertua dengan Menantu yang sangat baik.
Sekarang dia mengetahui kebenaran ini.
Itu, kurasa bukan hal yang baik?
Samael menatap Tivania, dan bahkan Sophie juga menatapnya dengan aneh.
Hanya beberapa wanita disana yang tahu apa yang akan dilakukan Tivania sekarang, dan salah satunya jelas Victoria.
Dia tahu apa yang akan dilakukan Tivania, dan diam-diam menghela nafas saat berpikir: "Sophie masih kalah langkah lagi dari gadis itu."
Adapun sisi Tivania, dia akhirnya sampai ke titik tertinggi, dan menatap Samael dengan Helina dengan mata yang...
Mungkin bisa dibilang mata yang rumit?
Ada jejak kemarahan, kebencian, tapi juga akan jejak ketidakberdayaan, dan juga jejak cinta.
Pada akhirnya dia menghela nafas dan berkata, "Aku ini apa dimatamu?"
"Wanitaku, cintaku, belahan hatiku...Apapun sebutan aneh yang dibuat diluar untuk mengekspresikan cinta laki-laki kepada perempuan."
Samael menjawab dengan tenang, tapi Helina ingin mengatakan sesuatu saat ini.
Sayangnya sebelum dia bisa mengatakan sesuatu, Tivania segera menerobos ke tengah, melepaskan ikatan tangan keduanya dan berteriak sambil memeluk dan menjauhkan Samael dari Helina!
"Kalau begitu bagus! Aku Tivania tidak mau menjadi nomer dua!"
Tivania menatap garang Helina dan berkata, "Jadi bahkan jika itu kau, Ibu...Aku akan menendangmu, karena hanya aku saja yang bisa duduk disamping Samael !!!"
"Kalian semua juga! Kalian juga, para manusia burung, kalian paham !!! Hanya aku yang bisa menjadi nomer satu !!!"