Semua orang terus berbicara dengan senang hati, makan dan minum, bercanda, dan yang terpenting mereka semua membuka keluhan satu sama lain hanya untuk bersenang-senang.
Tapi pada saat ini, Samael tiba-tiba mengerutkan bibirnya: "Aneh, aku merasa akan ada keberuntungan yang akan melibatkanku dalam beberapa menit lagi."
"Hah? Hal bodoh macam apa yang kau bicarakan?" Har menggoyang-goyangkan cola di tangannya ketika mengatakan ini.
Samael masih berkata, "Sumpah, ini benar-benar membuat rasa keberuntunganku tergelitik. Aku tidak pernah merasa seperti ini..."
Ding Dong!
"Lia, apakah kau mengundang seseorang lagi?" tanya Lucy pada Laelia yang sedang dia peluk disana.
Laelia menggelengkan kepalanya ketika mengelus kepala Lucy, "Aku hanya mengajak kalian seperti biasanya."
"Baiklah, aku akan membukanya dulu~"
Atira berdiri dengan senyuman untuk membuka pintu dan melihat siapa yang datang.
Beberapa detik kemudian, ketika Atira kembali. Semua orang mengangkat alis mereka melihat sosok orang tua tampan yang berjalan dibelakang Atira.
Hanya Laelia yang segera berdiri, tapi ketika dia akan berbicara, sebuah bayangan besar melintas dan....
Bang!
"Apa ?!" xN
Samael melakukan Tendangan Ksatria secara lancar dibawah tepuk tangan anak-anak kecil yang melihat ini.
Kemudian Samael terlihat ingin tertawa saat berteriak kegirangan: "Sialan! Pantas saja aku merasa keberuntunganku tergelitik! Jadi ini alasannya! Hahahahahaha! Puas! Aku puas !!!!!"
"Bocah bajingan !!! Ketika aku datang dalam wujud manusia tanpa kekuatan, kau berani mengeluarkan cakarmu bukan ?! Hah! Kau pikir tulang tua ini tidak kuat? Biar kutendang bokongmu !!!"
Melihat Kakek Dewa yang berteriak marah tapi penuh senyuman itu, Samael memberikannya jari tengahnya.
Dengan jijik dia berkata, "Setelah hampir lima tahun total disini dan di Dunia sana, aku akhirnya berhasil memukulmu! Puas! Benar-benar puas !!!!"
Ketika acara bergerak ke arah yang tidak menyenangkan, Laelia dengan wajah pahit berjalan membantu Kakek Dewa.
Dengan lembut dia bertanya, "Kakek, baik-baik saja?"
"Ohhh, gadis kecilku benar-benar baik, tidak seperti bajingan disana!"
"Puih!"
Kakek Dewa kemudian menepuk kepala Laelia dan berkata, "Jangan khawatir, meskipun aku kesini dengan bentuk tubuh manusia biasa, tapi bahkan jika itu bocah tengik disana, tidak mungkin untuk membunuhku!"
Percakapan ketiganya membuat semua orang penasaran.
Terutama Lucy dan Kalika. Karena dari percakapan mereka, terasa seperti orang tua ini sangat mereka hormati?
"Papa, siapa kakek ini?" Aura kecil tiba-tiba datang dan bertanya.
Kakek Dewa tiba-tiba tersenyum dan mengeluarkan permen entah darimana kepada Aura yang menatapnya dengan penasaran.
Dia bertanya, "Apakah cucu kecilku tidak mengenal Kakek?"
"Kakek? Tapi Papa bilang, Kakek itu sudah tidak bisa Aura temui. Kakek sudah mati, kan?"
"....."
Samael menoleh ketika Kakek Dewa menatapnya, "Aku hanya bilang kau tidak akan bisa ditemui saat ini. Aura sendiri yang berspekulasi kau sudah mati!"
"Ohhh...kau benar-benar..."
Kakek Dewa merasa sudut mulutnya berkedut, dan saat berikutnya dia mengangkat Aura ke pelukannya, ketika dia menatap Atira dan Kalika.
Kedua wanita itu segera memperkenalkan diri, dan Kakek Dewa hanya tertawa.
"Aku sudah tahu kalian berdua, karena aku selalu melihatnya. Dan bocah disana....Ya, itu kau. Terima kasih sudah berteman dengan bajingan ini."
"Ya? Kakek tua, kau adalah Kakek yang dikatakan Samael...sebagai Penatua Bajingan? Kaulah yang membuat jalan bajingan bagi Samael?"
"Hah ?! Tidak, tidak, tidak. Itu Kakeknya yang lain, aku murni..."
"Ceh, murni dilihat dari sedotan."
Bang!
Samael langsung bertekuk lutut ketika dia bahkan tidak bisa melindungi dua bola kesayangannya yang tergantung diantara kedua kakinya sehingga dia langsung mengerang tanpa suara.
Har langsung menutupi selangkangannya dan berbisik "Ohh shit..." ketika melihat Samael.
Kakek Dewa sendiri tersenyum sangat cerah seolah dia tidak melakukan hal yang salah.
"Kau...sialan...."
"Papa...sakit?" Giselle menepuk-nepuk kepala Samael saat ini.
Melihat ini, semua orang tiba-tiba tertawa. Dan Samael merasa bahwa meski keberuntungan mengelilinginya, dihadapan orang tua sialan ini, apa yang disebut keberuntungan hanyalah mainannya!
Setelah beberapa menit, Samael dengan Giselle di pangkuannya menatap dengan dendam pada Kakek Dewa di depannya.
Pada saat yang sama, bagi mereka yang tahu siapa Kakek Dewa pada saat ini, seperti Atira, Kalika dan Alisha, mereka merasa sedikit gugup.
Laelia duduk disamping Samael ketika bertanya, "Um, Kakek kesini, untuk apa?"
"Hanya bermain saja. Jangan khawatir, selama kalian tidak mau kembali, tugas itu tidak akan diselesaikan." Kakek Dewa menjelaskan ketika dia memakan kacang itu.
Mendengar ini, Laelia langsung menghela nafas lega.
Samael sendiri juga melakukan hal yang sama, tapi dia juga bergumam: "Blue Star kah, aku merasa nostalgia memikirkannya."
"Sayang ..."
Kalika menyentuh tangan Samael dengan sentuhan kasihan.
Bagi seseorang yang tiba-tiba dilempar ke Dunia Lain ketika mencapai puncaknya, bagi Kalika itu rasanya agak kejam.
Tapi Samael hanya berkata dengan acuh tak acuh, "Tidak masalah, toh pada akhirnya aku akan kembali....dengan kalian. Benar, Kakek?"
Kakek Dewa yang mengunyak kacang itu mengangguk, "Selama bocah itu mau membayar, itu mudah."
"Seperti biasanya, pelit. Mati saja sana."
"Jika aku mati, seluruh Dunia akan kacau balau~"
"Lalu cari pewaris?"
"Kau mau?"
"Membosankan. Lebih baik bermain dengan wanita-wanitaku dibanding tinggal di tempat seperti itu dimana hanya yang terpilih yang bisa masuk."
"Lihat? Jadi diamlah dan biarkan aku bersenang-senang pula."
Percakapan keduanya memang terlihat aneh, tapi tidak ada yang berani mengatakan sesuatu untuk menyela mereka.
Pada dasarnya, percakapan mereka seperti membocorkan setengah kebenaran dan menyimpan kebenaran yang lain.
Kemudian, Kakek Dewa tiba-tiba bertanya: "Ngomong-ngomong bocah..."
"Mau menanyakan masalah itu?" Samael bertanya.
Kakek Dewa mengangkat alisnya, "Kau tahu?"
"Intusiku masih tajam goblok."
Kakek Dewa: "Lalu....kenapa kau tidak menemui orang tuamu? Orang tua aslimu yang ada di Dunia ini?"