"Selir Loe nelpon !" makinya.
Keringat dingin menjalar dipelipis wajah Rafiz yang tampan, Rafiz menelan ludah. Kenapa waktunya pas banget. Anjir.maki Rafiz dalam hati.
Panggilan telpon pun terhenti.Rafiz bernafas lega. Semoga Bianca tidak menelpon lagi. Namun kenyataan tak seindah harapan. Bianca kembali muncul dilayar Ponselnya.
Cherlly merebut hair dryernya, " Puasin sana selingkuh! " sewotnya.
Rafiz mengehela nafas, dilema. Tapi keinginan untuk mengabaikan Bianca lebih besar daripada kehilangan Cherlly .
"Aku angkat, trus aku loudspaker. Adil kan? "bujuk Rafiz.
"BODO AMAT!!! " teriak Cherlly.
Rafiz tidak punya pilihan lain, selain mengangkat telpon Bianca. Karena Bianca orang yang sangat keras kepala. "Halo, kenapa Bi? " tanya Rafiz.