Kening Gina berkerut. "Pilihan apa?"
Di tengah suasana yang sangat nyaman dan bahagia di ruangan putih tak berujung, Gina diliputi perasaan bingung kala sang Papa kini menatapnya denagn sangat serius.
"Kamu mau sama Papa atau sama kak Gian-Gino?" Petanyaan yang terlontar lantas membuat Gina semakin merasa kebingungan.
Sekarang selain perasaan bahagia dan sedikit kebingungan karenna ia tidak bisa mengingat banyak hal, Gina pun bartambah bingung berkali-kali lipat saat Papanya bertanya seperti ini.
Dengan ragu Gina menjawab, "Papa."
"Kenapa kamu mau sama Papa, nggak mau sama kakak kembar kamu sendiri?"
Kedua kelopak matanya mengerjap beberapa kali, Gina ingin sekali mengalihkan pembicaraan kepada topik yang lain. Namun apa daya, mulutnya seakan terkunci setiap kali ingin membuka suara dan mengalihkan topik selain membalas pertanyaan Papanya.
"Gina nggak tau, Pa." Jeda sejenak, tiba-tiba saja netra hitamnya berkaca-kaca. "Gina nggak bisa inget apa-apa."