Télécharger l’application
37.14% An Empress and Warrior / Chapter 13: Harapan dalam Pelarian

Chapitre 13: Harapan dalam Pelarian

Sementara Qin Lang dibawa ke kediaman yang tidak diketahui, Xiu Lan dan Jiang Ning melanjutkan perjalanan mereka. Entah ke mana kaki akan melangkah dan bagaimana pula nanti mereka bisa lepas dari kejaran para penjahat. Tidak ada yang tahu akan nasib ke depan.

Xiu Lan merasa bersalah membuat Jiang Ning yang masih remaja hidup menderita seketika. Mereka tidak memiliki pakaian, makanan atau tempat tinggal yang bagus, hanya sekadar saja.

Dia sendiri sudah lama menabung, tetapi pelarian yang tiba-tiba membuatnya tak sempat membawa harta bendanya.

"Makanlah, aku sudah banyak makan," kata Jiang Ning memberikan roti kepada Xiu Lan.

Pria itu menolaknya dengan alasan sudah kenyang dan membiarkan gadis muda malang makan lebih banyak.

Usianya masih muda dan hidupnya sudah seberat ini. Tentu saja Xiu Lan juga tidak memiliki kehidupan yang sangat enak dan baik, tetapi entah kenapa dia selalu merasa hidupnya mungkin lebih baik dibandingkan gadis itu atau dia lebih bisa menanggungnya karena sejak awal hidupnya tidak pernah baik. Sementara gadis cantik ini, semuanya berubah dalam sekejap mata. Hanya satu malam saja yang penuh bencana dan hidupnya benar-benar tak pernah sama lagi.

"Nona Jiang, maafkan aku kita hanya bisa hidup begini sementara," ucap Xiu Lan dengan penuh rasa bersalah dan malu.

Mereka bermalam di sebuah gubuk tua yang dipinjamkan oleh penduduk desa. Pelarian sekian ratus kilometer membuat keduanya lelah dan harus istirahat. Untung saja para warga desa tidak curiga dan mau menerima mereka berdua. Mereka menduga kalau Xiu Lan dan Jiang Ning habis dirampok ketika melakukan perjalanan bisnis.

Memang banyak sekali perampok dan perompak pada masa itu. Tidak mengherankan kalau mereka dianggap sebagai pebisnis. Dengan modal kemampuan bicara yang dimiliki oleh Xiu Lan hidup mereka mendapatkan kemudahan hari ini.

"Jangan berkata begitu, sebenarnya hidup saja sudah lebih baik daripada tidak sama sekali. Aku berterima kasih pada Kakak," ucap gadis itu dengan tulus.

Sejak dalam pelarian mereka memperkenalkan dirinya sebagai kakak-adik. Untung saja wajahnya sedikit agak mirip sehingga membuat orang-orang percaya saja.

Kisahnya begini, mereka melakukan perjalanan bisnis bersama ayahnya dan kemudian dirampok di tengah jalan. Kakak pertama mereka ditangkap oleh bandit, sementara ayahnya meninggal di tempat.

Memang cerita ini hampir sama dengan aslinya kecuali soal perjalanan bisnis dan hubungan asli mereka berdua.

"Aku berjanji kita akan hidup lebih baik lagi," ucap Xiu Lan dengan sungguh-sungguh. Dia tidak akan melupakan pesan Qin Lang dan paman Jiang.

Mereka berdua selalu berpesan agar dirinya bisa menjaga gadis polos itu.

"Aku percaya hidup kita bisa lebih baik lagi," ucap gadis itu.

Dia belum bisa tersenyum atau tertawa. Selain menangis karena mengingat ayahnya, diam saja sudah baik untuknya. Gadis itu sangat terkejut dengan kejadian yang tiba-tiba ini apalagi dua orang yang baru saja mau menjadi temannya, salah satu di antaranya belum diketahui apakah masih hidup atau tidak.

"Baiklah, kita istirahat. Beberapa waktu di sini dulu, tapi kita tidak bisa lama-lama di sini. Kita harus segera pergi menjauh," jelas Xiu Lan.

Jiang Ning mengangguk setuju dengan patuh. Selama ini gadis manis itu hanya diam di mansion dengan segala kemewahannya, sekarang dia harus berhadapan dengan kejamnya dunia. Dirinya sama sekali tidak pengalaman kecuali pengalaman kejamnya ibunya pada dia dan ayahnya.

"Kakak Qin kira-kira bagaimana? Mengapa tidak ada yang mengejar kita? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Jiang Ning dengan bibir gemetar.

Terakhir dia mengingat pria itu, tubuhnya sudah ada luka dan beberapa bercak darah di mana-mana. Entah itu darahnya sendiri atau darah orang lain, Jiang Ning tidak tahu. Dia hanya berharap Qin Lang mendapatkan berkah dewa dan kemujuran sehingga mereka bisa bertemu lagi.

"Tenang saja, Kakak Qin selalu mendapatkan keuntungan dalam hidupnya, dia memang tidak selalu menjadi yang paling kaya dan sebagainya, tetapi di antara semua kecelakaan dan juga bencana, dia selalu berhasil hidup. Bukankah itu sudah cukup? Kemujuran adalah kekuatan," jelas Xiu Lan menghibur hati gadis itu.

Dia benar-benar berharap kalau Qin Lang memang berhasil hidup dan karena itulah mereka tidak dikejar sampai sekarang.

Kalau seandainya tidak, mana mungkin mereka berhasil lolos? Jiang Ning tidak berlari sekencang dirinya dan bisa dipastikan sebenarnya pelarian mereka belum begitu jauh. Sangat mudah menemukan keduanya kalau memang hendak dikejar.

"Baiklah, aku hanya berharap dia baik-baik saja dan kita bisa kembali bersama suatu saat nanti," lirih Jiang Ning dengan mata berkaca-kaca karena mengingat semua kejadian pahit yang baru saja menimpa kehidupan mereka.

Xiu Lan mengenang masa kecilnya bersama Qin Lang. Hidup mereka berdua belum pernah begitu enak dan nyaman, segala masalah seolah datang silih berganti begitu saja. Tidak pernah diberikan waktu bernapas atau bersantai.

"Aku dan Kakak Qin sudah banyak mengalami hidup dan mati. Dia tidak akan mati semudah ini. Aku sangat yakin," jelas Xiu Lan bersemangat untuk memberikan kekuatan pada gadis di hadapannya dan juga dirinya sendiri.

Jiang Ning mengangguk setuju dan malam ini sebelum tidur, Xiu Lan menceritakan kisah mereka berdua sejak kecil. Dia juga tidak melupakan ayah Qin Lang yang begitu kejam dan keji. Kemudian, kehidupan mereka di desa kumuh itu, sampai akhirnya keduanya dijual kepada bajak laut. Entah mendapatkan keuntungan apa, berkali-kali dijual mereka malah bertemu dengan Jiang Feng, bos bajak laut yang baik.

Kisah pedih baru saja berujung bahagia dan dimulai lagi dengan kisah pilu lainnya.

"Begitulah hidup, tidak ada akhirnya kalau masih hidup," jelas Xiu Lan.

"Maafkan aku mengungkit derita kalian."

Jiang Ning merasa bersalah. Seketika dia juga merasa bersyukur ternyata kehidupannya masih bisa dikatakan baik dan jauh lebih baik dibandingkan kebanyakan orang. Namun, saat dia mengingat kehidupannya, wajah ayahnya akan selalu terlintas.

"Sudahlah, jangan bersedih lagi, Paman Jiang akan marah kalau melihat wajahmu jelek begini lalu dia akan menghajar aku yang tidak berguna ini," ucap Xiu Lan begitu melihat Jiang Ning meneteskan air matanya.

"Aku tidak menangis," kata Jiang Ning berbeda dengan apa yang dia lakukan.

Xiu Lan menggodanya dan memberikan hiburan agar remaja itu tidak terlarut lagi.

"Apanya yang tidak menangis? Kalau kau begini hatiku ikut sakit. Hidup kita belum berakhir dan kita harus berjuang demi paman dan Kakak Qin. Apakah kau mau?"

Xiu Lan harus membangun kepercayaan diri dan semangat hidup. Semuanya sudah diambil dari hidupnya yang malang, tetapi semangat tidak boleh dicuri.

"Aku mau," jawab gadis itu sambil mengangguk dan matanya masih terlihat sembab.


next chapter
Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C13
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous