Alenoso
Langit siang yang cerah perlahan mulai menggelap di tutupi awan hitam yang menandakan akan segera turun hujan. Orang-orang mulai menyiapkan payung untuk melindungi baju mereka agar tidak basah, Lain hal nya dengan seorang gadis bersurai Panjang kecoklatan yang bahkan tidak peduli jika akan turun hujan.
Alena itu menghela nafas setelah melihat pesan singkat dari sang kakak. Dia mendapat perintah dari kakak nya, bahwa ia harus berkunjung ke suatu tempat yang bahkan tidak pernah ia kunjungi seumur hidup nya. Saat berjalan, dan terlalu fokus dengan ponsel nya, Ia tidak sengaja bertabrakan dengan seorang pria.
Brakkk
Ponsel Alena yang sedari tadi ia pegang terjatuh. "Maaf.." Ucap Alena membungkuk ingin mengambil ponsel nya yang terjatuh.
"Apa kau tidak punya mata, Hah!"
Alena yang tadi ingin mengambil ponsel nya mengurungkan niat nya lalu menatap pria di depan nya yang berteriak pada nya.
"Aku punya" Jawab Alena santai. Hanya melihat penampilan Pria itu, Alen asudah tau jika pria yang bertabrakan dengan nya ini adalah seorang preman.
Alena lalu mengambil ponsel nya yang terjatuh lalu hendak pergi. Saat Alena memalingkan tubuh nya. Preman itu menghampiri Alena dan dengan tanpa aba-aba. Preman itu memegang tangan Alena kasar. " Kau ga tau siapa yang berkuasa di sini!,"
"Lepas" Pinta Alena. Alena bahkan tidak peduli ucaapan terakhir pria itu, Ia sangat mengenal betul apa saja yang akan di lakukan para preman untuk menakuti lawan nya. Dan, Saat pria itu menyentuh Alena, orang-orang di sekitar nya tidak membantu. Hanya diam dan tidak melakukan apapun sata melihat seorang Wanita di ganggu oleh Pria yang mencoba menyentuh nya.
Alena melihat sekitar nya dan benar saja, tidak ada yang membantu nya sama sekali. Ia lalu menarik nafas dan mengikuti kemana pria ini menariknya, Dan benar saja pikir Alena. Dirinya akan di bawa ke tempat sepi. Tempat yang sempit, Dan gelap. Alena juga mencium bau besi di sekitarnya.
"Lepas!."
"Diam atau mati di sini!!."
Alena tertawa, seperti ada yang menggelitik hati nya setelah mendapatkan Ancaman kematian, Pria yang tadi menarik Alena lalu melepaskan genggaman nya lalu melihat Alena heran.
Alena masib tertawa, ia bahkan memegang perut nya yang keram karena terlalu banyak tertawa. "Kau mengancamku, Hahaha." Alena masih tertawa, bahkan saat ini ia menangis karena terlalu banyak tertawa.
"Apa kau gila!." Teriak pria itu. Jujur saja pria itu menatap Alena bingung. Ia bahkan berpikir Alena gila karena tertawa dengan ancaman nya. Atau meremehkan nya?.
"Kau hanya preman bodoh, situasi ini saja tidak paham." Sahut Alena mengangkat suduh bibir nya.
"Kau Meremehkan ku?"
"Hmm"
Pria itu menggempalkan kedua tangan nya melihat harga diri nya di remehkan Wanita, Pria itu menatap tajam Alena dengan amarah. Sedangkan Alena? Ia bahkan tersenyum menyeringai membuat Preman itu bertambah marah.
"Akhhh! Bit*h!." pria itu teriak dan mengamuk, Alena melihat sorot mata preman itu dan bisa menyimpulkan jika dirinya sudah membuat nya Emosi Preman itu tersakiti.
"Kau harus mati!!"
Preman itu kemudian mengambil tongkat besi yang berada di samping, lalu berjalan mendekati Alena. Dan..
Brakkk
Tanpa memikirkan apapun, pria ini manargetkan Alena dan berusaha memukul nya menggunakan Besi di tangan nya. "Wanita seperti mu harus di beri pelajaran, Rasakan ini!.."
Saat ingin memukul Kembali, Alena berhasil memegang Besi yang hampir saja mengenai wajah nya dengan satu tangan. Alena menyeringai menatap Pria itu. "Kau salah lawan, Tuan." Ucap nya lalu mengambil tongkat besi itu dan membuang nya ke sembarang tempat.
"Kau salah menganggap diriku wanita lemah, Tuan."
Alena mencelupkan salah satu tangan nya ke kantong switter dan mengambil benda yang selalu ia bawa untuk melindungi diri. "Jadi, Siapa yang sekarang akan mati?" Alena tersenyum menyeringai menyodorkan pistol ke arah pria itu.
Melihat Wanita menyodorkan pistol ke arahnya, pria itu tertawa terbahak-bahak. "Kau mengancam ku dengan pistol mainan….
Dorr
Tanpa mengatakan apapun, Alena langsung menarik pelatuk nya lalu menembak botol kaca yang berada di samping nya. "Maaf, aku hanya membuktikan jika semua nya asli. Bahkan Ancaman itu asli." Kata Alena tersenyum manis namun dengan arti yang berbeda.
"K-kau, bagaimana kau punya pistol!!." Teriak Pria itu tidak percaya. Pria itu seketika gemetar mengetahui jika pistol yang di pegang Alena adalah asli.
Alena tersenyum. "Kenapa tuan gemetar? Kita akan bermain permainan sebenanrya, seharusnya tuan senang."
Alena menatap pria itu dengan senyuman menggembang di wajah nya. ia juga sesekali melihat gambar tattoo di lengan pria itu yang bergambar singa. "gambar itu tidak cocok berada di sana," tunjuk Alena ke arah tattoo singa di lengan pria itu.
Dan pada saat itu, langt bergemuruh, hujan turun dengan deras, angin berhembus kencang sehingga terdengar suara botol kaca yang bersahutan. Ia menatap pria itu dan menampung air hujan di satu tangan lalu berkata. "Air yang bersih ini akan bercampur dengan darah tuan yang kotor, sayang sekali." Gumam nya membuat pria itu bergidik ngeri.
"jangan berpikir macam-macam!, b-baiklah. Aku akan melepaskan kau, jadi pergi dari sini!."
Alena tertawa, Apa pria ini pikir dengan membiarkan nya pergi akan menyelesaikan maslaah di anatar kedua nya? Tentu saja jawaban nya tidak.
"Ah, Tuan. Sebenarnya aku sedang tidak baik-baik saja, Kau membuat penyakitku ingin mendapatkan kepuasan nya sekarang." Alena berjalan pelan ke arah pria itu dengan salah satu tangan nya yang masih memegang pistol.
Merasa jaika dirinya tidak akan baik-baik saja jika berlama-lama dengan wnaita yang ia anggap gila, pria itu memutuska kabur dari Alena. Saat ingin membalik badan nya. saat itu juga suara tembakan keluar.
Dorr dorr
Brakk
"Akh!"
Pria itu tersungkur setelah terkena tembakan di kedua kaki nya. Alena menyeringai saat melihat mangsa nya menjerit kesakitan. Alena memejamkan kedua mata nya menikamti suara rintikan hujan dan melodi yang terdengar di indra pendengaran nya. "Teriakan ini seakan seperti sebuah lagu yang sangat merdu, yang melantun indah di pendengaranku, sangat indah." Gumam Alena yang masih dalam posisi nya. menikmati teriakan Yang berlumuran darah di depan nya.
"Ampuni aku, a-aku tidak akan menggangu mu lagi, tolong lepaskan aku." Pinta pria itu meringis kesakitan karena terdapat dua peluru yang bersarang di kedua kaki nya.
Alena membuka mata nya perlahan, melihat objek yang membuatnya seketika mengukir senyum di wajah cantiknya. "Kenapa, Aku hanya ingin membantu tuan bertemu dengan tuhan, apakah aku salah?" Ucapan Alena membuat priaitu semakin ketakutan, di tambah dengan rasa sakit yang ia rasakan saat ini. Sangat sakit!.
Alena berjongkok di depan pria itu dan mengamati darah yang berceceran di lantai. Alena menyentuh darah itu menggunakan tangan nya lalu mendekatkan tangan nya ke hidung dan menghirupnya. "Harum."