Télécharger l’application
84.57% Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 148: Kebahagiaan Angel 1

Chapitre 148: Kebahagiaan Angel 1

" Suara? Suara apa, ya, Nyonya?" tanya Minah dengan wajah takut.

" Suara...seperti orang mendesah atau teriak?" tanya Angel lagi dengan membuang rasa malunya.

" Tidak ada, Nyonya! Nyonya jangan menakut-nakuti saya, dong!" kata Minah.

" Maksud saya bukan hantu!" kata Angel. Tok! Tok! Angel melihat ke arah pintu kamar.

" Permisi, Nyonya! Bos meminta ponselnya yang tertinggal!" kata Jim yang berdiri di pintu. Angel meraih ponsel suaminya yang terdapat diatas nakas.

" Maaf, Nyonya! Kalo saya menguping, tapi kalo suara itu berasal dari kamar Nyonya, tidak akan ada yang bisa mendengar selain orang yang berada di dalam kamar Nyonya!" kata Jim yang tahu apa yang terjadi. Bisa-bisanya Bos menggoda istrinya! batin Jim.

" Kenapa?" tanya Angel mengerutkan keningnya.

" Karena ruangan ini kedap suara, Nyonya!" jawab Jim lalu meninggalkan Angel yang sedang berpikir keras.

" Astaga, Masssss!" teriak Angel membuat Minah kaget.

" Ya ampun, Nyonya!" seru Minah.

" Maaf, Mbok! Saya hanya kesal sama suami saya!" kata Angel.

" Saya permisi, Nyonya!" kata Minah lalu pergi.

" Awas aja, Mas! Kamu sudah bikin aku malu!" kata Angel kesal.

Malam itu Angel terlihat sangat cantik dengan balutan gaun maroon yang mencetak jelas lekuk tubuhnya. Rambutnya yang diikat ke atas menambah kesan dewasa pada dirinya. Mereka akan makan malam di Restoran AAA sesuai yang dipesan Revan tadi siang.

" Apa di wajahku ada sesuatu hingga kamu menatapku terus-menerus?" tanya Revan saat Angel merapikan dasi suaminya.

" Ti...tidak! Aku hanya ingin melihat suamiku yang sangat tampan!" kata Angel malu.

" Baru sadar jika aku sangat tampan?" tanya Revan.

" Ckkk! Tapi aku rugi dengan semua itu!" kata Angel kesal.

" Rugi?" tanya Revan tidak mengerti.

" Iya! Rugi! Karena aku harus membagi ketampananmu dengan banyak gadis dan wanita diluar rumah! Bahkan disini!" kata Angel sebel.

" Apa kamu ingin mengurungku disini untuk dirimu?" tanya Revan.

" Bolehkah?" tanya Angel berbinar. Pletakkk!

" Awww! Sakit! Kenapa kamu menyentil keningku?" rengek Angel.

" Hilangkan pikiran anehmu itu!" kata Revan menundukkan tubuhnya agar wajah mereka sejajar.

" Kenapa?" tanya Angel cemberut.

" Apa kamu akan kenyang dan menjadi kaya dengan hanya melihat wajahku?" tanya Revan lagi.

" Asalkan kamu selalu bersamaku!" jawab Angel tersenyum.

" Apa kamu tidak membutuhkan makanan dan minuman?" tanya Revan.

" Ada banyak di lemari es!" jawab Angel santai.

" Apa semua tidak akan habis?" tanya Revan.

" Suruh aja Mbok Mira atau Jim yang beli!" jawab Angel.

" Uangnya darimana?" tanya Revan.

" Kamukan kaya!" jawab Angel nggak mau kalah.

" Setelah uang itu habis?" tanya Revan.

" Nggak akan!" jawab Angel. Revan terdiam.

" Kita minta orang tuakuaatau papa Valen!" jawab Angel. Revan menggeleng-gelengkan kepalanya.

" Apa menurutmu mereka tidak akan marah melihat menantunya hanya makan tidur saja tanpa bekerja?" tanya Revan. Angel terdiam.

" Apa kamu mau tubuh kita jadi melebar?" tanya Revan.

" Tidak!" jawab Angel cemberut lagi. Revan menghembuskan nafasnya.

" Dan kalo uang orang tua kita juga habis, apa kita bisa hidup kalo aku tidak bekerja?" tanya Revan.

" Iya! Iya! Aku tahu, aku egois!" jawab Angel kesal. Revan mengangkat dagu istrinya dan menatap lembut Angel.

" Apa dengan menjadikanmu istriku tidak cukup?" tanya Revan penuh kelembutan.

" Cukup!" jawab Angel membalas tatapan mata suaminya dan seakan tersihir oleh wajah tampannya.

" Lalu kenapa masih berpikir begitu?" tanya Revan.

" Aku hanya takut!" kata Angel lagi.

" Takut?" ucap Revan membeo.

" Aku takut cintaku tidak cukup besar untuk menahanmu disisiku!" ucap Angel pelan.

" Buat aku melihat itu! Buat aku tidak berpaling darimu!" kata Revan, membuat Angel terpaku. Bagaimana caranya? Aku masih pertama dalam segala hal, aku bukan wanita dengan banyak pengalaman, Mas! Dan Wina? Apakah aku bisa menghapus dia dari hatimu? batin Angel.

" Lakukan semampumu! Aku akn menghargai segala usahamu!" kata Revan seakan tahu isi kepala istri kecilnya. Angel memeluk erat tubuh suaminya dan Revan membalasnya dengan mengecup rambut istrinya.

" Apa aku boleh datang ke kantormu?" tanya Angel sambil berjalan keluar kamar.

" Untuk apa?" tanya Revan.

" Mengantar makan siang!" jawab Angel beralasan.

" Apakah akan ada dessertnya?" tanya Revan tersirat.

" Apa kamu mau kubawakan puding untuk dessertnya?" tanya Angel tidak mengerti dengan maksdu Revan.

" Ternyata istriku sangat lugu!" sahut Revan tersenyum.

Mereka telah sampai di tempat tersebut, Angel sangat bahagia malam ini. Angel bertekad akan membuat suaminya hanya memikirkan dan menginginkan dirinya.

" Katakan kamu mau dessert apa?" tanya Angel lagi.

" Apa harus aku jawab?" tanya Revan tersenyum.

" Tentu saja! Agar aku tidak membuatmu kecewa!" jawab Angel bersemangat.

" Ok! Ini dessertnya!" ucap Revan sambil memperlihatkan ponselnya.

"Asyaga! Tuan Revan Varel Abiseka! Darimana anda mendapatkan itu?" tanya Angel terkejut sambil membayangkan adegan panas mereka. Revan segera meletakkan satu jarinya di bibirnya tanda menyuruh Angel mengecilkan suaranya.

" Dasar Omes kamu, Mas!" kata Angel pelan.

" Apa kamu tidak?" tanya Revan yang mendengar ucapan Angel.

" Tentu saja tidak!" jawab Angel gugup, membela otaknya yang memang mesum juga.

" Hahaha!" tawa Revan.

" Masss! Aku malu!" ucap Angel manja. dengan wajah yang kembali merona.

" Kenapa kamu bertahan denganku setelah tahu semuanya?" tanya Revan. Angel memejamkan kedua matanya tapi Revan tidak melihatnya karena mereka sedang menikmati hidangan makan malam.

" Karena aku sangat mencintai kamu, Mas! Hanya kamu yang aku inginkan dalam hidupku! Aku harus memiliki kamu atau tidak sama sekali!" kata Angel sangat manis. Revan tersenyum.

" Tunggulah aku!" kata Revan.

" Pasti!" jawab Angel.

Makan malam yang romantis dan Angel terlihat sangat cantik malam itu walau jalannya tadi sedikit berbeda akibat masih terasa sedikit nyeri. Lalu mereka berjalan-jalan mengelilingi kota dan berfoto. Jantung Angel kembali berdebar-debar malam itu. Mereka berjalan sedikit jauh, Angel merasa sangat lelah dan nafasnya sedikit sesak. Kenapa dadaku terasa sedikit nyeri? batin Angel.

" Kamu kenapa?" tanya Revan.

" Nggak papa, Mas! Ayo!" ajak Angel setelah merasakan nyerinya hilang dan nafasnya kembali normal.

Kenapa kepalaku sangat pusing dan perutku mual sekali! batin Angel. Angel berjalan ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Hoekkk! Hoekkk!

Sudah seminggu Revan sedang ada pekerjaan di negara M. Perusahaannya disana sedang mengalami masalah besar yang mengharuskan Revan datang langsung kesana.

Angel menyandarkan tubuhnya ke kursi yang ada di sana. Wajahnya sangat pucat dan tubuhnya terasa lemas. Sudah 3 hari dia mengalami gejala ini dan setiap muntah dadanya terasa sangat nyeri. Angel lalu kembali tidur di ranjangnya karena merasa mengantuk. Tiba-tiba matanya terbuka dan dia pergi ke kamar mandi dengan perlahan. Dibukanya lemari yang ada disitu, ditatapnya pembalut yang ada di sana. Kenapa masih...apakah...Ya Tuhan! batin Angel. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Angel membersihkan tubuhnya dan memakai pakaian. Disambarnya tas kecilnya dan memasukkan dompet serta ponselnya ke dalam tas tersebut.

" Nyonya?" sapa Minah.

" Apa mbok masak ikan?" tanya Angel.

" Iya, Nyonya! Tapi..."

" Aku mau itu! Aku lapar!" kata Angel.

" Tapi itu ikan para pekerja!" kata Minah.

" Tidak apa! Cepatlah, mbok! Aku harus pergi!" kata Angel lagi. Minah menghidangkan pepes ikan dan sayur asem di meja makan.

" Baunya sangat harum, mbok!" kata Angel, lalu dengan semangat dia mengambil nasi dan lauk tidak lupa sayurnya juga. Angel memakan dengan lahap makanan di hadapannya itu.

" Aku pergi dulu, mbok! Aku mau lagi nanti malam!" kata Angel membuat bengong Minah.

" Sejak kapan Nyonya menyukai pepes ikan?" batin Minah.


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C148
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous