Télécharger l’application
2.03% Aku Bukan Boneka Ayahku / Chapter 8: Mulai Tumbuh Rasa

Chapitre 8: Mulai Tumbuh Rasa

"Bu, aku malu masuk kuliah."

"Kenapa malu?"

"Teman aku, Novia. Selalu saja ejek aku kalau pas ketemu. Aku tidak mau kalau aku sampai benar-benar di nikahkan dengan om Rio, Bu."

"Tapi sayang dengan pendidikan kamu, kamu juga anak yang pintar. Sebentar lagi kamu 'kan selesai kuliahnya. Jadi sabar dulu ya?"

"Tapi, Bu. Aku tidak mau kalau kuliah aku di biayain om Rio. Dia kemarin datang ke kampus."

"Ayah kamu sudah keterlaluan, tega-teganya menjual anak sendiri demi uang untuk bayar hutangnya. Ibu tidak akan tinggal diam. Yang penting kamu jangan khawatir, tetap datang ke kampus ya? Masalah om Rio nanti akan Ibu selesaikan dengan Ayah kamu."

"Tapi, Bu. Pasti Ayah akan semakin marah dengan Ibu nanti. Aku tidak ingin kalau sampai Ayah lukai Ibu lagi."

"Tidak, kamu jangan khawatir. Ibu akan urus semua demi kamu. Ya sudah, sekarang kamu pergi saja ke kampus ya? Kamu jangan pikirkan Ibu."

"Baiklah, Bu. Ibu hati-hati ya!"

"Seharusnya kamu yang hati-hati, Griz."

"Iya, Bu. Aku pamit ya, aku sayang sama Ibu." Griz memeluk ibunya dengan erat. Lalu pergi meninggalkan rumah dan menuju kampus yang tidak begitu jauh. Sampai di jalan, Griz bertemu kembali dengan Kiano di warung kemarin mereka ngobrol.

"Hei, Griz. Mau ke kampus ya?" Sapa Kiano. Namun, Griz tidak menjawab. Justru dia semakin menundukkan pandangan dan tetap melangkah kan kakinya. Kiano terus menyapa dan mengiringi jalan Griz.

"Grizelle, kamu kenapa sih?"

"Tolong jangan dekati aku lagi!" Ucap Griz singkat.

"Loh, kenapa? Memangnya tidak boleh?"

"Kamu tentu sudah di peringati dengan ayahku 'kan kemarin? Jadi tolong, anggap saja kita tidak saling kenal."

"Em, iya memang kemarin ayah kamu datangi aku dan larang aku untuk dekat kamu lagi. Tapi aku tidak peduli itu!" Ucapan Kiano sontak membuat Griz menghentikan langkahnya. Begitu berani Kiano mengungkapkan kata-kata dengan maksud dan tujuan belum jelas.

"Maksud kamu apa? Kamu tidak takut?"

"Kenapa harus takut?"

"Ayah aku disegani orang komplek sini. Memangnya kamu tidak takut kalau suatu saat nanti Ayahku dan temannya keroyok kamu?"

"Oh, kalau masalah itu mah kecil. Aku tidak takut. Aku 'kan laki-laki. Jadi kenapa harus takut?"

"Kamu jangan gila Kiano? Aku tidak sedang bercanda soal ini. Ayahku kejam dan bisa saja melukai kamu nanti."

"Kamu tenang saja kalau soal itu. Yang penting aku bisa dekat kamu." Dengan santai dan yakin Kiano ucapkan kata-kata itu kembali.

"Gila kamu!" Griz menggelengkan kepalanya dan terus berjalan menuju kampus yang sudah didepan mata. Kiano pun menghentikan langkahnya ketika sudah sampai gerbang kampus.

"Iya, aku memang gila. Gila sama kamu Grizelle. Aku penasaran dengan hidup kamu! Aku merasa tertantang dengan semua ini." Ucapnya lirih sembari melambaikan tangan dan senyum tipis ke arah Griz yang kebetulan juga menoleh kearah Kiano sebentar. Namun, Griz langsung melanjutkan langkahnya. Kiano bermaksud melangkah untuk meninggalkan Grizelle, tapi belum jauh dia melangkah terdengar suara Griz yang kesakitan. Kiano segera kembali untuk menghampiri sumber suara tersebut. Terlihat Griz jatuh dan terduduk di atas tanah. Di sana juga terlihat rombongan geng Novia tertawa riuh mentertawakan Griz.

"Apa? Lagi-lagi wanita jahat itu. Apa sih maunya ganggu Grizelle terus. Awas saja!" Kiano bermaksud untuk menghampiri Griz, namun Griz terlebih dahulu kembali berdiri dan meninggalkan Novia dan lainnya. Di sana terlihat Grizelle tidak mau berurusan dengan Novia. Kiano pun menahan amarah lalu pergi meninggalkan mereka saat Griz benar-benar sudah 'tak terlihat dan di ganggu Novia lagi.

Kali ini, Griz harus bertahan demi kuliahnya yang sebentar lagi akan selesai. Dia berusaha menutup telinga ketika Novia dan temannya membicarakan dirinya. Sikap acuh 'tak acuhnya terhadap Novia, berharap akan membuat Novia bosan sendiri. Tapi ternyata tidak, justru Novia semakin memancing emosi Grizelle. Namun Kiano selalu datang membantu.

"Hai!" Sapa Kiano sembari senyum dan mengiringi langkah Grizelle.

"Kamu kenapa sih? Setiap hari selalu ganggu aku?"

"Memangnya aku ganggu kamu ya? Tidak 'kan? Justru aku jagain kamu, dan antar kamu sampai ke kampus."

"Tapi kamu tidak perlu lakukan ini semua."

"Kamu risih?"

"Tidak sih!"

"Nah, 'kan. Tidak, berarti kamu mau aku temani."

"Ah, terserah kamu deh. Tapi kalau sampai ada apa-apa, aku tidak mau tanggung jawab."

"Oke, tidak apa-apa. Yang penting aku bisa jagain kamu." Ucap Kiano datar dan yakin akan perbuatannya. Hal itu, sedikit membuat Griz senyum dan merasa nyaman dengan Kiano yang selalu menjaganya. Kini Kiano selalu mengantar Griz sampai di dalam gerbang. Sejak itu, Grizelle semakin akrab dengan Kiano.

"Sial, beruntung banget sih hidup Grizelle. Sudah lah mau di nikahi orang kaya, sekarang ada pria tampan yang selalu menemani dan menjaganya." Ujar Novia sembari mencibir.

"Memangnya kamu mau nikah dengan pria tua dan kaya?" ledek salah satu temannya.

"Ya tidak sih!"

"Eh, Nov! Aku punya ide nih. Bagaimana kalau kita beritahu soal ini ke Om-om itu! Pasti Grizelle akan dapat masalah besar." Ucap Siksa memberikan ide kepada Novia.

"Wah, ide bagus tuh! Tumben pinter!" Novia sedikit mendorong kening Siska dengan bercanda.

"Ye, syukur di kasih ide. Tapi bagaimana caranya?"

"Kalau soal itu gampang, aku tahu kok kantor Om itu. Nanti aku datangi saja kantor dia."

"Wah, ternyata kamu mata-mata juga ya? Haha, ide bagus."

Lagi-lagi Novia dan temannya selalu membuat rencana busuk pada Griz.

***

"Kamu siapa? Sudah banyak wanita muda datang mencari papaku termasuk kamu, sebenarnya ada apa sih?" Ucap Ellena ketika Novia datang ke kantor Om Rio.

"Aku ada sedikit perlu dengan Papa kamu. Izinkan aku ketemu sebentar sama papa kamu!"

"Tidak, kali ini harus jelas. Jangan seperti kemarin, datang wanita muda malah ngaku-ngaku hamil sama Papa."

"Oke, baiklah. Aku hanya ingin menyampaikan soal pekerjaan, bukan soal lainnya." Novia berbohong dengan Ellena yaitu anak dari Om Rio. Dia selalu menjaga papanya dari gangguan wanita-wanita yang sering mendatangi papanya.

"Oh, baiklah. Kali ini, aku akan izinkan. Tapi hanya sekali ini saja."

Novia masuk ke ruang kerja Om Rio.

"Gila, peduli amat anaknya sampai jagain papanya." Novia gelengkan kepala.

"Permisi, Om?"

"Iya, masuk!"

Kedatangan Novia di sambut ramah dengan Om Rio. Hingga dia kembali menatap Novia dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan nafsunya. Novia pun merasa risih dengan tatapan Om Rio.

'Ya ampun, kok bisa-bisanya Grizelle berurusan dengan orang seperti dia ya?' Gumam Novia merasa jijik. Dia tetap terdiam ketika Om Rio asyik menikmati lekuk tubuhnya yang kebetulan hari itu Novia memakai pakaian seksi.


next chapter
Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C8
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous