gadis cantik bernama Jill duduk sambil menikmati suasana paviliun belakang Mansion, dia menatap hamparan luas perkebunan dan sesekali menggigit buah apel.
"Amora, panggilan perempuan hamil itu, aku ingin bicara" titahnya
amora mengangguk setelah memberikan secangkir teh di meja Jill.
Amora mendekat kearah Angka yang Sedang merapihkan sisa masakan di atas meja memasak.
"perempuan sombong itu memanggilmu" bisik Amora
Angka menoleh dan mengerutkan keningnya heran "ada apa memanggil ku, apa aku mempunyai kesalahan?" tanya nya takut
Amora menggelengkan kepalanya "aku tidak tahu, tapi saran ku ...kau dekati saja perempuan itu, jika dia berbuat macam-macam maka aku akan mengadukan perbuatan nya pada tuan Andreas" ucap Amora.
Angka mencuci tangan nya Setelah itu datang menemui Jill.
"permisi nyonya, apa anda memanggil ku?" Tanyanya
Jill mengisyaratkan pada Angka untuk duduk di sebelah nya, angka pun menuruti keinginan gadis tersebut.
"sudah berapa lama kau tinggal disini?" tanya Jill.
"seminggu nyonya" jawab Angka
Jill melihat perut buncit angka "kau di campakkan kekasih mu? aku heran...Andreas ternyata masih memiliki hati nurani dan menolong mu" ujar gadis itu lagi
angka menundukkan kepalanya,namun sedetik kemudian Jill mengangkat pandangan angka dengan jari telunjuknya.
"ini yang pertama kali nya Andreas memiliki rasa iba, dan kau jangan pernah berharap untuk terus merasa di kasihani oleh nya..entah kenapa melihat mu aku merasa tidak suka" ucap Jill
angka terdiam, dia tidak berani menjawab ucapan gadis bernama Jill tersebut, seorang gadis yang menjadi salah satu simpanan Tuan Andreas.
"aku hanya bekerja disini nyonya, kuharap kau tidak membenci ku" ujar angka
Jill terkekeh dan menjentikkan jarinya memberikan isyarat pada angka untuk segera pergi dari hadapan nya.
baru saja angka berdiri, Jill kembali memanggil nama nya.
"aku tidak ingin membuat Andreas merasa kasihan pada bayi mu jika lahir nanti, bukan aku membenci calon bayi mu, hanya saja..aku tidak suka melihat seorang bayi karena Andreas pernah dua kali menggugurkan kandungan ku, dan bukan hanya aku namun gadis yang lainnya jika mendapatkan perlakuan yang sama" ucap Jill pelan
angka mengusap perut buncitnya "tidak akan nyonya, tuan Andreas adalah atasan ku..mana mungkin seorang atasan bisa memperhatikan pelayan rendahan seperti kami" sahut angka
"baguslah jika kau mengerti" balas Jill
Angka mengangguk dan pergi meninggalkan Jill yang sedang menikmati suasana pagi di perkebunan.
baru saja angka masuk kedalam ruang tengah, tiba-tiba dia berpapasan dengan Andreas yang baru saja turun dari lantai atas.
"oh.. kau" ucap Andreas kaget
angka tak kalah kaget, gadis cantik itu berhenti mendadak dan menundukkan pandangannya saat berhadapan dengan Andreas
"maaf tuan jika aku mengagetkan mu" ujar nya pelan.
Andreas menghela nafas panjang " tidak apa-apa Angka" jawabnya
gadis tersebut segera beranjak menghindari Andreas, dia masih sedikit ketakutan saat melihat wajah nya yang tampan namun memiliki sikap seperti monster.
dia tidak segan-segan membunuh orang lain dan tertawa melihat darah segar yang mengucur.
sungguh sadis!
"tunggu" panggil Andreas
gadis itu berbalik dan berhenti menghadap Andreas
"apa kau takut padaku Angka? kulihat beberapa hari ini saat kau bertemu dengan ku..wajah mu menegang" ucap Andreas
angka memainkan jari-jarinya, dia sedikit gugup saat berhadapan seperti ini dengan tuan yang memiliki karakteristik misterius dan menyeramkan.
"aku tidak takut tuan, hanya saja aku menghormati mu sebagai tuan ku" ucap gadis itu dengan bibir yang bergetar
Andreas terkekeh melihat wajah ketakutan dari nya, dan itu wajar... beberapa hari yang lalu Angka pernah membersihkan sisa darah dari tubuh seseorang yang Andreas bunuh.
mungkinkah gadis itu ketakutan jika saja dia melakukan kesalahan-kesalahan Maka akan bernasib seperti pria tersebut.
"jangan bohong angka, aku tahu dan itu terlihat dari mataku.. sekarang tatap mataku" ucap Andreas
angka tetap menundukkan pandangannya, dan Andreas tahu jika angka masih merasa takut
"aku bilang kau harus menatapku angka! ini terakhir kalinya aku bersikap lembut pada seorang pelayan" geram Andreas
gadis itu tersentak kaget dan menelan ludah nya, bibir nya bergetar dan tubuhnya menegang.
Andreas mendekat, membuat kedua bola mata angka sedikit melebar.
dia melihat pria dengan tubuh tinggi dan kekar sedang berjalan menuju kearah nya.
"dengar...aku tahu kau takut padaku karena aku pernah membunuh seseorang di rumah ini bukan?" tanyanya
angka menggelengkan kepalanya
Andreas menyeringai "kau akan lebih sering mendengar tembakan di rumah ini Angka, dan kuharap kau harus mulai terbiasa...sekali lagi aku tegaskan padamu jika kita sedang berbicara, kau harus menatap kearah ku karena aku paling membenci jika orang yang sedang aku ajak bicara justru tertunduk dan membuat ku kesal" ucap Andreas sambil menatap tajam wajah gadis yang ukuran tubuh nya lebih kecil dari Andreas
"ba-baik tuan..aku mengerti" ucap nya
Andreas mengangguk lalu mengeluarkan beberapa lembar uang Dollar pada gadis tersebut.
"usia kandungan mu hampir tujuh bulan, periksa kesehatan nya...kau sangat kurus dan seperti nya kau kekurangan gizi" ucap Andreas sambil memberikan beberapa lembar uang tersebut
angka semula enggan menerima nya namun tatapan tajam Andreas membuat nya menerima uang itu
"bagus...kau kuberi waktu tiga jam untuk berkunjung ke rumah sakit, setelah itu kau harus kembali" tambah pria itu
"terimakasih tuan, kau sangat baik" ucapnya sambil meneteskan air mata, ini pertama kalinya dia berkunjung ke rumah sakit setelah beberapa bulan, keuangan lah yang membuat angka mengurungkan niatnya tersebut.
"dengar ..aku melakukan ini bukan karena aku mengistimewakan dirimu, hanya saja aku ingin kesehatan para pelayan ku menjadi yang nomor satu dan aku tidak ingin jika ada salah satu pelayan ku yang kekurangan gizi di dalam Mansion mewah ku" ujar Andreas sambil melangkah pergi
sementara angka segera memasukkan uang tersebut dan beranjak ke dapur.
"aku melihatnya, aku mendengar semua pembicaraan mu dengan pelayan hamil itu, Ternyata kau benar-benar telah memiliki rasa iba, kemana Andreas yang kejam?" tanya Jill
Andreas berdecih dan enggan menyahuti Ucapan gadis tersebut.
namun Jill langsung meraih pergelangan tangannya dan membuat Andreas berhenti lalu berbalik.
"kenapa kau tidak bisa seperti itu pada ku saat aku mengandung bayi mu? kau justru memaksa ku mengugurkan anak mu Andreas" tanya Jill lirih
Andreas sudah muak dengan semua pertanyaan dan kesedihan para jalang yang selama ini berada di sampingnya.
"itu karena kalian adalah jalang murahan yang ku bayar dengan puluhan ribu dolar, lalu kau mengharapkan keturunan dari ku? aku tidak Sudi" sahut Andreas datar dan membuat Jill menahan kesedihannya.
Andreas kemudian menatap Jill datar.
"mandilah... setelah ini pergi dari rumah ku" ucap Andreas ketus