"Merasa lebih baik?" Zenith bertanya, suaranya tercampur kekhawatiran ketika dia memberikan segelas air pada Dawn untuk menenangkan sarafnya.
"Terima kasih," Dawn bergumam, dia mengambil gelas dan menenggak air untuk melembabkan tenggorokannya. Dia telah menangis selama dua jam berturut-turut tanpa alasan sama sekali, namun pada saat yang sama, dia merasa berhak untuk merasa sangat sedih akan kenangan yang berkelebat di pikirannya.
Apa itu? Rasanya seperti dia telah menjalani seumur hidup penuh penderitaan.
"Bagaimana perasaanmu?" Zenith mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Dawn, tapi Dawn mengecilkan diri karena sentuhannya secara naluri. Tangan Zenith terhenti lalu dia menurunkannya.
"A- Aku baik-baik saja, tapi bisakah kamu meninggalkan aku sendirian sebentar?" Dawn meminta, dia bermain-main dengan jarinya. Dia tidak ingin melihat Zenith. Ada kemarahan yang amat kuat yang dia rasakan dalam dirinya.