Ryuu keluar dari ruang ganti, kembali mengenakan atasan biru tua dan celana panjang hitamnya. Masih ada sedikit rona merah di pipinya, namun ia tetap bersikap tenang. Dengan nada pelan, ia berkata, "Sekarang giliranmu, Shirou."
Shirou tersenyum dan mengangguk, lalu melangkah masuk ke ruang ganti untuk mencoba jas yang dipilihkan Syr untuknya.
Di dalam, ia mengenakan jas yang dipilihkan oleh Syr, sebuah setelan berwarna hitam pekat dengan potongan ramping yang pas di bahu dan dadanya. Jas itu memiliki kerah lebar dan rapi, dengan kancing perak yang memberi sentuhan elegan. Shirou melihat dirinya di cermin dan menyadari bahwa pakaian ini benar-benar cocok, membuatnya tampak lebih dewasa dan formal, tanpa kehilangan kesan sederhana yang ia sukai.
Merasa puas, Shirou melepas jas itu dan memasukkannya ke kantong belanjaannya. Saat ia keluar dari ruang ganti, ia melihat Anya yang sudah menunggu dengan antusias di antrean, matanya berbinar menantikan gilirannya mencoba gaun pilihannya.
Shirou tersenyum kecil, lalu mempersilakan Anya untuk masuk. "Silakan, Tuan Putri," candanya.
Anya bergegas masuk, berkhayal seolah-olah dirinya adalah seorang putri kerajaan dalam cerita dongeng.
Shirou tersenyum sendiri melihat tingkah polos Anya. Dengan santai, ia memutuskan untuk berkeliling toko, mengamati berbagai macam pakaian Elf yang dipajang dengan anggun.
Pakaian-pakaian di toko ini memiliki desain yang sangat elegan dan mewah, sesuai dengan gaya Elf. Ada gaun-gaun panjang berwarna zamrud, safir, dan putih mutiara, dihiasi dengan bordir emas halus di sekitar leher dan lengan, memberikan kesan anggun dan berkelas. Beberapa jubah dan mantel formal tampak berkilauan di bawah cahaya, terbuat dari kain lembut yang mengalir dengan anggun. Bahkan tunik untuk pria memiliki detail rumit dengan motif sulaman khas Elf, menambah kesan istimewa pada setiap pakaian yang terpajang.
Shirou mengambil salah satu jubah Elf yang tergantung rapi di rak, perhatiannya tertuju pada tudungnya yang memiliki lubang di bagian kedua sisi telinga. Ia bertanya-tanya apa fungsinya, merasa penasaran.
Melihat Shirou tampak serius mengamati jubah itu, Ryuu mendekat dan bertanya dengan nada penasaran, "Kau tertarik pada jubah itu, Shirou? Apa kau punya kenalan Elf yang ingin kau hadiahkan jubah ini?"
Shirou sedikit terkejut dengan pertanyaan itu dan hanya bisa menjawab, "Eh?" Lalu ia bertanya balik, "Jadi, jubah ini memang dibuat khusus untuk Elf?
Ryuu tersenyum kecil, memutuskan untuk menunjukkan langsung pada Shirou. Ia mengambil jubah Elf serupa dari rak, lalu mengenakannya. Ketika ia memasang tudungnya, telinga Elf miliknya secara otomatis keluar dari kedua lubang yang ada di tudung, menonjol dengan anggun.
Shirou akhirnya mengerti kenapa desain jubah itu seperti itu, khusus untuk kaum Elf. Ia memperhatikan dengan takjub, matanya tertarik melihat telinga Elf Ryuu yang menyembul dari tudung. Dorongan untuk menyentuhnya muncul sejenak, tapi ia ingat betapa sensitifnya telinga Elf ketika ia secara tak sengaja menyentuh telinga Riveria sebelumnya.
Melihat Shirou yang tampak terpesona, Ryuu tersenyum tipis. "Masih tertarik membeli jubah seperti ini?" tanyanya sambil memutar badan dengan anggun, memperlihatkan bagaimana jubah itu terlihat secara keseluruhan.
Ryuu tampak anggun dengan jubah yang ia kenakan. Jubah itu panjang, menjuntai hingga tumitnya dengan bahan lembut berwarna hijau zamrud yang berpadu dengan bordir emas di bagian pinggiran tudung dan lengan. Memberikan Ryuu aura yang misterius, seolah ia baru saja keluar dari hutan Elf.
Melihat betapa cocoknya Ryuu dengan jubah itu, Shirou merasa tertarik untuk mencobanya sendiri. Ia mengambil jubah yang ia pegang, memakainya, dan menyesuaikan tudungnya di atas kepalanya.
Ryuu melihat Shirou mencoba memasukkan tudung yang jelas tidak dirancang untuk telinga manusia, tersenyum kecil. "Shirou, telingamu tidak akan pas dengan tudung itu," ujarnya sambil menahan tawa.
Shirou akhirnya berhasil mengenakan tudung, tetapi lubang di bagian telinga tampak tidak sesuai, karena telinganya tidak panjang seperti Elf. Jubah itu sebenarnya cukup pas dan terlihat menarik di tubuhnya, tetapi lubang di tudungnya tampak ganjil, jelas tidak sesuai dengan bentuk telinga manusia.
Ryuu, yang tak bisa menahan diri lagi, mendekat sambil berkata, "Kan, sudah kubilang tidak cocok." Dengan lembut, ia meraba telinga Shirou yang sedikit tersangkut di dekat lubang tudung, berusaha membantu merapikannya.
Shirou merasa geli dengan sentuhan lembut Ryuu di telinganya dan tertawa pelan, "Ryuu… hentikan," pintanya sambil tersenyum, kini memahami betul bagaimana perasaan Riveria ketika telinganya disentuh.
Tak disangka, Shirou malah melepas jubah itu dan memasukkannya ke dalam kantong belanjaannya, meskipun jubah tersebut tidak benar-benar cocok.
Ryuu menatapnya dengan bingung. "Kenapa kau membelinya kalau tidak pas?" tanyanya penasaran.
Shirou hanya tersenyum, menjawab santai, "Jubah ini cukup unik. Lagipula, tidak ada salahnya punya pakaian yang sedikit berbeda."
Ryuu terkekeh mendengar alasan Shirou. "Fashion sense-mu benar-benar tak biasa, Shirou," katanya sambil tertawa kecil, merasa terhibur.
Ryuu tidak mengetahui bahwa Shirou sebenarnya punya rencana khusus untuk jubah Elf yang baru saja ia beli. Shirou berniat mengenakan jubah itu saat ia pergi bersama Riveria ke Dungeon esok hari, dengan tujuan untuk menyamarkan identitasnya. Agar penyamarannya lebih meyakinkan, Shirou juga berencana menggunakan Alteration magecraft pada telinganya agar terlihat seperti telinga Elf, sehingga cocok dengan desain tudung jubah tersebut.
Namun, memikirkan rencananya itu, Shirou merasa agak gugup. Alteration pada tubuhnya sendiri adalah hal yang belum pernah ia coba, berbeda dengan Reinforcement yang telah dikuasainya. Mengubah bentuk telinganya tampak sederhana, namun ia menyadari bahwa risiko tetap ada.
Sementara Shirou tenggelam dalam pikirannya, Ryuu melepas jubah yang sempat ia coba tadi dan menggantungkannya kembali ke rak pakaian dengan tenang.
Penasaran, Shirou bertanya, "Kenapa kau tidak membelinya, Ryuu?"
Ryuu tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. "Aku merasa tidak cocok memakainya," jawabnya ringan.
Shirou menghela napas dan menggeleng kecil. "Padahal kau terlihat cantik sekali mengenakannya."
Ryuu mendadak terdiam, kata "cantik" yang terlontar dari Shirou tampaknya membuatnya canggung. Ia menundukkan kepala sedikit, dan dengan nada tergagap berusaha mengalihkan, "Um... Shirou, berhenti memuji seperti itu…"
Shirou melihat telinga Ryuu yang memerah, tanda bahwa ia tersipu. Ia menyadari hal itu, lalu menatapnya dengan rasa penasaran. "Kenapa, Ryuu?" tanyanya dengan senyum penuh arti, menyadari reaksi malu teman Elf-nya.
Ryuu menghela napas pelan dan berterima kasih pada Shirou. "Terima kasih, Shirou. Aku menghargai bahwa kau mendengarkan permintaanku untuk dipuji 'cantik'... tapi tolong, jangan terlalu sering memanggilku seperti itu. Rasanya... membuatku sedikit malu," ujarnya, sedikit tersipu.
Shirou tersenyum jahil, tiba-tiba mendapat ide untuk menggodanya lebih jauh. "Baiklah, kalau begitu... Ryuu, kau memang sangat anggun dengan jubah itu. Elegan. Menawan. Benar-benar memesona," katanya, sambil mencoba berbagai sinonim untuk 'cantik.'
Wajah Ryuu semakin memerah, dan ia akhirnya tidak tahan lagi dengan godaan itu. Sambil berpura-pura kesal, ia menghela napas keras dan menarik jubah itu dari rak, kemudian meletakkannya di kantong belanjaannya sendiri. "Baiklah, puas sekarang?" tanyanya, menatap Shirou yang tampak sangat puas dengan keberhasilannya.
Shirou tertawa kecil, mengangkat bahu. "Ya, aku sudah cukup puas. Dan kurasa kita juga sudah selesai belanja, kan?"
Ryuu mengangguk setuju. Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk menuju kasir, masing-masing membawa kantong belanjaan mereka, sambil sesekali saling tersenyum geli atas kejadian tadi.
Tiba di kasir, Syr berdiri di depan mereka, sibuk membayar pakaian pilihannya pada seorang kasir Elf dengan rambut panjang perak yang tampak rapi. Shirou dan Ryuu menunggu di belakangnya sambil mengobrol ringan, membicarakan pengalaman belanja mereka hari ini.
Di belakang mereka, terdengar suara Lunoire yang sedikit kesal, "Anya, kau seharusnya melepas gaun itu dulu sebelum membayarnya!"
Namun, Anya bersikeras. "Aku menyukainya dan ingin langsung memakainya! Lagipula, aku tak sabar untuk memamerkan gaun ini," balasnya, berdiri penuh percaya diri dengan gaun tersebut.
Anya tampak mengenakan gaun berwarna merah tua dengan kilau keemasan di bagian bordirnya. Potongan gaun itu anggun dan mewah, dihiasi renda yang menambah kesan feminin, membuatnya tampak seperti seorang tuan putri. Rambut coklat pendeknya kontras indah dengan warna gaun, dan telinga kucingnya menyembul dengan bangga, menambah keunikan dan kesan menggemaskan pada penampilannya.
Saat melihat kejadian itu, kasir yang sedang melayani Syr meminta izin sebentar dan menghampiri Anya dan Lunoire. "Tidak masalah jika Anda ingin mengenakan pakaian tersebut langsung," ujar kasir dengan senyum sopan, "selama Anda membayarnya."
Anya membusungkan dada lebih tinggi, merasa benar dan melihat ke arah Lunoire dengan tatapan kemenangan. "Lihat? Aku benar, kan?" ujarnya sambil terkekeh.
Lunoire hanya menghela napas panjang, lalu mengingatkan dengan nada sabar, "Kalau kau pakai gaun itu sekarang, bersiap-siaplah dilihat banyak orang. Biasanya gaun seperti ini hanya dipakai di acara formal."
Anya tertawa kecil, sama sekali tak gentar. "Biar saja! Biarkan mereka semua mengagumi kecantikan tuan putri kucing ini!" katanya sambil memutar sedikit gaunnya dengan gaya dramatis.
Syr dan Ryuu, melihat tingkah Anya, tertawa bersama-sama. Sementara itu, Shirou tersenyum kecil, merasa bahwa suasana belanja kali ini benar-benar lebih menyenangkan dari yang ia bayangkan.
Satu per satu dari mereka mulai menumpuk belanjaan mereka di kasir, dan Ryuu yang dengan tenang mengeluarkan uang untuk membayar semuanya, mengangguk pada kasir Elf yang melayani dengan sigap.
Selesai berbelanja, mereka semua keluar dari toko, masing-masing membawa kantong belanjaan. Shirou menyadari bahwa Syr tampak sedikit kesulitan membawa dua kantong besar di kedua tangannya, berbeda dengan Anya, Chloe, Lunoire, dan Ryuu yang dengan mudah membawa barang mereka. Shirou berpikir bahwa mungkin ini karena mereka semua pernah menjadi petualang yang terbiasa dengan angkat beban.
Tanpa ragu, Shirou menghampiri Syr dan menawarkan bantuan. "Biar aku saja yang membawa satu kantongnya, Syr."
Syr tersenyum penuh terima kasih. "Terima kasih, Shirou. Kau selalu peka pada hal-hal kecil seperti ini. Perempuan suka sifat seperti itu, kau tahu?" katanya sambil menyerahkan salah satu kantongnya kepada Shirou.
Chloe, yang mendengar itu, tak melewatkan kesempatan untuk menggoda. "Ah, Shirou, sepertinya kau sudah terbiasa jadi pelayan pribadi Syr. Dia tidak perlu menyuruhmu lagi."
Ryuu ikut tersenyum kecil, menambahkan, "Tapi, sepertinya bukan hanya pelayan. Kau adalah seorang pahlawan kecil untuknya."
Shirou hanya mengangkat bahu dengan senyum tipis sambil melanjutkan langkahnya. "Yah, Syr hanya manusia biasa tanpa Falna. Tentu saja, sedikit tenagaku ini mungkin lebih berguna untuk membantunya," jawabnya, menekankan dengan nada sedikit sarkas bahwa ia tahu rahasia sebenarnya bahwa Syr adalah seorang dewi.
Namun, Syr tampaknya tidak menyadari sarkasme itu. Sambil tertawa ringan, ia menimpali, "Lihat, sejak bergabung dengan Loki Familia, kau sudah bisa sedikit pamer soal kekuatanmu."
Shirou hanya mengangguk dengan nada datar, "Ya, pamer kekuatan untuk mengangkut belanjaanmu, Syr."
Syr tertawa mendengarnya, mengayunkan sedikit langkahnya dengan santai di sebelah Shirou, sementara mereka melanjutkan perjalanan kembali dengan suasana hati yang riang.
Ryuu menoleh ke arah Syr yang memimpin rombongan, dan dengan nada penasaran bertanya, "Jadi, belanja kita sudah selesai, atau masih ada lagi, Syr?"
Syr melirik Ryuu dengan tatapan penuh arti, tersenyum, dan menjawab dengan nada menggoda, "Yah, itu tergantung. Apa uangmu masih cukup banyak untuk belanja tambahan?"
Ryuu tersenyum santai, membalas dengan nada tenang, "Hadiah dari War Game kemarin cukup besar, Syr. Belanja kita hari ini tidak ada apa-apanya dibandingkan jumlahnya."
Mendengar itu, Syr hanya terkekeh dan melambaikan tangan, "Kalau begitu, ayo ikut aku. Masih ada satu tempat lagi yang harus kita datangi."
Lunoire, yang tampak kebingungan, bertanya, "Tunggu… kau mau beli baju lagi, Syr? Bukankah tadi sudah cukup banyak?"
Dengan senyum jahil, Syr menatap teman-temannya. "Tidak, kali ini berbeda," katanya dengan nada misterius, membuat mereka semakin penasaran. "Baju ini… agak khusus."
Mereka saling bertukar pandang, bingung dengan apa yang dimaksud Syr. Namun, rasa penasaran akhirnya membuat mereka mengikuti Syr tanpa bertanya lebih jauh, sambil menduga-duga kejutan apa yang mungkin menanti mereka.
Syr membawa mereka ke sebuah toko yang khusus menjual pakaian untuk Amazoness, khas dan berani dalam tampilannya.
Di dalam, rak-rak toko dipenuhi dengan pakaian minim yang terbuka, sesuai gaya yang sering dikenakan Tione dan Tiona. Mannequin-manekin Amazoness berdiri mengenakan berbagai pakaian ketat dengan bahan yang terbatas, memperlihatkan lengan dan perut, serta bagian-bagian lain yang umumnya tertutup dalam pakaian biasa. Warna-warna cerah seperti merah, kuning, dan hitam mendominasi toko, dengan desain yang mencerminkan kekuatan dan kebebasan Amazoness.
Melihat pakaian-pakaian yang dipajang, Shirou merasa agak canggung. "Eh, aku mungkin akan menunggu di luar," ujarnya sambil menggaruk leher, "agar kalian semua punya privasi untuk memilih."
Namun, sebelum Shirou sempat melangkah, Syr menarik tangannya dan menahannya. "Oh, tidak, Shirou. Kau harus ikut ke dalam. Bagaimanapun, kau adalah bintang utama di sini," katanya sambil tersenyum.
Di dalam, Lunoire menatap rak-rak pakaian yang ada di toko dan berkomentar, "Sepertinya semua pakaian di sini hanya untuk perempuan. Tidak ada pakaian pria sama sekali."
Chloe tersenyum jahil, melirik ke arah Shirou, "Atau mungkin, siapa tahu, Syr ingin Shirou mencoba pakaian perempuan?" godanya.
Merasa semakin canggung, Shirou pelan-pelan melepaskan tangannya dari genggaman Syr dan berkata, "Maaf, Syr. Selama ini aku mengikuti permintaanmu, tapi kalau sampai harus mengenakan pakaian perempuan, aku akan menolak."
Syr cemberut, memukul pelan lengan Shirou dengan main-main. "Aku tidak mungkin menyuruhmu memakai pakaian perempuan, Shirou! Jangan khawatir, pasti ada juga pakaian pria di sini. Bukan hanya pakaian Amazoness."
Ia tersenyum penuh misteri, sementara yang lain mulai penasaran dan menunggu kejutan apa yang sebenarnya direncanakan Syr untuk Shirou.
Syr dengan ramah menghampiri kasir, seorang Amazoness berambut hitam panjang yang mengenakan pakaian tradisional mereka yang terbuka. "Maaf, apakah di toko ini juga ada pakaian untuk pria?" tanya Syr, dengan nada penuh harapan.
Sang Amazoness menatap mereka sebentar dan mengangguk. "Ada, tetapi sangat jarang ada laki-laki yang berbelanja di sini. Lagipula, ras kami semua perempuan. Tapi jika Anda mencari pakaian untuk pria, koleksi terbatasnya ada di bagian belakang toko," jawabnya.
Mendengar hal itu, Syr tersenyum lebar, menoleh pada Shirou dengan pandangan penuh antusias. "Kalau begitu, Shirou, ayo lihat koleksinya di belakang! Pilih saja satu yang paling kau suka, aku ingin sekali melihatmu mengenakannya!"
Shirou hanya bisa menghela napas, tampak mengalah dengan permintaan Syr yang penuh antusias. Ia melangkah menuju bagian belakang toko untuk mencari pakaian yang 'cocok' untuknya.
Setibanya di sana, Shirou terkejut. Pakaian untuk lelaki di sini ternyata tak kalah terbuka dari yang disediakan untuk perempuan, bahkan lebih minim dari yang ia bayangkan. Ada rompi kulit tanpa lengan yang hanya mencapai bagian atas dada, meninggalkan perut sepenuhnya terbuka. Di bawahnya, ada pilihan celana pendek yang sangat ketat dengan ikat pinggang dari tali kulit yang melingkar di sekitar paha, membuat tampilannya tampak seperti pakaian petarung yang benar-benar bebas bergerak tanpa hambatan. Beberapa pakaian bahkan dihiasi dengan bulu-bulu dan potongan bahan yang seolah menambah kesan garang namun tetap memperlihatkan hampir seluruh tubuh.
Shirou akhirnya menyadari alasan di balik ketidakpuasan Syr ketika ia hanya memilih tank top sebelumnya. Ternyata, Syr ingin melihatnya mengenakan pakaian yang lebih terbuka dan menonjolkan fisiknya lebih daripada sebelumnya.
Ia mendesah pelan dan bergumam pada dirinya sendiri, "Jadi ini yang dimaksud Syr…," sambil melihat pakaian tersebut dengan sedikit pasrah.
Sementara Shirou merasa bingung di bagian pakaian lelaki dengan tampilan minim, di bagian perempuan, para gadis juga tampak ragu-ragu memilih pakaian.
Ryuu mengambil salah satu atasan khas Amazoness—hanya sepotong kain yang melintang tipis di atas dada dengan tali-tali kecil yang mengikatnya. Ia memandang pakaian itu skeptis dan berkomentar dengan nada datar, "Ini... seperti pakaian dalam."
Anya mengangguk setuju, ekspresi tidak nyaman di wajahnya. "Aku tidak akan mengganti gaun ini dengan pakaian terbuka seperti itu. Gaunku jauh lebih anggun," katanya, bersikeras mempertahankan pilihannya.
Syr tersenyum jahil, menoleh ke arah mereka. "Ayolah, kita sudah jauh-jauh datang ke sini. Kalian tidak mau coba satu pun? Anggap saja sebagai pengalaman baru."
Lunoire terkekeh, mengangkat salah satu pakaian yang tampak minimalis. "Untuk apa beli kalau tidak akan dipakai? Kecuali, mungkin, untuk pakaian dalam tambahan," candanya, membuat yang lain tertawa kecil.
Syr langsung menanggapi dengan ide yang lebih berani. "Atau siapa tahu, mungkin kalian bisa memakainya untuk menarik perhatian pacar kalian?" ujarnya, matanya berkilat nakal.
Ryuu, masih menatap pakaian di tangannya, membalas dengan tenang, "Ide yang bagus, Syr. Tapi, kita semua di sini kan… jomblo."
Mendengar pernyataan Ryuu yang langsung, semua terdiam sejenak sebelum tertawa, menyadari kenyataan lucu yang baru saja disebutkan.
Mendengar kata 'pacar,' Chloe tak mau melewatkan kesempatan ini dan langsung mengangkat topik percintaan. Ia menatap Syr dengan senyum penuh arti. "Jadi, Syr, kenapa kau masih terus menggoda Shirou? Bukankah selama ini kau yang selalu bilang kalau kau menyukai Bell?" tanyanya tanpa basa-basi.
Syr tampak terkejut dengan pertanyaan itu, kedua matanya membesar. "Eh… tidak seperti itu," ujarnya, sedikit gugup. "Aku hanya bercanda dengan Shirou, kau tahu, seperti teman biasa."
Namun, Lunoire menggelengkan kepala, matanya menyipit penuh spekulasi. "Tapi, Syr, caramu memperlakukan Shirou mirip sekali dengan cara kau memperlakukan Bell," lanjutnya, sambil memegang dagunya seolah sedang merenung. "Mungkin sebenarnya kau malah lebih dekat dengan Shirou?"
Anya, tak mau ketinggalan, menambahkan dengan senyum jahil, "Atau mungkin Syr ini sebenarnya sedang menggoda dua lelaki sekaligus supaya mereka berjuang memperebutkan cintanya, ya?"
Ryuu menatap Syr dengan sedikit khawatir, lalu berkata, "Syr, itu bukan sikap yang bijak. Bermain-main dengan perasaan orang lain, apalagi lelaki, bisa membawa masalah besar."
Syr tampak kebingungan menghadapi spekulasi teman-temannya. Dia tidak terbiasa mendengar kritik seperti ini, karena sebagai Freya, dewi kecantikan, dia selalu berada di posisi yang dikejar dan dikagumi banyak orang, tanpa ada yang pernah mempertanyakan perasaannya secara langsung. Lelaki dan perempuan yang ada di sekelilingnya hanya memujanya, sehingga tidak ada yang berani mengomentari atau menuduhnya bermain-main dalam masalah asmara.
Tapi sebagai Syr, dalam bentuk manusia biasa, ia justru berada dalam situasi baru. Baginya, Bell adalah yang pertama kali membuatnya bersemangat mengejar seseorang. Namun, semakin dekat dengan Shirou, ia merasa nyaman di sekitarnya, yang terkadang membuatnya bingung dengan perasaannya sendiri.
Dengan senyum tipis dan wajah agak merah, ia mengangkat bahu, lalu berkata dengan tenang, "Aku benar-benar hanya ingin bersahabat baik dengan mereka berdua. Itu saja," ujarnya, sambil menghindari tatapan usil teman-temannya.
Dari kejauhan, Syr memperhatikan Shirou yang tampak sudah memilih pakaian dan berjalan menuju ruang ganti. Ini adalah kesempatan bagus untuk mengalihkan perhatian teman-temannya dari pembicaraan yang membuatnya canggung sebelumnya. Dengan cepat, Syr berusaha mengubah suasana, berkata dengan antusias, "Ayo, kita lihat bagaimana Shirou memakai pakaian bergaya Amazoness! Siapa tahu kalian juga akan tertarik setelah melihatnya."
Teman-temannya saling melirik satu sama lain dan, meskipun tahu Syr hanya berusaha kabur dari pembicaraan sebelumnya, mereka tetap mengikuti langkahnya ke arah bilik ganti. Rasa penasaran mereka semakin meningkat.
Begitu tiba di depan bilik ganti, Syr mengetuk ringan pada pintunya. "Shirou! Jangan melepas pakaiannya dulu. Perlihatkan padaku dulu, ya?" katanya dengan suara penuh semangat.
Dari balik tirai, suara Shirou terdengar pelan, "Baiklah…" suaranya terdengar ragu, tapi ia tetap mengikuti permintaan Syr.
Ryuu tak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar, "Syr, setelah semua yang kita bicarakan tadi, kau malah langsung menggoda Shirou seperti ini."
Syr tertawa kecil, mengentakkan kakinya dengan gaya main-main. "Menggoda Shirou itu menyenangkan, Ryuu. Kau harus coba sendiri," balasnya dengan nada menggoda.
Ryuu hanya terdiam, tak mampu membalas, karena dalam hatinya ia setuju dengan pernyataan Syr meskipun malu mengakuinya.
Tiba-tiba, tirai bilik ganti tersibak, dan Shirou keluar mengenakan pakaian khas Amazoness yang minim dan memperlihatkan bentuk tubuhnya.
Pakaian yang dikenakannya sangat sederhana, terdiri dari rompi kulit tanpa lengan yang hanya menutupi bagian atas dada, membiarkan perutnya yang berotot dan berbentuk six-pack terlihat jelas. Celananya berupa ikat pinggang lebar dengan potongan kain kecil yang membungkus pinggulnya dan ikatan kulit yang melingkar di pahanya, membuat tampilan keseluruhan sangat berani dan terbuka.
Tampilan Shirou membuat para pelayan Hostess of Fertility yang hadir—Syr, Ryuu, Anya, Chloe, dan Lunoire—terkejut hingga mereka refleks berteriak, "Kyaaa~!" sambil saling pandang satu sama lain dengan mata terbelalak.
Shirou, yang awalnya mengira hanya akan memperlihatkan pakaian itu pada Syr, langsung memerah dan tertawa canggung ketika menyadari semua temannya ikut melihat. "E-eh... aku kira hanya Syr yang ingin melihatnya," katanya, merasa sedikit malu.
Syr tersenyum puas dan hanya berkata, "Nah, kan? Ternyata kau cocok, Shirou!"
Chloe mendekat dengan rasa penasaran, dan tanpa ragu meraba otot perut Shirou yang berbaris rapi. Tangannya menyentuh six-pack-nya, dan ia mengeluarkan dengkuran kucing pelan, tanda ia menikmati setiap detik sentuhannya. Bahkan, ekor kucingnya bergoyang ke kiri dan kanan, menambah kesan puas pada wajahnya.
Shirou, merasa geli dengan sentuhan Chloe yang tiba-tiba, buru-buru melepaskan tangannya dari perutnya. "Chloe, berhenti! Itu geli," katanya dengan nada canggung, mencoba tertawa meski wajahnya sedikit memerah.
Setelah Chloe melepas tangannya, Shirou segera mundur dan berbalik menuju bilik ganti dengan langkah cepat. Ia menutup gorden dengan segera, berusaha menghilangkan rasa malunya.
Lunoire yang tak mau melewatkan kesempatan langsung bersiul jahil. "Hei, kenapa lari, Shirou? Kami kan belum puas cuci mata di sini!" katanya sambil tertawa, memperparah wajah malu Shirou.
Tak ada jawaban dari Shirou, hanya terdengar suara kain dari dalam bilik saat ia cepat-cepat mengganti pakaiannya kembali.
Syr tertawa lepas, mengalihkan pandangan pada teman-temannya. "Lihat? Kalian sama saja denganku, pada akhirnya suka menggoda Shirou," katanya sambil tersenyum penuh arti. "Bahkan aku saja belum pernah sampai menyentuh otot perutnya seperti Chloe barusan."
Ryuu dan yang lain hanya tertawa, sementara Chloe mengangkat bahu dengan santai dan berkata sambil tersenyum licik, "Yah, seseorang harus berani memulai, kan?"
Shirou akhirnya keluar dari ruang ganti dengan kembali mengenakan tuniknya, lalu berkata, "Nah, sekarang giliran kalian yang mencoba pakaian Amazoness ini."
Syr langsung mengangkat tangan, menyatakan diri sebagai yang pertama, namun dengan senyum jahil ia menambahkan, "Aku bersedia, tapi hanya kalau ada satu syarat…"
Shirou mengerutkan kening, penasaran. "Apa syaratnya?" tanyanya.
Syr mendekat dan menjelaskan sambil tersenyum penuh arti, "Kau yang harus memilihkan pakaian untukku. Pakaian mana yang menurutmu cocok?"
Shirou, yang awalnya setuju tanpa berpikir panjang, segera merasa ragu saat matanya melirik pakaian-pakaian yang ada di sekitar. Hampir semuanya terbuka dan ketat, menampilkan desain Amazoness yang benar-benar menonjolkan tubuh penggunanya. Dengan canggung, ia mulai melihat-lihat, berusaha mencari sesuatu yang sesuai tetapi tak terlalu berlebihan.
Melihat Shirou yang lama memilih, Syr mengambil salah satu pakaian, sebuah setelan mirip kostum penari perut dengan renda-renda yang menggantung. Ia mengangkatnya dengan mata berbinar, "Apakah ini yang ingin kau lihat aku kenakan, Shirou?"
Shirou terdiam, wajahnya memerah, tak tahu harus menjawab apa.
Anya yang merasa seru ikut bergabung, mengambil tube top yang bahkan lebih minim. Ia melirik Shirou dengan mata berbinar dan bertanya, "Atau mungkin kau lebih suka ini, Shirou?"
Wajah Shirou semakin panas, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mundur teratur. "E-er… kupikir kau bisa memilih sendiri, Syr! Aku akan langsung ke kasir duluan," katanya buru-buru, sebelum kabur menuju kasir, tak ingin terjebak lebih lama.
Para pelayan Hostess of Fertility tertawa keras, terhibur melihat reaksi Shirou yang akhirnya memilih untuk kabur, merasa tak sanggup memilih pakaian yang benar-benar cocok tanpa malu.