CHAPTER 2. TUNDUKKAN PENGUASA GAIB SETEMPAT
"Kang, besok kita ke Kampung Laut ya disana, di pantai Salik, dan sering ada perahu yang tenggelam disana, kalo bisa kita muslimkan kan damai dan tenang disana," katanya.
"Boleh, sekalian kita jalan-jalan ya kang Adim. Kang Asep dan kang Gandi siap ya?," kataku.
"Iya dong moso ada tamu jauh gak ke sana," kata kang Adim.
"Sekalian refresing dan jalan-jalan kita tundukkan gaib sana," kata kang Adim lagi.
"Gimana tadi, latihan mediumnya? siapa yang bisa?" kataku.
"Wah, masih pada belum ada yang full kang, cuma baru bisa bergerak-gerak ajah," katanya Kang Gino.
"Jadi belum ada yang bergerak mengikuti gaibnya?" tanyaku.
"Iya baru bisa mutar-muter, maju kanan-kiri belum ada yang bergerak banyak dan belum ada yang bisa bicara juga," katanya.
"Ya sabar, latihan terus malam ini. jadi gak kita bereskan ilmu-ilmu sampeyan yang pada gak bersanad?" tanyaku.
"Jadilah kang, tapi setelah kita Waqiahan saja nanti malam," kata kang Adim.
"Sampeyan ini dedengkotnya, tanggung-jawab, heheheh," kataku ke kang Adim.
"Hahahahaha...," Ketawa kang Adim.
"Ya namanya juga perjalanan hidup kang, kan berlika-liku," katanya sambil mengambil rokok dan menghisap nya.
"Hahahahahha....Kang aku mau muslim kan Penguasa daerah sini dulu boleh kang? Penguasa gaib terkuat soalnya biar majelis ini tambah banyak jamaah nya dan ditunjukkan jalan juga untuk tanah majelis yang baru," katanya.
"Siap, siapa yang jadi mediator nya?" kataku.
"Wes, aku ajah kang," kata kang Adim.
"Ya ayo mulai, itu rokoknya dimatikan dulu," kataku.
Kuprotek dulu badannya dari goib yang mecoba menyusup dan memprotek seluruh ruangan agar terprotek dari gaib yang menyerang.
"Bismillahirohmanirohim, (Password) Kupanggil dan hadirkan Penguasa gaib terkuat didaerah ini, tersedot ke dalam tangan saya..Allah..(Kugenggam Gaibnya) Hu'..." kataku sambil kumasukkan gaib nya ke dalam badan kang Adim.
Kemudian badan kang Adim bergerak seperti buaya, dan melangkah merayap seperti buaya, kudiamkan saja, makanan dan minuman yang ada di lantai disingkirkan dulu, dan mengamuk dan kupassword untuk menekan dan berkurang powernya 80%.
Dia mulai tenang dan mulai duduk setelah kusuruh duduk tenang.
"Sini duduk tenang, yang rapi duduknya. (Password) bisa berbicara dengan bahasa manusia, dan bahasa Indonesia, lupakan bahasamu, Hu'..." kataku.
"Hhhmmm, kalian siapa rame-rame disini? Kenapa saya bisa tertarik ke sini, ini dimana?" katanya menggereng.
"Ini dirumah kang Tarman, kamu siapa kalo boleh tau? Makhluk apa dan wujudnya apa?" tanyaku lagi.
"Saya Ratu Buaya, aku Penguasa gaib terkuat dari daerah ini?" katanya.
"Oh, Ratu Buaya?" kataku.
"Kamu disini sudah lama belum jadi penguasa?" tanyaku.
"Sudah 800 tahun aku disini, Kamu ada keperluan apa memanggilku ke sini?Ini tempat apa?" tanyanya.
"Ini rumahnya kang Tarman, kan dah saya kasih tau tadi," kataku.
"Kamu emang lihat apa?" kataku lagi. Karena kulihat dia melongok-longokan kepala nya ke segala arah.
"Hm, kalian siapa?!!!" tanyanya.
"Aku disini bukan siapa-siapa Ratu!!" kataku.
"Jangan bohong atau kuobrak-abrik tempat ini!!!!!" katanya menggertak.
"Coba ajah kalo bisa? mau coba?(Password) kaki dan tangan nya terikat, Hu'.."kataku.
"Hhmm, kenapa tanganku dan kakiku terikat begini?!" katanya. Sambil dia meronta-ronta seakan kaki dan tangannya terikat. Akhirnya ku password lagi terlepas.
"Kau hebat, ilmu apa yang bisa kamu lakukan? Mengikat ku dan melepaskan ikatan hanya bicara seperti itu, kalian punya ilmu sihir apa?" tanyanya.
"Hahahahaha...sihir apa? Kita cuma manusia biasa, yang gak punya ilmu apa-apa," kataku lagi menjelaskan kepada dia.
"Benar-benar hebat kalian, hahahahaha, saya mau berguru dengan kalian!" katanya.
"Beneran?" tanyaku.
"Nih coba lihat ditelapak tanganku siapa?Bisa kamu lihat?" kataku sambil kupassword cahaya beliau.
"Ampunnn....ampunn..maaf saya tidak tau kalo kalian adalah murid beliau...ampun beribu-ribu ampun," katanya sambil minta ampun dan menyembah-nyembah.
"Iya gak papa, kalo gak tau, jangan diulangi lagi ya, hayo duduk lagi yang manis," kataku memerintahkan dia untuk duduk lagi.
"Namamu siapa Ratu Buaya?" tanyaku.
"Selimut Merah," katanya.
"Oh, jadi namamu Selimut Merah, apa kamu punya ilmu Selimut Merah ya?" tanyaku.
"Kok tau kalo nama Ilmuku adalah Selimut Merah Penghancur," katanya.
"Wah keren amat ada Penghancur nya segala?hehehehe," kataku nyengir.
"Kamu mau menjadi pengikut beliau, gak? Jadi tentara beliau?" tanyaku lagi.
"Ya, mau, sangat bersedia, lakukan dan aku akan perintahkan semua pasukanku untuk berkumpul disini," katanya kemudian sambil memanggil semua pasukannya.
"Sudah berkumpul semua, silahkan," katanya.
Kemudian Ratu Buaya dan pasukannya kumasukkan Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat, kucabut semua ilmu hitam, ilmu prewangan dan ilmu sesat nya.
"Kupassword dan stempel ya (Password), kalo kamu murtad akan masuk Neraka Jahanam sampai akhir kiamat," kataku.
"Terima kasih," katanya.
"Ya silahkan kamu kembai ke tempatmu dan jangan lupa untuk menjaga kawasan kekuasaanmu, kalo masih ada jin, siluman yang fasik segera muslim kan, kalo gak mau ya diledakkan saja. Kamu sudah muslim maka kamu gak boleh meninggalkan sholat 5 waktu, dzikir nya jangan ditinggalkan juga, amaliah semua dikerjakan ya," perintahku kepada dia.
"Ya, terima kasih atas segalanya, saya akan siapkan 1000 pasukanku untuk menjaga tempat ini," katanya.
"Ya silahkan, kamu bisa pergi sekarang, salam dulu," kataku.
"Assalamu'alaikum," katanya.
"Wa'alaikumsalam," kata kami semua yang ada disini.
Setelah itu gaibnya keluar, dan kang Adim kembali sadar.
"Alhamdulillah kang, Buaya nya Guede banget kang..." kata kang Adim.
"Ya, itu katanya naroh pasukan 1000 di sekitar majelis ini," kataku.
"Iya kang, oh gitu ya cara jadi navigator? Kita harus banyak belajar ini kang, jadi sebaik nya kang Narendra tetap disini dulu ya. Sekitar 1 tahun gitu, hahahaha" katanya sambil tertawa.
"Hahahahaaha....itu bisa diatur, carikan saya istri sekalian disini, hahahaha," kataku.
"Hahahaha,,,wah itu yang susah kang," katanya bingung.
Akhirnya kami sholat jamaah maghrib dan makan malam bersama sebelum dzikir waqiah.
Setelah dzkir Waqiah kami tunaikan bersama, dilanjutkan dengan ngopi dan ngudud bareng. Beberapa jamaah kembali latihan mediumisasi.
"Assalamualaikum," salam dari kang Roni yang baru datang bersama dengan kang Yoga teman sekantor nya yang sering juga datang ke majelis iini untuk waqiahan, kata kawan-kawan di sini.
"Wa'alaikumlsalam," jawab kami semua.
"Eh, kang Roni dan kang Yoga, baru datang?" tanyaku.
"Iya kang, maaf baru bisa datang tadi masih lembur dulu," katanya.
"Dah selesai ya Waqiahannya?" tanya dia.
"Baru ajah selesai kang 10 menit lalu," kata kang Adim.
"Eh iya, ini aku bawa kue buat nemenin begadang lagi malam ini," kata kang Roni.
"Oh, siap," kata kang Tarman.
"Kang Tarman, buat kopi lagi di termos yah," kata kang Adim.
"Kang Gino ayo belajar medium, sini saya yang bangkitkan di dalam badan nya," kataku.
"Ya boleh kang," katanya.
"Kang, nanti abis kang Gino, aku ya mau belajar medium juga," kata kang Roni.
"SIap kang, aku tangani dulu kang Gino ya," kataku.
"Ayo kang Gino, konsentrasi ya, buat senyaman mungkin, Loss jangan mikrin apa-apa, kosongkan saja pikirannya," kataku.
Setelah diusahakan bangkitkan gaib di badan kang Gino, ternyata dia hanya bisa goyang kanan kiri saja, kadang muter-muter. Aku masukkan gaib dari luar, aku sengaja masukkan yang gak kuat seeperti Kuntilanak atau pocong. Maka kutarik pocong dari luar, dan kumasukkan ke dalam tubuh kang Gino.
Kang Gino hanya meloncat-loncat saja hehehehe, ya kemudian saya keluarkan saja.dari tubuh kang Gino.
"Kang udah bagus kok udah ada response tapi masih harus sering dilatih kang Gino, jangan pakai logika dan loss ajah jangan ditahan gerakannya," kataku.
"Tuh, latihan sama kang Gandi, dia udah jago kalo kemasukan kunti, pocong, hahahaha, Ya kang Gandi," katanya.
"Ah bisa ajah nih kang Narendra, moso latihan mediumku dulu kunti dari sungai, eh tapi anehnya ya enjoy ajah jawab-jawab pertanyaan kang Asep waktu itu," kata kang Gandi sambil tertawa.
"Hahahaha...lucu banget sumpah” kata kang Asep.
"Ayo kang Roni sini gantian, sama kang Asep ajah dibangkitin nya," kataku.
Akhirnya kang Asep membangkitkan gaib di badan kang Roni lagi, tapi kang Roni hanya gerakan saja suaranya belum bisa keluar.
"Kang Narendra, ayo kita keluarkan Ilmu Sapto Dharmo nya kang, ini udah semua yang ikut ngilmu. Hhhmm eh masih kurang mbah Marno, telpon saja kang Gino, mbah Marno nya kang," kata kang Adim.
"Ya kang, bentar," kata kang Gino. Dan kang Gino kemudian menelpon mbah Marno.
"Halo mbah, cepetan ke majelis, ada pembersihan ilmu tak bersanad, ini sekarang mau medium," kata kang Gino.
"Ya sudah, mbah Marno mau meluncur, katanya sambil bawa bebek goreng sambel hijau buat makan malam," kata kang Gino.
"Makan tengah malam, kang," kataku.
"Hahahahaa...iya yah, abis ini selesai pada mandi tobat yah, yang belum istiqomah, bisa diistiqomahkan lagi," kataku.
"Iya kang, ini saya sekalian pada bawa baju ganti kok," kata kang Gino dan kang Roni.
"Siap jadi tinggal nunggu ajah mbah Marno ya kang," kata kang Adim.
Kemudian tiba-tiba
"Kang, ini ada yang mau masuk saya nih," kata kang Asep.
"Ya udah masukin ajah, protek dulu dari gaib yang mau menyusup kang Asep," kataku.
Dia lakukan potek sendiri.
"Hhhiiikkkkkk...Hhhhiikkkk..." katanya, setelah gaib masuk ke dalam badannya sendiri.
"Assalamualaikum.. selamat siang...Assalamualaikum.." Kataku.
"Waalaikumsalam," katanya.
"Maaf dengan siapa ini, kok ada yang bertamu siang-siang begini?" kataku.
"Salam saya Balda, Kuda Unicorn dari Bukit di Lampung," katanya.
"Hmm ohh yaaa...Balda dari bukit ya? Penunggu harta gaib disana?" kataku.
"Ada keperluan apa jauh-jauh datang kemari?Apakah ada yang mau kamu sampaikan kepada kami?" tanyaku.
"Ya, maaf beribu-ribu maaf saya sampaikan, saya ke sini pertama untuk bersilaturahmi dengan jamaah disini, dan yang kedua bahwa tugasku di bukit itu, akan digantikan oleh Siluman Ular," katanya.
"Oh, kenapa diganti Tugasnya?" tanyaku.
"Saya tidak tahu, kemaren siluman ular tersebut memberitahukan kedatangannya ke bukit tersebut bersama dengan Dewi Lanjar," katanya.
"Hm, dengan Dewi Lanjar, Penguasa laut utara?" kataku.
"Ya, beliau datang mengutus siluman ular tersebut untuk menggantikanku, dan saya disuruh untuk menjadi muslim agar saya bisa langsung naik ke alam Khayangan," katanya.
"Oh, kamu mau dimuslimkan?" kataku.
"Ya, saya mau kau muslimkan beserta dengan semua pasukanku disana, yang berjumlah 100 milyar," katanya.
"Sedikit sekali pasukanmu, kirain seratus Trilyun, hahahaha," kataku.
"Ya, memang segitu jumlahnya, apakah kalian bersedia memuslimkan kami?" katanya.
"Ya, saya bersedia," kataku.
Kemudian saya muslimkan dia beserta dengan pasukannya yang berjumlah 100 milyar dan saya password apabila dia murtad akan meledak dan masuk neraka jahanam sampai akhir kiamat.
"Kamu sudah muslim semua dan kalian juga saya sudah stempel ya, kalian harus tidak boleh meninggalkan sholat lima waktunya, dzikir nya juga, amaliah lainnya tolong juga dikerjakan ya," kataku memerintahkan mereka.
"Baik, terima kasih kalian sudah memuslimkanku dan pasukan ku juga, kami akan kembali ke alam Khayangan," katanya sambil menunduk dan menyembah.
"Ya, silahkan terima kasih juga atas waktunya," kataku.
"Assalamu'alaikum," katanya.
"Wa'alaikumsalam," kata kami yang hadir disana.
Kemudian gaib nya keluar dan Asep pun sadar kembali.
"Gimana, kang Asep? Banyak ya pasukan Balda?" tanyaku.
"Iya kang, dari tadi kok badan berat banget rasanya, eh si Balda datang," kata Asep.
"Iya itu Balda diganti tugasnya dengan Siluman Ular oleh Dewi Lanjar, mungkin tugasnya tidak dijalankan dengan baik jadi digantikan," kataku.
"Mungkin kang," kata Asep. Setelah itu Asep kembali minum kopinya dan mengambil sebatang rokok dan menghisap nya.
"Kang, tadi siapa kok main masuk ajah ke badan kang Asep?" tanya kang Adim.
"Itu siluman Kuda Unicorn di lampung, sohib nya kang Gandi, hehehehe," kataku.
"Ohh gitu, emang kenapa mau digantikan ya kang?" tanya kang Adim.
"Gak tau kang Adim, dia itu penunggu harta gaib di bukit dekat rumah kang Gandi, jadi mungkin banyak emas yang dtambang dan dicuri dari sana, dan gak aman, makanya ditarohlah penunggu yang lebih sangar, dan galak" kataku.
"Ya mungkin kang," katanya.
***
SANG PENAKLUK PULAU SUMATERA
By . SKI