Télécharger l’application
33.33% C.i.n.t.a? / Chapter 4: Bolos

Chapitre 4: Bolos

"Ada apa sih?" Tanya kayra ketika mereka sudah berada tepat di belakang sekolah. Tak lupa juga kayra menepis kasar genggaman tangan Bian panda tangannya.

"Lo yang kenapa? Seharusnya Lo nggak boleh seperti itu kepada salsa! Apa lo nggak sadar perbuatan lo tadi membuat salsa hampir saja kehilangan–" Bian menghentikan ucapannya itu. Ia tak bisa untuk melanjutkan semuanya lagi.

"Urusan gue sama dia bukan sama lo! kenapa Lo kayak kebakaran jenggot seperti ini hah? Apakah lo ini pacarnya dia?" Tanya Kayra sinis. Tak pernah ada kelembutan setiap ucapannya itu pada Bian, sejak dulu.

"Apa membela seseorang seperti tadi itu harus memiliki hubungan spesial dulu? Gue seperti ini karena gue masih menganggap dia adalah teman di sini. Meskipun dia yang salah, lo nggak seharusnya buat dia kayak gitu. "

"Whatever! Gue nggak pernah mulai semuanya ini, sejak gue masuk ke sekolah ini Dan sampai detik ini, Entah kenapa gue merasa kalau salsa selalu saja mencari masalah sama gue. Nggak peduli seberapa sanggup gue sabar, dia tetap saja menguji kesabaran gue! Jadi kalau saat ini gue melakukan hal yang seperti tadi itu bukanlah kesalahan gue tapi kesalahan dia. Lo tahu, sabar seseorang itu memiliki batasannya dan batasan kesabaran gue memang benar-benar sudah sampai pada titiknya. Jadi gue tegaskan sekali lagi, kalau gue nggak akan diam begitu saja ketika Salsa melakukan hal seperti tadi atau bahkan lebih dari itu." Ucap Kayra dengan penuh penekanan di setiap kata. sepertinya ia bener-bener sudah cukup sabar selama ini.

Melihat Tak Ada Jawaban apapun yang diberikan oleh Bian, tak menunggu lama lagi, kayra langsung saja pergi meninggalkan Bian. Rasanya ia sudah malas untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya, Ia akan pergi menghabiskan waktu yang tersisa dengan bolos.

Tapi Baru beberapa langkah Kayra melangkah, tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh Bian.

"Mau ke mana? "Tanya Bian.

Kayra memutar matanya dengan malas sekali. Rasanya ia ingin berteriak di depan Bian saat ini sambil mengatakan bukan urusan lo! namun hal itu ia urungkan.

"Ke mana saja asal tidak ada lo di sana. "Sinis Kayra.

"Oh ya? Apakah Lo lupa kalau visi misi gue nggak akan pernah melewati seharipun tanpa berada di sisi lo? Bagi gue, membuat lo kesal dan marah adalah kebutuhan pokok yang harus gue penuhi setiap hari." Ucap Bian sambil mengembangkan senyum ke arah Kayra.

Tak ingin terus mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Bian, Kayra melanjutkan langkahnya untuk bolos dari sekolah.

Bian yang melihat itu sama sekali tidak menghentikan Kayra, melainkan ia mengikuti langkah kaki Kayra yang berjalan menuju tembok.

Sebuah tembok besar menjulang tinggi di hadapan mereka berdua, hal itu membuat Bian menaikkan alisnya ke atas karena ia tidak mengerti mengapa mereka bisa berada di sini.

"Ra, Apa yang ingin lo lakukan? "Tanya Bian, Entah kenapa perasaannya menjadi tidak enak saat ini.

Senyum di bibir Kayra mengembang dan penuh arti. "Gue nggak pernah maksa lo ataupun ngajak lo untuk ikut gue. Jadi gue rasa pertanyaan lo tadi tidak pantas untuk gue jawab. Apa yang gue lakukan adalah sesuatu yang akan gue pertanggungjawabkan. jadi, jelas kalau gue nggak akan melibatkan siapapun, karena gue nggak ingin mempertanggungjawabkan tentang orang lain." Ucap Kayra.

Setelah mengatakan itu, ia langsung memanjat tembok yang ada di hadapan mereka itu. Hal ini sudah sering ia lakukan di sekolah manapun yang ia masuki, bahkan ada juga yang lebih tinggi dari ini dan ia bisa untuk melewati itu semua.

Melihat Karya yang kini sudah mulai memanjat tembok itu membuat Bian sedikit khawatir.

"Ra, jangan macam-macam deh. "Ucap Bian yang sama sekali tidak didengar oleh kayra. Ia terus saja memanjat tembok tersebut hingga sampai di ujung tembok. Sebentar lagi ia sudah bisa untuk meninggalkan sekolah ini, dan pergi bolos untuk menenangkan diri dan otak nya yang sangat buntu karena ucapan dari kedua orang tuanya semalam.

"Bi, tolong gue titip absen ya. Gue akan pergi ke suatu tempat dan jangan bilang siapa-siapa. Jika lo nggak mau dengar apa yang gue katakan ini, maka gue nggak akan pernah muncul lagi di hadapan lo." Ucap Kayra sambil mengembangkan senyum penuh kemenangan pada Bian.

Setelah mengatakan itu, Kayra kembali melanjutkan perjuangannya untuk turun ke bawah. Hal itu terus saja menjadi fokus Bian saat ini. Meskipun mereka sering saja bertengkar, tapi ia sedikit khawatir jika terjadi apa-apa dengan Kayra.

Dan hal itu langsung membuat ia, mau tak mau ikut menaiki tembok tersebut seperti mana yang dilakukan oleh kayra tadi.

"Ra, tungguin gue. "Ucap Bian ketika ia sudah berada di puncak tembok tersebut dan bersiap untuk turun ke bawah.

Kayra yang baru saja sampai di bawah melebarkan matanya ketika melihat sosok Bian yang saat ini sudah menuruni tembok. Entah kemana laki-laki itu ingin pergi. Mengapa ia juga harus ikut-ikutan turun seperti ini.

"Mau ke mana sih lo ? "Tanya kayra.

"Ke mana lagi kalau nggak ikut Lo?" Jawab Bian, Ia masih terus saja berhati-hati menuruni tembok tersebut agar tidak jatuh dan membuat tubuhnya sakit.

Tapi mau bagaimanapun Ia berhati-hati tetap saja ia tidak begitu lihai dalam perihal manjat-manjat seperti ini.

Kaki kanannya yang terpeleset bersamaan dengan tangan kanannya yang mulai melemah menahan tubuhnya sendiri, membuat ia tak bisa untuk mengimbangi dirinya dan berakhir dengan jatuh ke bawah.

Sosok Kayra yang berada di bawah langsung melebarkan matanya ketika melihat tubuh Bian yang jatuh menimpanya.

"Awas!" Teriak Bian agar Kayra bisa mengambil tempat untuk melarikan diri.

Tapi sayangnya hal itu tidak berguna sama sekali karena sosok kayra yang baru saja ingin melarikan diri harus menerima nasib karena menjadi kasur untuk Bian.

Tubuh Bian jatuh menimpa Kayra, akibat jatuh tersebut membuat Bian berada di atas tubuh Kayra.

Waktu seolah berhenti sejenak setelah kejadian itu.

Mereka berdua masih berada pada posisi yang sama, dimana Bian berada di atas tubuh Kayra. Tatapan keduanya saling menatap dengan tajam.

Ada sebuah hal yang tersampaikan melalui mata itu yang tak bisa diucapkan oleh mulut.

"Mau sampai kapan Lo ada di atas tubuh gue itu, huh? Apa lo nggak tahu kalau tubuh Lo itu berat huh? Minggir!" Ucap Kayra, ia dengan cepat menyadarkan dirinya sendiri dari semuanya ini.

Meskipun sebenarnya jantung nya berdetak dengan cepat ketika mereka saling adu pandang satu sama lainnya.

Mendengar itu, Bian langsung bangkit untuk menarik tubuhnya dari Kayra. Hatinya menjadi sedikit Berbeda karena kejadian tadi. Ada yang salah namun ia tak tahu apa itu.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C4
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous