Télécharger l’application
25% C.i.n.t.a? / Chapter 3: Kantin

Chapitre 3: Kantin

"Opsss, sorry! Nggak sengaja." Ucap Salsa, salah satu wanita paling hits di sekolah ini sebelum kedatangan Kayra enam bulan yang lalu.

Nama lengkap nya Salsa Kirana Putri. Meskipun tak merupakan anak dari donatur tapi ia berasal dari keluarga yang kaya.

Es jeruk yang tanpa sengaja memberikan noda pada seragam milik Kayra itu langsung membuat Kayra naik pitam.

Tapi Ranti Rastanty, temannya yang berada disampingnya itu langsung menghentikan gerakan Kayra yang ingin menyerang Salsa.

Hal itu membuat Kayra mau tak mau harus bisa untuk mengendalikan dirinya. Ia benci menjadi sorotan semua orang. Tapi entah kenapa semua orang seakan membuat ia menjadi sorotan. Semua yang ia lakukan akan menjadi bahan pembicaraan.

"Iya, nggak apa-apa." Ucap Kayra, ia menatap ke lain arah agar tatapan matanya tak melihat ke arah Salsa.

Melihat respon yang diberikan oleh Kayra seperti itu membuat Salsa tak terima, tujuan nya memang ingin mencari Masalah dengan Kayra.

Sisa es batu yang masih ada di dalam gelas itu ia masukkan ke dalam kuah bakso milik Kayra. Dan hal itu sungguh tak lagi bisa untuk membuat Kayra menahan dirinya.

Apakah Salsa pikir dirinya ini tak mampu untuk melawan nya hingga ia terus saja memancing emosi seperti ini?

"Sorry, sengaja kok kali ini!" Ucap Salsa sambil mengembang kan senyum pada Kayra.

Dari tempat yang tak jauh berada, ada Bian sama kedua sahabatnya yang sedang memperhatikan dimana keberadaan Kayra itu.

Ia melihat dengan jelas apa yang terjadi disana, namun ia tak berniat untuk membantu. Entah kenapa rasanya ia suka untuk melihat Kayra kesusahan.

Kayra bangkit dari posisi duduknya dan kemudian tersenyum. Ia mengambil gelas yang berisi es campur miliknya itu. Awalnya ia berpura-pura meminum nya namun detik kemudian ia langsung menyiram air tersebut tepat di hadapan Salsa.

"Opsss, sorry Sa, gue sengaja juga loh!" Ucap Kayra dengan ekspresi yang begitu puas sekali ketika berhasil untuk membuat seragam yang ketat itu basah.

Bisa terlihat dengan jelas bagaimana bentuk tubuh Salsa, bahkan warna bra yang digunakan oleh salsa juga terlibat dengan jelas.

Semua orang terbelalak melihat hal itu, Bian yang sejak tadi melihat kejadian itu langsung saja bergegas pergi untuk menghentikan semuanya yang terjadi.

Putra dan Angga yang sedang asik sendiri juga kini ikut turut serta menghampiri Kayra dan juga Salsa.

Meskipun tak tahu apa yang terjadi tapi, mereka harus menyusul Bian.

"Kayra!" Ucap Bian dengan sangat lantang sekali, ia menanggalkan sweater yang ia kenakan itu dan langsung memberikannya kepada Salsa untuk menutupi bagian depan tubuhnya yang basah itu.

Kayra tak takut mendengar suara dari Bian yang memarahi nya itu.

Ia terlihat biasa saja seolah tak ada kesalahan apapun yang ia lakukan.

"Why?" Tanya Kayra dengan raut tak berdosa, karena memang ia tak melakukan Apapun yang salah. Ia hanya Membalas apa yang dilakukan oleh Salsa.

Bian menatap kedua sahabatnya, dan dengan cepat Putra dan juga Angga mengerti dengan apa yang dititahkan oleh Bian, namun tak terucap itu. Hanya sebuah kode yang hanya mereka yang tau apa artinya.

Setelah memberikan kode pada sahabat nya itu, ia menarik tangan Kayra untuk pergi meninggalkan kantin.

"Ikut gue!" Ucap Bian.

Ranti yang ingin menghentikan itu langsung ditahan oleh Angga, laki-laki itu menggeleng kan kepalanya.

Semua orang tak ingin berurusan dengan Angga, laki-laki yang terkenal dingin itu. Lebih baik berurusan dengan Putra yang sinis. Hal itu lah yang membuat Ranti menundukkan kepalanya tak ingin beradu tatap dengan Angga.

Sementra Putra membantu Salsa untuk keluar dari kantin. Ia membalas setiap mata yang menatap ke arah Salsa itu.

"Kamu tetap disini! Habiskan makananmu itu." Ucap Angga ketika melihat Ranti yang ingin ikutan pergi.

"Ng-nggak deh, gue udah kenyang." Ucap Ranti dengan terbata-bata.

Selama menjadi siswa di sekolah ini dan mengagumi sosok laki-laki yang terkenal di sekolah ini, ini kali pertama ia diajak bicara dengan salah satu dari mereka dan yang pastinya ia sangat menyukai Angga.

Bagi Ranti, Angga adalah sosok yang sangat jauh berbeda dari Putra dan juga Bian dan ia menyukai perbedaan itu.

"Perasaan baru aja deh ini pesanan datang tadi. Bakso nya juga masih banyak. Lalu kenyang dari mana nya, HM? Apakah lo nggak tau kalau hal yang seperti ini bisa disebut dengan mubazir?"

Ranti Diam, ia juga tak tahu harus bagaimana saat ini. Sebenarnya ia lapar namun apakah ia bisa untuk makan di depan laki-laki yang ia sukai itu?

"Duduk sini, ayo habiskan. gue akan tunggu Lo siap makan disini. Jadi, cepat habiskan makanan ini jika Lo mau segera pergi. Tapi jika Lo nggak mau pergi maka jangan dimakan, mungkin lo mau berlama-lama sama gue." Ucap Angga lagi yang membuat Ranti menutup mulutnya itu karena tak percaya dengan apa yang baru saja di katakan oleh Angga.

"Ayo habiskan! Ini belinya pakai duit loh Ran."

"Nggak ada yang Bilang kalau beli ini pakai daun." Jawab Ranti.

Mendengar jawaban receh yang diberikan oleh Ranti itu, sontak saja membuat Angga terkekeh geli sendiri. Tak percaya bahwa orang yang ia sukai jika di dekati akan begitu menggemaskan seperti ini.

"Baiklah kalau seperti itu, ayo dimakan sampai Habis."

Ranti menganggukkan kepalanya, ia ingin segera pergi dari sini agar bisa lepas dari Angga. Jika ia berlama-lama disini takutnya ia tak bisa untuk mengendalikan dirinya sendiri nanti.

Ranti mulai memasukkan satu buah bakso kedalam mulutnya. Sebenarnya rasa lapar itu sudah hilang begitu saja. Karena kejadian tadi. Tapi, sudahlah. Bagaimanapun ia ingin berbicara, tetap saja ia adalah orang lain disini. Ibarat dalam cerita ia hanyalah peran pendukung untuk menghidupkan pemeran utama.

Tapi tentu saja keberadaan dirinya penting dalam satu cerita, jika ia tidak ada maka akan terasa sangat membosankan cerita tersebut karena terus saja membahas mereka berdua.

"Ah iya, apakah nanti malam kamu ada waktu?" Tanya Angga yang langsung membuat Ranti menghentikan kunyahan nya itu.

Apakah saat ini bisa dikatakan kalau ia sedang di ajak jalan oleh Angga?

"Kenapa memangnya?" Tanya Ranti, ia harus sedikit jual mahal kali ini.

"Aku hanya bertanya, kamu hanya perlu menjawab. tanpa memberikan pertanyaan." Jawab Angga.

"Ada kok, aku nanti malam akan pergi dengan Kayra ke club." Jawab Ranti, ia baru ingat kalau malam ini adalah waktunya.

"What, club?"

"Iya, club. So, what?"

Tak memberikan jawaban apapun, Angga bangkit dari posisi duduknya dan kemudian langsung pergi meninggalkan Ranti yang masih makan itu.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C3
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous