Pov: Zean
"Wess Zean penampilanmu sekarang sudah berubah ya, ga seperti berandalan kyak dulu," ujar Al.
"Beda jauh, aku rasa ini bukan Zeandeh," sambung Ear.
Zean, hanya senyum senyum, tetapi Davin melihati Zean memang benar benar 100 persen berubah, ia lebih rapi dari pada sebelum sebelumnya.
"Kita berdua luan ya cuy," mereka ber 4, tosan sebagai mana dulunya.
"Zean kamu mau pulang kemana?"
"Hmmm belum tau kalau masalah itu, apa langsung pulang aja kali ya."
"Zean kamu bisa kok nginap di rumah aku dulu, besokkan tanggal merah," ujar Davin canggung.
"Bolehtuh."
Rumah Davin:
"Pah, mah, aku pulang," ujar Davin membawa Zean yang berada di sampingnya.
"Ehh tuan, ibu, dan bapak sedang keluar," ujar Darmi yang merupakan tukang bersih bersih di rumah Davin.
"Oke, o ia bik tolong ya buatkan makanan, soalnya saya bawa tamu ke mari," ucap Davin menaruh tasnya.
"Ia tuan," Darmi tersenyum kepada Zean, begitu pun Zean yang membalas senyuman Darmi.
Davin membawa Zean ke dalam kamarnha, ia menutup kamar itu rapat rapat.
"What do you want to do?" pertanyaan itu terlontar di mukut Zean, mengingat kenangan mereka sebelumnya di kamar ini.
"I dont know, tidur lah jika kau ingin tidur. Kau pasti capekkan apa lagi perjalanan jauh seperti ini."
Zean meletakkan tubuhnya di atas kasur Davin, ia merasa tidak asing dengan tempat yang sebelumnya ia tiduri."
Zean mulai memejamkan matanya, berlahan ia terbawa ke alam bawah sadar, akhirnya Zean tertidur, di tambah lagi perjalanan yang begitu jauh membuat tubuhnya capek, dan lelah.
Melihat Zean sudah terlelap, Davin pergi keluar dari kamar itu, ia tak ingin Zean terganggu saat tidur.
"Andai aku bisa akrab lagi denganmu," Zean menarik nafas, kemudian ia memainkan piano yang berasa di ruangan tengah.
"Tuan, maaf di mana tamunya?" tanya Darmi mendekat ke Davin.
"Ia sedang tidur," ucap Davin tanpa kontak mata dengan Darmi, karena ia sedang bermainkan piano.
"Baiklah tuan, makanannya sudah saya siapkan di dalam tudung saji."
"Baiklah!"
***
Pov: Bara
Semalaman Bara tinggal di rumah yang besar itu, kini rumah itu sepi karena kepergian Zean yang kemungkinan besok akan pulang, lagian Zean sudah pergi dua hari yang lalu.
"Hufft," menarik nafas, aku merasa bosan sendirian di ruma ini, aku hanya menghabiskan waktu mengelilinginya, memasuki ruangan, memainkan pintu kamar.
Hal yang tidak ada gunanya itu telah di lakukan Bara
"Ahh Zean bohong, katanya bakalan kembali cepat. Apa mungkin urusannya belum selesai ya, kalau gitu mending aku pergi main keluar dulu ah, tapi mau kemana ya?" hal hasil karena bingung Bara tidak jadi pergi keluar, ia memutuskan untuk tiduran di kamar Zean sambil menonton anime.
Bara menyalakan tv, kemudian dia mencari posisi yang enak atau memutar mutar posisi bagaimana modelnya rebahan.
"Aghh," Bara melemparkan remot yang berada di sampingnya itu pelan ke lantai.
Bara mematikan tv ia keluar dari kamar Zean menuju ruangan yang lainnya.
"Apa akau ke ruangan Bdsm itu," ucalnya mencoba coba, langkah Bara seperti setuju untuk memasuki kamar tersebut, namun tangan Bara tanpa ragu membuka pintu yang di gombok.
"Aku mengintip Zean sewaktu itu saat ia keluar dan menyembunyikan kuncinya makanya aku tau."
Bara masuk ke ruangan itu kembali, lampunya kedap kedip, di tambah lampu merah, dan lampu hijau menjadikan tempat itu sedikit menyeramkan apa lagi rantai rantai yang bergantungan di atas.
Bara tidur di atas tempat tidur di kamar itu, ia melihat ke atas.
"Benar benar seperti pemandangan tempat psikopat."
Merasa bosan yang tiduran, Bara bangkit ia membuka lemari yang berada di sudur dinding.
"Mari kita buka, apa yang berada di dalam lemari ini," Bara membukanya dengan ke dua tangan.
"Ouh," di dalamnya hanya ada cambuk, borgol, rantai leher seperti hewan, tali, pengikat kaki, bulu, dan peralatan lainnya.
"Ahgh sudahlah," lelaki itu menutup pintu lemari kembali, lalu keluar dadi temoat itu. Tak lupa pula Bara menyimpan kunci yang ia ambil ke tempat semula.
***
Ke esokan harinya Zean pulang, namun ia membawa Davin ke rumahnya.
Sebelumnya Zean mengajak Davin, untuk berkunjung apa lagikan Davin bukan orang lain di hidup Zean.
Saat Zean membuka pintu, suara pintu sudah terdengar oleh Bara, Bara berlari turun tangga ingin menyambut Zean, namun pada saat pintu di buka ia terkejut melihat laki laki yang berada di sebelah Zean, wajah Bara berubah menjadi datar.
"Bara," ujar Zean yang ingin memeluk Bara, namun Bara menghindar pelukan itu.
"Aku mau keluar, besok kami ada kegiatan, jadi aku mau membeli barang barangnya," ucap Bara dingin, ia sama sekali tak menanyai Zean, mau pun Davin, Bara berjalan di ngin di antara sisi Davin.
"Sialan, dengan santainya ia membawa lelaki lain ke rumahnya!" cetus Bara menahan Taxi, sebenarnya Bara tidak ingin keluar tetapi melihat Zean dengan Davin membuatnya malas di rumah.
"Siapa itu tadi?" tanya Davin yang masuk ke dalam rumah Zean.
"Pacarku," ujar Zean.
"Ouh gitu," mengangguk angguk kecil.
"Kalia tinggal berdua sudah lama?"
"Aku, dan dia baru jadian, kebetulan dia ngekos jadi aku mengajaknya untuk tinggal di rumah ini, lagian rumah inikan besar."
"Apa dia marah kepadaku?"
"Mana mungkin, Bara tidak seperti itu orangnya," sudah ayo kita kemarku, kau pasti lelahkan dari perjalanan jauh ini.
"Tidak perlu kekamarmu, aku hanya ingin berbaring di sofa itu," Davin pergi ke sofa lalu ia meletakkan tubuhnya.
Rumah Angga:
"Malas sekali aku kerumah itu lagi," ujar Bara yang kesal.
"Heh kenapa?"
"Ga papa," wajah Bara terlihat murung.
"Ada masalah di kosan? Atau apa Bar?"
"Bapak kos ku membawa ana baru ke rumah kos nya aku kesal, walau pun untuk sementara harus berbagi dengannya."
"Kalau begitu kenapa kau tidak tinggal di kosanku untuk beberapa waktu."
"Angga! Itu malah akan membuat si anak baru akan ketagihan, dan tinggal lebih lama."
Bara meletakkan kepalanya di atas meja belajar Angga, sambil tangannya memainkan stabilo yang ada disitu.
"Ckk," wajah Bara masih terlihat kesal dengan Zean, tak lama mata bara terpejam tidur.
"Bara," ujar Angga megang pundak Bara sembari sedikit memukulnya.
"Kau tertidur?"
"Bar!"
"Ehh... ehh," Bara pun terbangun lagi.
"Angga kyaknya aku akan pulang saja deh, soalnya mataku sudah tidak bersahabat, dari pada aku tertidur di rumahmu."
"Itu tidak masalah buatku."
"Ntar malah merepotin lagi."
Bara pergi keluar rumah menahan angkotan, yang di temanin Angga.
***
Bara membuka pintu pelan ia telah meihat Davin, dan Zean yang tidur berduaan, Zean berada di atas Davin, namun Bara melihat hal itu mencoba bersikap tidak mau tau, Bara menutup pintu lalu masuk ke kamarnya.
Setelah beberapa jam tidur keadaan keduanya sudah mulai bertenanga, Zean yang melihat dirinya di atas Davin ceoat ceoat berdiri, ia tersenyum ke pada davin.
Sekarang ke adaan mereka sudah tidak seperti sebelumnha yang canggung, mereka berdua seakan sekarang ini sudah lumayan banyak saling ber interaksi.
"Davin, kau pasti lapar ayo makan siang denganki," ujar Zean menggengam pergelangan tangan Davin.
Mereka berdua makan barang, seperti Zean melupakan Bara, sikapnya juga sudah berubah untuk Bara.
"Ehh ia apakah Bara sudah pulang?" tanya Zean," menyuap nasi.
"Bara siapa?"
"Itu, yang keluar tadi?"
"Entahlah aku juga tidak tau, akukan tidur bersamamu tadi," ucap Davin menyuap nasinya.
"Ia ya, ah sudahlah," mereka berdua kembali makan bersama.
***
Zean pergi masuk ke kamar Bara, memastikan Bara apakah sudah oulang atau belum.
"Bara kau sudah pulang ternyata!"
"Kenapa?" Bara tengah asik menonton, ia sebenarnya tidak begitu asik tetapi Bara hanya menutulinya saja.
"Bara itu Davin, temanku sewaktu sma dulu, aku membawanya kemari karena akjlu rindu dengannya," ujar Zean menjelaskan.
"Oh ia ga papa kok, aku ngantuk sekarang, jadi kau bisa keluar," Bara mematikan tv, dan ia membalikkan badan, belakangi Zean.