Perjalanan menuju rumah serasa begitu menyeramkan tatkala suara riuh bebek-bebek di dalam kandang beradu. Nial menjadi sangat trauma dengan cerita-cerita horor yang di dengarnya. Suara langkah kaki keduanya beradu di atas jalan dusun hingga akhirnya keduanya berhenti di depan sebuah rumah warga untuk menarik nafas. Zul memegang lututnya sambil menarik nafas, begitu pun dengan Nial yang sedang mengatur nafasnya seolah paru-parunya menyempit. Tak lama setelah keduanya berhenti ada seorang kakek tua yang menghampiri keduanya membuat Nial dan Zul kaget bersamaan.
“Kipritttttt…” Pekik Zul saat tiba-tiba melihat kakek itu yang tak lain adalah kakeknya sendiri. Setelah tanpa sadar memekik kata itu ia segera menutup mulutnya saat tahu yang berada di depannya adalah kakek. Ia mendapatkan pelototan tajam dari kakek atas kata-katanya, Zul menyengir kuda berharap agar kakek bisa mengurungkan niat marahnya.