Télécharger l’application
10.22% Bersuami Anak Mama / Chapter 9: Teman SMA

Chapitre 9: Teman SMA

"Pasti dia senang. Apalagi perempuan yang akan dinikahinya cantik. Dia juga nggak perlu kerja, dia bisa bantu Ibu di rumah. Mungkin bisa bantu-bantu Ibu ketika Ibu butuh," ucap Sarni.

"Halah kalau tujuan itu, Bu. Ya jangan harap sekali. Kalau tidak sesuai harapan nanti bisa kecewa," sahut Karno.

"Yah terserah Bapak saja. Aku cuma menginginkan kalau memang tidak sesuai harapan ya lihat aja nanti, toh yang penting Roni bahagia sama calon istrinya itu. Ibu juga melihat Roni serius sama dia apalagi sama si Mosa itu juga sudah benar-benar resmi bercerai. Sama dia juga nggak bawa untung apa-apa. Itu karena keluarganya yang nggak karuan makanya bawa aura negatif ke keluarga kita," ucap Sarni, ia merasa kesal.

"Setahu Bapak, Mosa tidak pernah berbuat macam-macam, hanya saja fikiran negatif Ibu yang membuat tidak nyaman. Aku jadi mikir bagaimana Mosa melanjutkan hidupnya. Janda baru juga 1 bulanan," sahut Karno.

"Bapak nggak usah mikirin anak itu. Lagipula dia juga nggak memberikan untung apapun kepada kita," gerutu Sarni.

"Sudahlah, ngobrol sama Ibu malah buat kesal saja. Aku mau ke masjid. Sudah magrib. Roni kemana?" tanya Karno.

"Tadi dia sih keluar, mungkin belum pulang. Rumahnya juga belum kelihatan terbuka," sahut Sarni.

Karno pun berlalu tanpa menyahut kembali jawaban Sarni. Ia sebenarnya tidak tega dengan Mosa. Ia juga ingin melihat Mosa bahagia, hanya saja tidak tahu bagaimana caranya. Ia mendoakan agar Mosa juga bisa bertemu dengan jodohnya.

Di tempat lain, Roni saat ini sedang kopdar dengan teman SMAnya, yaitu Andre.

"Hei, Ron. Kamu gimana kabarnya, tiba-tiba sudah nikah saja?" tanya Andre.

"Kata siapa. Aku sudah bercerai malah," jawab Roni santai.

"Loh, beneran itu?" balas Andre.

"Yah bener. Dia yang menceraikan aku. Aku sebenarnya juga nggak minat sama dia. Tapi Bapak memaksa aku untuk tetap menikahinya. Yah karena paksaan akhirnya seperti ini deh,'' sahut Roni.

"Waduh. Sayang banget sih. Aku lihat mantan istrimu itu juga cantik. Harusnya kamu mau sama dia aja. Dia kan guru insya allah bisa mendidik anak kamu dengan baik,'' tutur Andre.

"Halah. Percuma. Aku sudah nggak suka. Dia juga nggak aku apa-apain. Yah nggak bakal punya anak juga lah," sahut Roni, lalu menyeruput kopinya.

"Gila kamu. Jadi kamu nggak ngapa-ngapain selama menikah. Berarti dua perawan tuh. Janda rasa perawan," ucap Andre.

"Kalau kamu mau sana nikahi dia. Aku juga sudah menemukan perempuan yang aku cari juga. Jadi dia bukan apa-apa lagi," tutur Roni.

"Kalau itu aku nggak bisa bilang. Karena jodoh itu ada di tangan Tuhan. Ya kalau dia mau sama aku. Aku cuma kerja freelance melukis. Itu pun kalau ada job. Kalau enggak kelihatan sekali aku menganggur," kata Andre yang merasa minder.

"Yah tapi sebaiknya kamu cari perempuan lain saja. Keluarga dia berantakan. Dia pasti menurun berantakan. Buktinya aku dan dia bercerai padahal belum 1 bulan," saran Roni.

"Tapi kan itu karena kamu yang bermasalah. Coba kalau kamu menerima dia, yah bisa jadi pernikahan kalian akan baik-baik saja," tutur Andre.

"Halah. Nggak Penting juga. Intinya dia sudah membawa aura negatif. Jadi aku nggak suka sama dia. Sudahlah nggak usah ngomongin tuh orang. Kita kemari mau ngopi biar happy. Nggak biar suntuk," kilah Roni.

Andre sudah sejak lama mengenal Roni. Ia tahu bagaimana Roni. Sebelum menikah dengan Mosa Roni beberapa kali akan menikah, tetapi karena orangtua Roni tidak setuju atau keluarga perempuan yang tidak setuju.

Andre juga cukup tahu, jika Roni selalu menurut perkataan Ibunya. Walaupun menurut Andre baik, tetapi terkadang Roni tidak terlihat bisa membuat keputusan sendiri. Roni selalu bertanya dan mengatakan segala sesuatu kepada Ibunya. Itu yang membuat Andre menjadi sedikit risih dengan Roni.

Tetapi meskipun begitu, Andre sering memberikan masukan kepada Roni harus bisa membuat keputusan sendiri. Hanya saja masih dirasa belum bisa membuat Roni berubah.

Andre mengenal Roni sebagai laki-laki yang tidak bisa mandiri. Andre pernah mengatakan jika Roni akan merantau dan jauh tinggal dari orangtuanya tentu Roni tidak akan bisa lama. Karena Andre tahu Roni selalu tidak bisa jauh dari orang tuanya terutama ibunya.

Saat mendengar bahwa Roni menikah, Andre mengira Roni akan berubah. Tetapi kenyataannya adalah justru berpisah. Hal itu menurut Andre adalah hal yang tidak terpuji. Mengingat ibunya selalu mengatakan agar Roni mau menuruti kata ibunya. Ikut campur Ibu Roni menurut Andre sudah sangat keterlaluan. Meskipun Roni tidak bercerita lengkap tetapi Andre sudah bisa menduga.

Apalagi ketika Roni mengatakan jika wanita yang akan dinikahi kedua kalinya ibunya sangat setuju. Sudah Andre duga jika istri pertama Roni tidaklah disetujui oleh ibu Roni.

Tetapi itu sudah terjadi, Roni sudah berpisah dengan istrinya. Sehingga Andre hanya mendoakan kebaikan ke depannya kepada Roni. Agar bisa lebih baik lagi melangkah. Jangan sampai kejadian pernikahan pertamanya yang gagal akan terjadi di pernikahan keduanya.

Andre dan Roni berbincang hingga larut. Andre mengajak pulang karena Roni sudah cukup lama berada di sana.

Di rumah Andre, ia dipanggil oleh Ayahnya.

"Dre, sini Ayah mau ngobrol. Ayah sudah menunggu kamu dari tadi. Eh kamu baru pulang. Dari mana saja kamu?" tanya ayah Andre.

"Dari ngopi, Yah sama teman. Kasihan dia baru pisah sama istrinya," sahut Andre.

"Iya. Ayah mau bicara. Usia kamu sudah cukup matang. Kira-kira kapan kamu mau menikah?" tanya ayah Andre.

"Aduh, kenapa Ayah tanya begitu lagi? Aku jadi merasa ditekan untuk menikah. Padahal aku masih ingin menikmati waktu sendiri. Apalagi tadi saat ngobrol sama temanku yang baru saja bercerai aku merasa kasihan sama perempuan. Aku tidak ingin menyakiti perempuan, Yah," keluh Andre.

"Justru dari situ kamu harus belajar, Dre. Perempuan memang jangan sampai disakiti. Kalau misal kamu Ayah kenaikan dengan seseorang apa kamu mau?" tanya ayah Andre.

"Wah, ayah kenapa buru-buru begitu, sih? Aku masih nyaman sendiri, Yah. Lagipula nanti juga kalau sudah waktunya juga pasti datang," sahut Andre.

"Dre, namanya jodoh itu memang sudah ada yang mengatur. Tapi kita juga harus ada usaha untuk menjemput," jelas ayah Andre. "Ibu kamu dulu, Ayah juga usaha untuk mendapatkannya. Nggak tiba-tiba ada ketika akad nikah," imbuhnya.

"Ah, Ayah ini bisa aja becandanya. Lagipula aku juga masih muda, Yah," kelit Andre.

"Ayah menikah dulu usianya sebelum kamu sekarang, loh. Nanti kalau kamu sudah menikah bolehkah punya anak yang banyak. Nanti rumah biar ramai. Kan kamu dulu juga pengen punya adik. Tapi ternyata ibumu sudah dipanggil dulu sama Tuhan sebelum kamu punya adik. Jadi kamu anak tunggal sampai sekarang," sambung ayah Andre.

"Beri waktu aku satu tahun deh, Yah. Kalau memang belum dapat calon boleh Ayah carikan," sahut Andre.

"Satu tahun itu lama sekali, Dre. Sudah cukup 6 bulan saja. Itu sudah Ayah korting. Harusnya cukup 1 bulan. Takutnya perempuan yang ingin Ayah kenaikan sama kamu keburu dilamar orang. Karena dia cantik, berpendidikan, dan santun. Hanya saja ada satu kekurangan yaitu dia janda," jelas ayah Andre.

"Bukannya Ayah pernah bilang sebaiknya aku bisa cari gadis? Apalagi aku juga masih perjaka," tanya Andre.

"Iya. Ini pengecualian, Dre. Kalau kamu tidak mau atau memang tidak jadi sama kamu ya bukan bukan jodoh kamu," jawab ayah Andre.

"Kenapa nggak Ayah saja yang sama dia?" tanya Andre.

"Karena Ayah sudah pernah berjanji kepada ibumu. Setia dunia akhirat. Jadi Ayah ingin bertemu ibumu lagi di surga," jelas ayah andre. "Jadi sebaiknya dia untuk kamu," imbuhnya.

Mendengar perkataan ayahnya, Andre merasa ingin melakukan hal yang sama. Setia dunia akhirat. "Ya saat ini biarlah aku mencari sendiri dulu, Yah," ucapnya, ia lalu pergi ke kamar.

Andre jadi terngiang dengan perkataan ayahnya. Ia juga ingin setia. Tapi pertanyaan yang muncul dengan siapa ia akan setia. Teman dekat atau pacar saja tidak punya.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C9
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous