Télécharger l’application
66.66% Vorfreude: Rachel Richmann / Chapter 16: Lars, Ekstra Rasional

Chapitre 16: Lars, Ekstra Rasional

Pusat Kontrol Ruang Isolasi

Cyclops Intelligence, Hatemoor

16 Februari 2157

09.23 NAM

Lars dan Lore, keduanya berdiri sejak setengah jam lalu di depan layar komputer besar ruang kontrol. Pergerakan Rachel di ruang isolasi enam hari terakhir terekam disana, dan sampai saat ini tidak ada yang aneh selain dirinya yang tampak bosan dan kesal. Hampir setiap hari Lars bahkan harus memperingatkan Rachel agar tidak marah-marah terlebih dahulu, khawatir tekanan darahnya akan naik dan mungkin membahayakan dirinya sendiri.

Kegiatan yang dilakukan Rachel selama enam hari di ruang isolasi kebanyakan memang bukan sangat dirinya: bermain permainan komputer, bermeditasi, berhibernasi. Ia seketika menjadi pengangguran meskipun tetap mengurusi bisnisnya dari jarak jauh empat jam sehari.

Rachel juga tetap mendapatkan panggilan dari banyak orang, mulai dari keluarganya, rekan sesama pebisnis, ilmuwan, sampai politisi. Sayangnya, mereka menghubungi Rachel tak tahu waktu, sampai Lars harus memblokir siapapun yang menghubungi Rachel di atas jam empat sore, dimana Rachel dijadwalkan beristirahat.

Bukan apa-apa, kondisi Rachel sempat drop sekali, tepatnya di hari keempat. Tubuhnya bergetar, wajahnya memucat, sampai ia sedikit sulit berjalan. Lars dan Lore jelas panik, namun Rachel meminta mereka tetap tenang dan membiarkannya tidur seharian. Bersyukur, kondisinya lekas membaik setelah itu. Setelah diteliti, mereka sepakat menyimpulkan bahwa itu adalah respon syok tubuh atas sistem pemenuhan nutrisi yang sepenuhnya telah diganti.

Kini, Rachel sepenuhnya sehat, dibuktikan dari indikator-indikator medis ketat yang ditetapkan oleh Lars dan Lore. Terhitung baru hari ini, ketika eksperimen hampir berakhir, Lars dan Lore rasanya dapat bernafas lega. Di hari-hari sebelumnya mereka seolah menaruh telur di atas kaki, bekerja dalam ketakutan dan kekhawatiran besar. Bagaimana tidak? Rasanya mereka tengah mempertaruhkan nyawa Rachel di ruang isolasi itu. Tidak hanya itu, jika sesuatu yang fatal terjadi pada Rachel, mereka juga kemungkinan akan bertanggung jawab penuh di depan hukum meskipun Rachel sudah menandatangani surat pernyataan bahwa ia tidak menuntut apa-apa.

"Menurutmu apa yang akan terjadi besok? Setelah Rachel keluar dari ruang isolasi?" tanya Lore memecah keheningan.

"Apa lagi? Jurnalis di depan laboratorium pastinya harus segera dilayani. Jika Rachel sehat-sehat saja, mungkin ia akan menemui mereka langsung tanpa alas kaki." Lars tersenyum simpul. Bayangan Rachel yang bertelanjang kaki di laboratorium malam itu kembali melintasi benaknya.

"Astaga," cibir Lore. "Tapi sepertinya dia memang akan sehat-sehat saja. Lihat dirinya..." Lore lanjut menunjuk Rachel di layar, tampak ia berbicara dengan seseorang yang kembali menghubunginya di layar hologram. Seseorang itu hampir setiap hari menghubungi Rachel, menanyakan kabarnya, dan membicarakan hal-hal aneh yang membuat Rachel kerap kali tertawa terbahak-bahak.

Entah lawakan seperti apa yang dikatakan oleh Isabela Geyer. Yang jelas itu sangat menghibur Rachel dalam masa penjaranya.

"Niels sangat ceroboh dengan meninggalkan ponsel ke tangan adiknya."

"Dan aku tidak menyangka bahwa adiknya sangat heboh dan cerewet, berbeda sekali dengan kakaknya yang ramah tapi sulit tersenyum."

Lore tersenyum miring, kembali duduk di kursinya usai merasa cukup memantau kondisi Rachel, "Rachel harus bersiap dengan sikap Niels setelah ini. Kau tahu sendiri bagaimana pengaruh arkeolog itu," ujarnya.

Lars menghela, "Ya, dan sejujurnya aku agak menyayangkan kenapa Rachel harus menyukainya. Pria pilihannya itu tidak akan mudah."

"Lalu pria mana yang kau rekomendasikan pada Rachel untuk dikencaninya?"

"Siapa lagi? Tentu saja diriku sendiri," jawab Lars percaya diri, kembali pada gawainya di meja. Mendengarnya, Lore semakin tersenyum mencibir, "Kalian itu sangat aneh, Lars. Kenapa kau tidak pernah mengajaknya berkencan jika kau memang ingin?"

"Aku hanya menganggapnya sebagai seorang wanita, bukan kekasih atau orang yang kukasihi. Itu dua hal yang berbeda," jawab Lars. Dua hal yang terkesan sangat mirip bagi orang awam itu menjadi dua hal yang berbeda, bahkan sangat berbeda untuk Lars sang filsafat cinta kontemporer.

Lore menggelengkan kepalanya malas, "Terserah kau saja."

"Bagaimana denganmu?" Lars balik bertanya.

"Denganku?"

Lars mengangguk, "Ya. Kau menganggap Rachel sebagai apa? Apakah teman, sahabat, atau sekedar rekan bisnis?" lanjutnya memperjelas.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Karena jawabannya akan menjawab pertanyaannmu sendiri soal apa yang akan terjadi setelah Rachel keluar dari ruang isolasi besok." Lars menatap Lore tajam, membuat gadis itu sedikit bergeming di tempat, tak kalah tajam menatap Lars.

"Kau harus menentukan sikap, Lore. Jika kau ingin meninggalkan Rachel, maka tinggalkan dia sekarang agar dia bisa mengenalimu sebagai musuhnya di kemudian hari."

Lore berdecih pelan, "Aku tidak mengerti apa maksudmu, Lars."

"Katakan saja kemana keberpihakanmu. Penelitian ini hampir berhasil, tinggal menunggu belasan jam lagi untuk mengklaim kesuksesannya. Kita tahu bahwa kemunculan Rachel di muka publik besok akan membuat gunjang-ganjing di kalangan politisi dan pebisnis, sebagaimana yang kau tahu dari Philips..."

Lore terdiam.

"Bukan tidak mungkin bagi Philips yang kemarin memintamu mengacaukan eksperimen ini untuk kembali menawarkanmu pekerjaan serupa dengan imbalan yang lebih besar."

"Kau sedang menuduhku tanpa dasar, Lars. Kau pikir aku mau melakukannya?"

Lars menggeleng, "Aku tidak menuduh, tapi kita harus sadar dan mengakui bahwa kita hanya manusia berhati lemah yang mudah tergiur akan uang, jabatan, dan kekuasaan. Bukan tidak mungkin jika kita berdua akan menjadi pengkhianat suatu saat nanti." Lars kembali menjadi seorang ekstra rasional.

Lore menghela, menatap lurus ke arah Rachel di monitor. "Kau harus tahu, bahwa aku menyayangi Rachel sebagai sahabat, kakak, sekaligus adikku sendiri. Dia juga adalah orang yang berjasa dalam hidupku selama ini. Jadi, apapun yang akan terjadi nantinya..."

"Aku harus tetap ada di sisinya."


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C16
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous