Télécharger l’application
95.45% RAHASIA KELAM SANG BINTANG / Chapter 21: LELAKI YANG TERCURIGAI

Chapitre 21: LELAKI YANG TERCURIGAI

"Segitu istimewanya si Oyen ini. Aku jadi penasaran dan ingin jadi dirinya," gumam Galang.

"Bolehkah?" tanyanya dengan senyuman menggoda. Jovanka terdiam dan mengerutkan keningnya.

"Oyen?" tanyanya dengan tatapan menelisik heran. Galang menganggukkan kepalanya.

"Yakin mau jadi Oyen?" tanya Jovanka sambil berjalan melangkahkan kakinya ke tempat tidur yang ada di sana.

"Why not?" Galang bertanya balik. Sepertinya si Oyen memang sosok yang spesial untuk gadis cantik itu.

"Kamu tahu siapa si Oyen ini?" tanya Jovanka sambil tersenyum menyeringai.

"Memangnya siapa dia? Pacar kamu?" Galang kembali ganti bertanya tanpa menjawab pertanyaan gadis cantik yang duduk dengan posisi menggoda imannya itu. Jovanka menggelengkan kepalanya. Entah kenapa Galang menjadi lega melihatnya.

"Dia melebihi seorang pacar," jawab Jovanka.

"JEDAR!!"

Hati Galang bagaikan dihempaskan ke tanah. Duh!

"Yang benar saja," gumamnya kesal. Jovanka tertawa mendengarnya.

"Aku kenalkan kamu nanti kalau ada waktu dan kalau kalian memang berjodoh untuk bertemu," katanya membuat Galang tambah penasaran.

"Aku lusa mulai syuting," ujar Jovanka sambil menatap Galang yang mulai belingsatan lagi.

"Jangan ganggu aku," lanjut Jovanka tegas. Galang menghampirinya dan menarik tangan Jovanka untuk beranjak dari tempat tidur.

"Kalau aku menginginkanmu, kamu harus siap," kata Galang tak kalah tegasnya.

"Kamu nggak ingin proyekmu gagal 'kan?" sergah Jovanka mulai kesal.

"Kalau kamu terus merajuk seperti anak kecil, gimana aku bisa konsen dengan pekerjaanku?" protes Jovanka.

"Kamu harus bisa menahan diri atau lebih baik kita batalkan saja perjanjian ini," ucapnya dingin. Galang merengkuh tubuh Jovanka dan melumat bibir gadis itu dengan ganasnya. Dia melepaskan bibirnya saat mulai kehabisan nafas.

"Aku bisa gila jika perjanjian ini batal, Jova," desisnya dengan tatapan dingin yang membuat Jovanka sedikit bergidik ngeri.

"Terserah kamu saja. Asal kamu cukup tahu diri untuk tidak mengangguku selama proyek itu berlangsung, aku akan siapkan waktu khusus untukmu sehari penuh setelahnya," kata Jovanka sambil mendorong tubuh tegap Galang hingga terjatuh di atas kasur yang empuk itu.

Jovanka tersenyum sambil mulai membelai tubuh Galang yang sudah menegang. Bisa ditebak kelanjutannya. Mereka pun kembali bergelut mesra. Suara desah manja terdengar bergantian. Jovanka tersenyum menyeringai menatap Galang.

"Kamu sudah mulai membutuhkanku. Tunggu saja tanggal mainnya, aku akan membuatmu tunduk dibawah kakiku," kata Jovanka dalam hati sambil berteriak kegirangan penuh kenikmatan.

***

Seminggu ini Jovita benar-benar lelah hayati. Sehari-hari berperan sebagai Jovanka yang harus syuting seharian dan berlari dengan cepat menjadi seorang Jovita yang harus bertemu dengan dosen pembimbingnya.

Untung saja dosen pembimbingnya tidak terlalu banyak menuntut. Jovita yang terkenal sebagai mahasiswa yang pintar itu dengan mudah menyusun skripsi sesuai dengan apa yang diminta sang dosen. Waktu untuk ujian pun telah ditentukan. Jovita tersenyum senang.

"Akhir bulan ini ujian skripsiku. Semoga bisa kulalui dengan baik," katanya dalam hati dengan rasa haru.

Sementara syuting juga hampir saja selesai. Lavender dan Tante Kana bergantian menemani syuting. Tante Kana bahkan telah menerima beberapa bookingan lelaki hidung belang yang sangat tertarik dengan Jovanka. Lavender menyeleksinya. Tidak semua lelaki itu diijinkan olehnya. Tetapi tentu saja Jovanka lah yang akan menentukan akhirnya nanti. Apakah dia mau melayani atau tidak.

Hari itu syuting terakhir. Lavender mengajak Jovanka untuk minum bersama di kafe milik Adam. Jovanka mengiyakan saja. Mereka pun pergi ke sana.

"Malam Om Lav. Jovanka," sapa Adam saat mereka tiba di sana.

"Malam, Dam," jawab Lavender membalas sapaan lelaki tampan itu. Jovanka hanya mengangguk kecil dan segera duduk di bangku yang mereka tuju.

"Seperti biasa ya, Dam," pinta Lavender.

"Siap, Om," jawab Adam. Netranya mengarah ke Jovanka yang masih asyik membaca menu. Dia menunggu dengan sabar. Hingga akhirnya Jovanka mengangkat wajahnya dan memandang Adam yang terpana menatapnya.

"Ini saja," katanya singkat sambil menunjuk sebuah menu yang tertera di buku menu. Adam tersenyum sambil mencatatnya.

"Baiklah, tunggu sebentar," katanya sopan dan segera berlalu dari hadapan mereka.

"Lelaki yang sempurna," puji Lavender sambil menatap punggung Adam yang berjalan menjauhi meja mereka. Jovanka ikut menatap Adam dengan perasaan yang sulit dilukiskan.

"Jov," panggil Lavender perlahan. Jovanka tak mendengarnya.

"Jova," panggil Lavender lagi.

"E-eh, iya. Ada apa, Om Lav," jawabnya tergagap. Lavender tertawa melihat kegugupan Jovanka.

"Kamu Jovanka, ya. Bukan Jovita," gumam Lavender lirih. Jovanka tertawa mendengarnya. Adam yang melihatnya dari kejauhan semakin terpana.

"Benar-benar mirip dengan Jovita," batinnya sambil menghela nafas dalam. Kerinduan akan gadis polos itu tiba-tiba mencuat dalam dadanya.

Lavender yang melihat tatapan Adam pun mendehem perlahan.

"Adam juga mulai terpana denganmu, Jova. Awas, jangan sampai dia ikutan memperebutkanmu," goda Lavender yang membuat Jovanka seketika terdiam dan melengos.

"Jadi, ada urusan apa Om Lav mengajakku kemari?" tanya Jovanka serius. Dia sangat penasaran dengan ajakan Lavender ini, karena tadi si om mengatakan ada sesuatu yang harus dibahas dengannya.

"Begini, Jov," kata Lavender mengawali. Dia menyodorkan ponselnya. Jovanka melihat layar ponsel itu, kemudian menatap Lavender dengan datar.

"Lihatlah," ujar Lavender sambil menunjuk ponselnya. Jovanka menggeser layar ponsel itu. Beberapa foto lelaki terlihat di sana. Wajahnya datar saja tanpa ekspresi.

"Siapa mereka, Om?" tanya Jovanka tanpa minat.

"Mereka menginginkanmu," jawab Lavender singkat dengan suara lirih. Adam terlihat berjalan ke arah mereka dengan sebuah nampan di tangannya.

"Silakan. Americano coffee dan Greentea float," kata Adam sambil meletakkan cangkir dan gelas itu di atas meja.

"Terima kasih, Dam," kata Lavender sambil tersenyum. Sementara Jovanka langsung mengambil gelasnya dan meminum pesanannya tanpa bicara apapun. Adam hanya tersenyum dan segera berlalu dari hadapan mereka. Dia cukup tahu kalau Lavender dan Jovanka sedang membahas hal penting.

"Maksudnya apa?" tanya Jovanka sambil menggeser-geserkan jemarinya di atas layar ponsel Lavender.

"Mereka menginginkanku, hm," desisnya lirih. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis lalu menatap Lavender tanpa ekspresi.

"Siapa mereka, Om?" tanya Jovanka dingin.

"Apakah mereka memang pantas mendapatkan layananku?" tanyanya lagi. Lavender tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Hanya satu orang saja yang bisa dikatakan pantas, My Dear," jawab Lavender sambil menggeser jemarinya di atas layar.

"Ini," katanya saat jemarinya berhenti di sebuah foto. Jovanka menatapnya serius.

"Siapa dia?" tanyanya tanpa melepas pandangannya.

"Seorang CEO perusahaan properti yang cukup ternama," jawab Lavender singkat. Jovanka mengernyitkan keningnya.

"Apa hubungannya dengan Papa?" tanya Jovanka lirih.

"Perusahaannya salah satu yang ikut menandatangani surat menolak dukungan terhadap papa kamu," jawab Lavender serius. Jovanka mulai memandang foto lelaki itu dengan cermat.

"Hm, terus?" tanyanya penasaran.

"Diantara mereka yang menandatangani surat itu, dia termasuk salah satu yang paling keras menolak. Itu karena dia yang paling banyak punya tanggungan hutang kepada papa kamu," jawab Lavender dengan kesal.

"Benarkah?" tanya Jovanka dengan tangan terkepal menahan geram. Lavender menganggukkan kepalanya dengan tegas.

Sebuah rencana melintas di kepalanya. Seringai dingin pun terbit di bibirnya.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C21
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous