Tuan Bour dan yang lainnya akhirnya berpisah. Nona Breisa dan Freislor bergegas ke arah selatan. Mereka menuju ke sebuah ruangan khusus di mana terdapat beberapa mayat bejajaran. Di sana, keduanya membebaskan jiwa dari orang-orang itu.
"Freis, pejamkan kedua matamu. Kamu tidak akan menyukainya jika kamu memaksa untuk terus melihatnya," ucap Nona Breisa sembari tersenyum lebar. Freislor menggelengkan kepala pelan sembari berkata, "Tidak apa. Aku sudah terbiasa melihatnya. Tidak perlu khawatir," ucap Freislor sembari tersenyum lebar.
"Baiklah, apa kamu ingin mencabut nyawanya secara bersamaan?" tanya Nona Breisa. Freislor menganggukkan kepalanya pelan. "Yah, tentu saja. Aku akan melakukannya sekarang," jawab Freislor sembari tersenyum. Remaja itu menaikkan salah satu alisnya. Di sana, keduanya saling menapakkan kedua tangannya ke tanah. Selang beberapa saat kemudian, tanah yang ada di sekitar mereka menampakkan sebuah cahaya bertaburan warna merah.