"Apa kau sedang mengancam Kakakmu sendiri, Kreysa?" tanya Freislor dengan tatapan tajam. Kreysa menganggukkan kepalanya pelan.
"Yah, jika memang itu yang harus aku lakukan, maka aku akan melakukannya, Kak. Jangan membuatku kebingungan dengan sikapmu," jawab Kreysa dengan suara lirih, kedua bola matanya menunjukkan tatapan tajam. Kreysa seketika mendongakkan kepala ke atas. Salah satu tangannya ia ulurkan ke atas langit. Di sana, terbentuk sebuah garis abu-abu berlambang tengkorak.
"Nah, kau tahu apa arti dari simbol itu, kan? Aku tidak main-main dengan perkataanku, Kak. Sebaiknya kamu mengatakannya atau aku akan membencimu," ucap Kreysa. Gadis itu menarik paksa tangannya dari genggaman Poresa. Ia tidak butuh belas kasihan siapa pun di hari itu. Freislor menganggukkan kepalanya pelan.
"Baiklah, aku akan memberi tahumu, terima sendiri akibatnya jika kamu memang mau mendengarnya," ucap Freislor. Kreysa menganggukkan kepala. Ia memalingkan wajahnya dari sang kakak.