Di hari itu, Freislor merasa dirinya merasa lemah. Tak ada satu pun yang bisa dia perbuat. Alhasil, dia memilih untuk pulang. Beberapa orang yang melihatnya membicarakannya dengan suara lirih. Ada yang diam-diam menatap Freislor dengan tatapan tajam. Gadis itu buru-buru menghapus tangisannya. Ia berlari kencang tanpa memperdulikan orang-orang. Sampai akhirnya, ia berada di sebuah jalanan yang sepi. Tak ada satu pun orang terlihat di sana.
"Aku di mana?" tanyanya pelan. Gadis itu ketakutan. Dalam sekejap, pikirannya melanglang buana. Tak ada orang yang mampu menghentikan tangisannya ketika itu. Pada akhirnya, seseorang dari belakang menusukkan sebuah bius tepat di belakang lehernya. Orang-orang itu memakai jubah hitam dengan kedua matanya memancarkan warna merah.