Apa yang tidak bisa Aarun lupa adalah sesuatu yang sangat sampai sekarang membuatnya sangat hancur berantakan.
Saat itu ia masih di kelas dua sekolah menengah atas dan hari itu juga dirinya baru sadar jika apa yang ia lihat sungguh membuatnya trauma hingga saat ini.
Ppakkk...
Pintu tertutup dengan rapat setelah Aarun masuk dengan keringat dan jantung yang berdetak kencang setelah di kejar oleh 3 pemuda berandal.
Tangan kanannya memegangi dadanya yang sesak, sedangkan matanya tertutup mencoba menenangkan dirinya. Ia benar benar olah raga malam ini.
Mungkin hanya sedetik lalu Aarun membuka matanya, pemandangan selanjutnya yang ia lihat adalah ibunya dan seorang pria tua yang baru saja melepaskan pelukannya.
Aarun tentu mengenal dengan nyata siapa pria itu, jadi pria itu datang saat ia tidak ada.
Bahkan sekarang Aarun tidak bisa berkata kata lagi, seakan emosinya meluap luap, tangannya sampai gemetar melihat pria tua itu.