Namun, ciuman hangat itu tak bisa bertahan lama saat ponsel Wili berdering menandakan ada panggilan masuk.
Wili melepaskan ciuman hangatnya. Mengusap bibir merah Jeni yang basah oleh salivanya.
Wili merogoh saku celananya lalu melihat layar ponselnya. Rupanya yang menelephone adalah Sindi. Wili tampak tercengang. Ada apa dengan mamahnya yang tiba-tiba menelephone.
"Siapa, Mas?" Jeni bertanya.
"Mamah," jawab Wili sedikit ragu. Ah dia selalu saja lupa untuk menonaktivkan ponselnya. Lalu, akhirnya cerita romantisnya bersama Jeni harus tertahan dulu.
"Maaf ya, aku jawab dulu," sambung Wili meminta izin pada istrinya.
"Jawab saja, Mas. Khawatir ada yang penting kan," titah Jeni yang selalu saja mengertikan.
Wili mengangguk. Lalu dia menggeser tombol berwarna hijau pada layar ponselnya. Mendekatkan benda pipih itu pada telinganya.
"Hallo, Mah!" sapa Wili pada sambungan telephone dari mamahnya.