"Carol, terima kasih." Jeni berkata lagi sambil mengukir senyum namun Carol hanya mengangguk saja kemudian pergi usai berpamitan.
Carol segera berjalan keluar restaurant lalu masuk ke dalam mobilnya kemudian pergi meninggalkan restaurant. Dalam perjalanannya Carol nampak meneteskan air mata yang sedari tadi dia bendung sekuat mungkin. Air mata kesedihan yang tak bisa ditahan oleh Carol. Saat dirasa kesedihannya kian memuncak, Carol memutuskan untuk menepikan terlebih dahulu kendaraan roda empatnya itu di pinggir jalan yang terlihat sepi.
Betapa hati Carol terasa pedih bak teriria pisau belati. Dia baru saja sadar kalau dirinya terlalu kuat menahan rasa sakitnya.