Tangisan itu kembali pecah di dalam kamar. Jeni tak bisa lagi membendung kesedihannya.
Harapan Jeni yang ingin membangun rumah tangga yang sesuai harapan nyatanya sirna sudah. Apakah harus berakhir lagi kisah pernikahannya?
Tiba-tiba dalam tangisan itu Jeni teringat almarhum Jefri. Betapa lelaki itu sangat lembut dan jarang sekali membentak Jeni.
Bayangan lelaki itu tiba-tiba nampak di depan matanya, tersenyum manis menatap Jeni yang tengah menangis sedu.
"Mas Jefri! Maafkan saya. Saya baru menyadari kalau ternyata Mas Jefri yang benar-benar menyayangi saya. Mas Jefri!" lirih Jeni dalam tangisannya. Andai bisa mengulang waktu, Jeni pasti akan memperbaiki dirinya. Tentu Jeni tak akan menyia-nyiakan perhatian yang selalu diberikan Jefri kepadanya.