"Harusnya tahu. Saya yakin Mamah telah mengatakannya pada, Papah," jawab Jeremi datar.
Jeni terdiam lagi. Dia merasa kalau Jeremi tak begitu antusias saat menjawab pertanyaannya. Ia lebih baik diam dan akan mempersiapkan diri karena hanya tinggal beberapa menit saja mereka akan sampai di kediaman Jeremi.
Pun dengan Jeremi yang dari awal terlihat tak bersemangat. Dia hanya fokus dengan setir mobilnya. Entah apa yang dilamunkan karena Jeremi hanya diam saja. Menjawab pertanyaan Jeni pun singkat dan tak panjang lebar.
'Semoga aku menerima dengan lapang dada kalau Jeni memang tak bisa aku miliki. Meski pun begitu aku harus tetap menyayanginya sebagai adik walau pun dirasa akan sakit di dalam hati untuk menerimanya,' batin Jeremi bergumam. Betapa pilu perasaannya saat ini. Ia bahkan dirasa akan sulit untuk tersenyum lebar untuk saat ini.
Sampai akhirnya, mereka kini sudah tiba di depan kediaman Jeremi. Keduanya melepas safety belt lalu membuka pintu dan kemudian dari dalam mobil.