Jane terperanjak dari duduknya dan bersembunyi dibelakang John sembari membenamkan wajahnya di punggungnya. "I i- i do-oon't..., (Aa-aaku jaa-aangan…," tukasnya sambil terbata-bata karena ketakutan.
John mencoba untuk menenangkannya. "Relax…. (Tenanglah….)"
Jane mengangkat sedikit kepalanya dan mengintip kepada serigala yang sedang berdiri di dekatnya. "Go away! (Pergilah!)" ia berteriak karena kaget dan memukul-mukulkan lengan pada serigala tersebut.
Serigala tersebut mundur beberapa langkah karena tidak ingin terkena oleh pukulan darinya, hingga membuat Jane memukul-mukul angin.
Ia memiringkan kepalanya dan menatap kepada John, seolah bertanya padanya. Perempuan itu sedang apa?
John menunjuk kepalanya sendiri dengan diikuti oleh gerakan jari berputar-putar, ia mengejek Jane dengan mengatakan gila tapi melalui bahasa isyarat tangan kepada serigala itu.
Kemudian ia menunjuk kepada salah satu pohon, seraya mengepalkan tangannya, serigala tersebut mengikuti perintahnya dan berdiri jauh dari mereka.
Jane masih ketakutan dengan keberadaan darinya, bulu yang berwarna hitam, topeng yang penuh dengan noda, dan gigi-gigi runcing yang terlihat seram setiap kali serigala itu membuka mulutnya.
Wajar baginya untuk merasakan hal tersebut, karena hewan sepertinya tidak dapat ditemukan di dalam kota, bahkan jarang kebun binatang yang memiliki serigala sebagai hewan untuk ditampilkan.
Ia mengusap kepala Jane sembari berkata, "Relax Jane, he's my companion's, (Tenang Jane, dia adalah rekanku,)" tukasnya memberitahu. "Look at him, he's wearing vest, mask, and utility belt just like us. Lihat lah dia, dia menggunakan rompi, topeng, dan sabuk sepertiku.)"
Jane memberanikan diri dan membuka kedua matanya, ternyata apa yang dikatakan olehnya adalah benar.
Serigala tersebut bukanlah hewan liar, ia menggunakan rompi anti peluru serta topeng yang sama seperti John tetapi dengan versi yang lebih seram dan berbeda karena harus disesuaikan untuk binatang.
Pada rompi anti pelurunya terdapat beberapa kantung yang bisa di isi dengan peralatan ataupun persediaan makanan di bagian kiri serta kanan badannya, sementara gigi dan rahangnya dilapisi oleh besi.
Terdapat kalung yang menggantung pada lehernya, kalung di lehernya memiliki lambang yang sama seperti pada seragam John.
"Is he the reason why you're running while carrying me? (Apakah dia alasan kenapa kau berlari sambil menggendongku?)" tanya Jane.
"Yeah, I don't want him kill innocent people. (Ya, aku tidak ingin dia membunuh orang yang tidak berdosa.)"
"This is my first encounter with an animal like him, (Ini pertama kalinya bagiku bertemu hewan sepertinya,)" tandas Jane memberitahukannya.
"Don't be afraid of him. (Tak usah takut padanya.)"
"Give my sleepingbag, I'm tired. (Berikan kantung tidurku, aku lelah.)"
"Sleepyhead. (Pengantuk.)"
John mengeluarkan kantung tidur dari ranselnya seraya memberikannya, Jane mengambilnya dari tangannya kemudian mengamparkannya di atas tanah seraya masuk kedalamnya sebab ia sudah tidak kuat karena kelelahan dan langsung tertidur sangat pulas.
Ia memalingkan pandangannya pada serigala tadi sembari memanggilnya untuk mendekat, "Come here Tom. "Kemarilah Tom.)"
Tom mendekat dan duduk disebelahnya, seraya John melepaskan topeng yang menutupi wajahnya untuk dibersihkan karena penuh dengan noda darah.
Ia membasahi topeng milik Tom memnggunakan air dari wadah minumnya, kemudian mengelapnya menggunakan bajunya sendiri.
"You're a good boy, I told you not to kill them, and you obey me, (Anak baik, aku menyuruhmu untuk tidak membunuh mereka, dan kau mematuhinya,)" John memujinya sambil menggaruk-garuk bagian leher Tom. "Have you eaten yet? (Sudah makan?)"
"Woof woof."
"Okay, you must be hunt a lot. (Okay, kau pasti banyak berburu.)"
"Woof."
"Imma rest for a while, stand on guard buddy. (Aku akan beristirahat sejenak, berjagalah kawan.)"
John bersandar pada sebuah pohon yang berada di belakang Jane, ia memejamkan matanya sambil memegang erat senapannya.
Kehadiran Tom membuatnya sedikit leluasa, karena ia bisa beristirahat senjenak sementara Tom berjaga.
Swiiiish… Swiiiish…. Bunyi angin bertiup mengenai dedaunan.
Terdengar suara seorang wanita memanggil namanya berkali-kali. "John… Hey John, what are you doing here? (John… Hei John, apa yang kau lakukan disini?)" tanya seorang wanita padanya. "Its dark already, go inside and take a bath, (Sudah gelap, masuklah dan mandi,)" sambungnya kepada John.
"… …."
John tidak menjawab pertanyaannya dan hanya menatap pada burung-burung yang berterbangan di langit senja dengan mentari yang terbenam di kejauhan, ia sedang berdiri sambil memegang pedangnya di tengah padang rumput yang tak jauh dari sebuah pondok kayu yang dikelilingi oleh pepohonan.
"Excuse me, don't you hear me?! (Permisi, tidakkah kau mendengarku?!)" tanya wanita itu kembali membuat John tersadar dari lamunan.
John menoleh kearahnya sambil meminta maaf karena tak mendengarkan perkataan darinya. "I apologize. (Mohon maafkan aku.)"
"Let's go back. (Ayo pulang.)"
Wanita tersebut berjalan di depan, memandu John kembali masuk menuju pondok kayu.
John berjalan masuk dan langsung menuju meja makan seraya mengambil hidangan yang berada di atas meja, akan tetapi wanita tadi menepuk tangannya.
"Go take a bath! (Mandi sana!)" tandas wanita tersebut padanya.
John membalasnya dengan sebuah pelukan hangat. "Understood mam. (Baiklah nyonya.)"
"Stay away you sweats monster. (Menjauhlah dariku kau monster keringat.)"
Wanita tersebut mendorong John dengan lembut dan melepaskan diri dari dekapannya, ia berlari mengitari meja makan dengan diikuti oleh John yang mencoba untuk memeluknya.
"Don't you dare John, hahaha, (Jangan berani John, hahaha,)" tukas wanita tersebut sambil tertawa.
John berpura-pura menjadi monster keringat sambil mengejarnya. "Argh… I'm big bad sweats monster, come here you little puppy. (Argh… aku monster keringat yang jahat dan besar, kemari kau anak kecil.)"
Mereka terlihat sangat bahagia, gelak tawa dari mereka berdua terdengar sampai keluar dari pondok kayu.
Wanita tersebut menghentikan larinya bersamaan dengan John yang berhasil menangkapnya.
Bip, bip … bip, bip…. Alarm pada topengnya berbunyi hingga membangunkannya.
John melihat pada jam tangannya yang menunjukkan pukul dua belas malam, ia berjalan mendekati Tom yang masih berjaga di dekat api unggun. "Sleep, (Tidurlah,)" perintah John padanya.
Tom mendekatkan dirinya pada kantung tidur yang dipakai oleh Jane dan tertidur disebelahnya.
I had one hour left. Tandas John dalam hatinya.
John membentangkan kain berwarna putih di tanah.
Ia melepaskan tempat peluru dari senjatanya lalu menaruhnya di lantai, kemudian menarik tuas pengokang senjata secara manual seraya melihat pada bagian dalam senjatanya untuk memastikan tidak ada peluru yang tertinggal di dalam dan menarik kembali pengokang sembari melepaskannya agar kembali pada posisi semula.
Kemudian menekan dua buah pin yang berada di depan serta dibelakang bagian pemicu untuk membongkar senjatanya menjadi dua bagian.
Setelah terbagi menjadi dua bagian, ia menarik keluar komponen pengokang untuk di bersihkan.
Ia membersihkan senjatanya dari sisa-sisa bubuk mesiu yang ditinggalkan oleh peluru yang ditembakkan agar tidak terjadi kendala seperti macet ataupun meledak di tangan saat senjatanya digunakan, perawatan pada senjata perlu dilakukan setidaknya beberapa kali.
Tiga puluh menit sebelum tim selanjutnya dikirim untuk mengejar Jane, ia bergegas merakit senjatanya dan menyempatkan untuk mengisi perutnya dengan makanan.
"Jane, wake up, it's time to move, (Jane, bangun, waktunya untuk bergerak,)" ia membangunkan Jane dengan lembut.
Tapi Jane masih tertidur sangat pulas dengan air liur yang keluar dari mulutnya, dan beberapa menit kemudian John kembali membangunkannya.
Dengan setengah mata terpejam Jane menatap wajah tom yang berada di sebelahnya. "Kyaaa…," ia terperanjat sembari berteriak dengan keras karena terkejut.
"Here's take it, (Ambilah ini,)" tukas John menyodorkan wadah air minum dan ransum untuknya.
Jane mengambilnya dari lengan John.
— Un nouveau chapitre arrive bientôt — Écrire un avis