Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, semua orang di luar pintu pun dibersihkan.
Melihat ketenangan di luar pintu, Bambang berkata dengan kaget, "Ya Tuhan, kakak ipar, kamu sangat luar biasa. Aku tadinya merasa heran saat melihat kamu begitu tenang barusan, tapi ternyata kamu sudah menyiapkan rencana ini!"
"Haha , ini bukan apa-apa. Nyatanya, orang-orangku sudah datang. Aku pikir mereka terlalu berisik, jadi aku minta mereka makan di dekat sini. Keberuntungan Hartono sangat buruk. Ketika mereka datang, orang-orangku baru saja selesai makan dan kembali ke sini."
"Wah, Kakak, sekarang aku juga jadi ingin menyembahmu. Kau bisa ceritakan bagaimana kau menjadi begitu kuat. Dalam bisnis, kau adlaah seorang presiden yang penuh wibawa, dan benar-benar cocok menjadi panutan."
Saat ini, Bambang menatap mata Handoko, penuh dengan ekspresi pemujaan.