Handoko mengernyit, terdiam sejenak, dan akhirnya berkata, "Buka pintu agar mereka bisa masuk."
"Baik."
Kendra yang ada di sisinya tiba-tiba mendengus, dan presiden berwajah dingin itu segera menoleh ke arah anak laki-laki itu dengan khawatir, dan dengan lembut membantu dia dengan menyelimutinya.
Orang-orang dari keluarga Soekamto berjalan ke tempat tidur. Saat mereka melihat wajah Handoko dan Kendra yang tampak seperti hasil salin dan tempel, mereka saling bertukar pandang secara diam-diam. Kemudian, mereka duduk dengan serius di samping Handoko.
"Ahem, Presiden Handoko, ada sesuatu yang ingin saya tanyakan padamu."
"Ah, silakan."
Handoko mengangguk dengan sopan kepada kakek Alia, dan saat ini dia benar-benar terlihat seperti seorang presiden pada hari kerja.
Dia sekarang adalah pria muda yang memiliki anak yang pintar.
Kakek Alia berpikir sejenak, dan akhirnya bertanya dengan suara yang dalam, "Apa hubungan antara kamu dan Alia?"