"Aku sedang melatih adikku olah raga!" Ren jadi tak sabar. "Aku sudah mengatakan itu tadi padamu! Apakah telingamu punya borok yang menyumpal? Sudah mulut busuk, otak kotor, sekarang telinganya borokan pula! Ck, menyedihkan."
Avdan makin melotot geram. "Oke, kamu memang anaknya konglomerat besar yang terkenal, tapi kalau kelakuanmu—"
"Kau berani menjamin kalau aku dan adikku ini melakukan hal tak pantas?" Ren memotong ucapan Avdan. Lalu melanjutkan dengan segera, "Apa yang berani kau jaminkan?"
Avdan makin melotot. Dia merasa dikurangajari oleh bocah. "Kau—"
"Berani atau tidak? Jangan bertele-tele omong kosong!" Ren tak suka bertele-tele ketika dia yakin dirinya benar.
Avdan diam, tapi bapak yang tadi malah menepuk Avdan, berkata, "Sudah, sudah Avdan! Jangan sembrono!"
Melihat si bapak terus memberikan sikap seperti sebuah pembelaan pada Ren, Avdan bertambah kesal. "Pak Ervan, ini tidak bisa—"