Télécharger l’application
6.16% Kepergian Tak Akan Menghalangi Cinta / Chapter 14: Khawatir (2)

Chapitre 14: Khawatir (2)

"Ekhemm..Aluna minta izin mah mau ke

konter depan beli paket data." ujar Aluna

yang duduk di depan Ayu.

"Lho disini ada WiFi kenapa mau beli paket

data?" Tanya Ayu heran.

"Emm. Itu kan kalo Luna pergi nggak bisa

pake WiFi." Aluna sedikit gugup, ia bingung

harus bagaimana. Ia sangat membutuhkan

kuota.

"Ya sudah biar kamu diantar Alan saja ya?

Bisa jalan kaki dari sini."

"Nggak usah Mah, biar Luna sendiri aja

ngga apa-apa." Ia sejenak melirik Kearah

Alan yang masih diam mungkin ia fokus

mendengarkan pembicaraan Aluna dan

Ayu.

"Alan tolong yah di anter. Kasian Udah

malem, jalan kaki aja nggak apa-apa." Ayu

bangkit meninggalkan mereka berdua,

sebenarnya Ayu belum begitu pulih.

Jalannya saja Ayu masih pelan, Alan sudah

melarang agar ayu tidak berjalan tanpa

tongkat. Namun ayu tetap kekeuh pada

pendiriannya. Sifat inilah yang menurun

pada Alan.

"Jadi lo mau Anter gue?" Tanya Aluna

sambil menatap Alan.

"Nggak" Jawaban itu yang tidak di

harapkan oleh Aluna, ia ingin ditemani

Alan karena ia tidak tahu dimana letak

konternya.

"Kalo gitu tunjukin gue dimana konternya"

Pinta Aluna.

"Lo belok kiri terus lurus belok kanan

mundur dikit nambrak!" Setelah

mengucapkan itu Alan bangkit dan

berjalan ke atas menuju kamarnya, pikir

Aluna.

"Alan! Yang bener." Aluna sedikit teriak

kemudian ia menyusul Alan untuk

mendapat jawaban yang benar.

Sampai di depan pintu kamar berwarna

putih, Alan membuka dan masuk tanpa

menghiraukan Aluna yang sedari tadi

mengoceh.

"Dasar nyebelin!" Aluna masih terdiam di

depan kamar Alan,bia berniat ingin masuk.

Namun, pintu itu sudah terkunci rapat.

"Sial!" Umpat Aluna, kemudian ia turun

dengan wajah kesalnya.

Ia melihat perempuan paruh baya sedang

membereskan piring. Aluna langsung

menghampirinya.

"Permisi Bi" sopan Aluna.

"Eh ini non Aluna ya? Ada yang bisa

bibi bantu?" Bi Sumi menghentikan

pekerjaannya.

"Bibi tau konter deket sini nggak?" Tanya

Aluna.

"Ohh Tau non. Dari sini belok kanan, nah di

depan kompleks deket Alfamart." Jelas bi

Sumi.

"Makasih bi, Luna pergi dulu." pamit Aluna

kemudian ia mengambil ponselnya dan

dompet. Ia memasukan ke dalam Slingbag

berwarna Gold. Ia memakai Hoodie

maroon dan hotpants. Ia berjalan keluar

dan langsung menuju konter yang di

tunjukan bi Sumi.

"Non Aluna mau kemana?" Tanya Satpam

di rumah Alan.

"Eh ini pak mau ke konter depan sebentar." Kemudian satpam itu membuka gerbang

agar Aluna dapat keluar.

Aluna berjalan sambil menggunakan

headsetnya dan mendengarkan lagu barat.

Ia menikmatinya dengan angin yang

menerpa wajahnya.

Setelah sampai, letak konter itu di sebelah

kiri Alfamart yang dijelaskan Bi Sumi tadi. Terlihat ramai pengunjung,tepatnya ramai

laki-laki yang duduk di depan konter itu.

Karena di depan konter terdapat beberapa

kursi dan meja.

"Hai cantik." Kumpulan laki-laki itu terus

menggoda Aluna namun Aluna tetap tidak

peduli. Ia hanya berniat ingin membeli paket data.

Setelah selesai ia berjalan lagi melewati

kumpulan laki-laki itu.

"Neng mau Abang anter nggak?" Tiba-tiba

lelaki dengan pakaian berantakan dan

Aluna menghirup aroma alkohol. Aluna

langsung buru-buru pergi dari tempat itu

namun tangannya di cekal oleh pemuda

itu.

"Sini dulu dong temenin Abang." Ujar lelaki

itu,ia sangat mabuk.

"Langsung gas aja." Celetuk temannya yang

sedang duduk dan menikmati Alkohol.

Bugh.

Pemuda mabuk itu langsung tersungkur ke

tanah. Aluna terkejut karena pemuda itu

menjatuhkan beberapa kursi.

"Lo nggak usah ganggu dia!" Tegas laki-laki

itu yang tadi menendangnya.

"Kita pulang!"

"A..Alan?" Gumam Aluna, bagaimana bisa

Alan berada di sini?

Setelah jauh dari tempat itu, Aluna masih

berfikir bagaimana bisa Alan tadi ketempat

Aluna berada.

"Lo tadi ngapain di situ?" Tanya Aluna

heran.

"Beli kuota" Balas Alan santai, ia terus fokus

pada langkahnya.

Flashback on.

Alan sudah memakai jaket kulitnya

dengan celana jeans panjang, ia keluar dari

kamarnya karena tadi Ayu meminta Alan

untuk menemani Aluna pergi ke konter.

Setelah turun ia melihat sekelilingnya

mencari keberadaan Aluna, namun ia tidak

melihat gadis itu. Kamudian melangkahkan

kakinya menuju kamar tamu yang aluna

tempati.Tidak ada Gadis itu, ia berfikir jika

Aluna sudah pergi ke ke konter.

Ia menanyakan pada satpam

rumah, ternyata benar jika Aluna sudah

pergi sendirian ke konter depan. Alan

tahu jika di area tersebut banyak pemuda

mabuk-mabukkan. Alan tidak mau jika tunangannya itu terjadi apa-apa, ia juga

akan di salahkan oleh Ayu mungkin juga

oleh bonyoknya kalo Aluna sampai lecet. Ia

langsung lari dengan cepat karena jarak

konter hanya 100 meter.

Benar apa yang alan khawatirkan, Aluna

sedang di kerumuni pemuda yang sedang

mabuk-mabukkan. Ia langsung bergegas

menghampiri Aluna.

Flashback off.

Tunggu. Apa? Alan khawatir? Bagaimana

bisa Alan memiliki perasaan khawatir

pada Aluna? Entahlah, hanya Alan yang

tahu.

"Cieee lo khawatir ya sama gue?" Aluna

terus menggoda Alan,ia sedikit senang jika

laki-laki di sampingnya itu peduli padanya.

"Sorry ya. Gue nggak pernah khawatir

sama lo!"

***

Sudah hampir istirahat namun baju

olahraga yang Aluna titipkan pada Alan

belum juga sampai. Tadi ia berangkat

pagi-pagi karena ia harus menjalankan

tugas piketnya. Ia menitipkan baju

olahraga pada Alan karena Alan sudah

biasa berangkat siang, tadi saat Aluna

akan berangkat saja Alan masih didalam

mimpinya.

Kring

Kring

Kringgggg....

Bunyi bel istirahat membuat siswa-siswi

bergegas menuju Kantin. Jam olahraga

akan terlaksana tepat setelah

istirahat, Aluna langsung buru-buru

menuju kantin karena biasanya ia melihat

Alan bersama teman-temannya di kantin.

Laura, Dara dan Aluna sudah duduk

di pojok. Mata Aluna terus mencari

keberadaan Alan. Namun yang ia lihat

hanya murid-murid lain.

"Gengnya tuh." tunjuk Laura pada tiga

laki-laki yang baru masuk. Yang tak lain

adalah Lio, Gibran dan Rai.

Namun dimana Alan? Apa mungkin ia

belum berangkat atau tidak berangkat?

Jika tidak berangkat tamatlah riwayat Aluna. Ia akan kembali di hukum lari 50 putaran seperti dulu lagi.

"Coba telfon aja Lun." Usul Dara melihat

wajah cemas Aluna.

"Dari tadi kek" balas Laura menyenggol

lengan Dara.

Panggilan pertama tidak terjawab. Aluna

mendecak kesal kemudian ia terus

berusaha menghubungi tunangannya itu.

Panggilan kedua hanya suara operator, ini

benar-benar menyebalkan. Aluna terus

mendecak kesal dan terus menyumpah

serapahi Alan. Ia sudah sangat kesal

tingkat tinggi.

"Awas aja tu orang kalo ketemu, gue bikin

dodol sekalian!" umpat Aluna.

"Lun." Bisik Dara yang duduk di depan

Aluna karena ia melihat lelaki bertubuh

tinggi yang berjalan ke arah mereka sambil

membawa paper bag di tangan kanannya

dan tangan kirinya di masukan ke dalam

saku celana.

"Apa! Gue emosi tau nggak! Itu manusia

bisu emang nggak bisa di andelin tau!"

Kesal Aluna bahkan sangat kesal.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C14
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous