Akhirnya, Gia sudah membulatkan keputusan, bahwa dia akan melakukan tes DNA untuk meringankan kepalanya, agar dia mengetahui dengan jelas siapa gerangan ayah dari anak yang ada di perutnya kali ini.
Harapannya adalah Ren. Tapi dia juga tidak masalah apabila itu ternyata anak Zan. Yah, anak tetaplah anak. Bagaimanapun cara mendapatkannya, anak ini tidak berdosa, anak ini tetap tidak bersalah. Yang bersalah adalah pelakunya, orang tuanya.
Tidak selayaknya Gia menolak anak ini. Dia harus tetap bertanggung jawab dan menjaga serta merawatnya seperti dia merawat Sya.
"Tapi, Gia, tentunya kamu tak mungkin minta sampel darah ke salah satu dari mereka, kan?" Wenyi mengerucutkan bibirnya dengan raut sedang berpikir.
"Ahh, benar juga!" Gia menepuk keningnya.
Wenyi benar, kalau dia meminta sampel darah pada Ren, dan ditanya Ren untuk apa darahnya diambil, apabila Gia menjawab untuk tes DNA, bukankah itu sama saja dia menguak aibnya sendiri!