Télécharger l’application
12.06% Ketika Dia Pergi / Chapter 21: Emily dan Chris

Chapitre 21: Emily dan Chris

Emily bersikeras jalan kaki pulang, sehingga Ray terpaksa membuntuti di belakang sambil mendorong sepeda motornya. Mereka melewati jalanan dalam diam, hanya suara burung dan hewan liar mengisi kesunyian. Horizon di kejauhan tampak menghitam, pertanda hujan lebat akan segera turun.

Di depan rumah besar tempat tinggalnya, Emily menghentikan langkah. Ray memarkir sepeda motor itu di garasi. Dari rumah Emily, Ray akan berjalan kaki pulang. Lumayan jauh sih kalau berjalan kaki menyusuri pinggiran kebun teh dan palawija dilahan seluas seratus hektar itu.

"Bawa aja motornya pulang," kata Emily tanpa menoleh.

"Tapi ayahmu..."

"Nanti aku yang bicara pada Papa. Pergilah, kasihan adikmu menunggu di rumah."

Ray mengangguk. Emily benar, Chris saat ini pasti sedang menunggu-nunggunya pulang. Telat sedikit saja mungkin Chris akan mengamuk dan membuat pengasuhnya kewalahan. Sedari kecil, Ray-lah yang mengasuh dan membesarkan Chris. Sedangkan ibunya sibuk bekerja sambil bertualang asmara dengan lelaki lain.

Ray tak pernah tahu ayah Chris siapa. Sama halnya seperti Ray yang juga tidak tahu ayahnya siapa. Setahu Ray ibunya tak pernah menikah, dan mereka tidak punya keluarga lagi setelah neneknya meninggal. Tidak ada paman, bibi, maupun sepupu. Seolah-olah keberadaan mereka di dunia tercipta begitu saja tanpa ada yang namanya silsilah. Yang Ray tahu, dirinya dan Chris adalah hasil pertualangan cinta ibunya di Jakarta.

Sedari kecil Ray tinggal bersama neneknya di kampung, sebuah desa kecil di dekat pantai Pangandaran. Bertahun-tahun Ray seperti terlupakan, karena ibunya sangat jarang datang berkunjung. Suatu hari ibunya pulang dalam keadaan hamil besar, sehingga mereka bisa bersama-sama selama beberapa bulan. Namun tidak lama setelah melahirkan Chris, ibunya pergi lagi ke kota. Dan baru kembali menjemput mereka setelah neneknya meninggal. Karena itulah Ray maupun Chris tidak bisa dekat dengan ibunya. Tidak pernah ada momen yang bisa mengekspresikan kasih sayang antara Ibu dan anaknya. Ibunya senantiasa bersikap dingin, cuek dan acuh tak acuh terhadap anak-anaknya. Namun Ray dan Chris terpaksa ikut sang ibu karena tidak punya pilihan lain.

Ray mengendarai sepeda motor itu melintasi areal perkebunan. Jalanan disini adalah jalan tanah yang sebagian tertutup lumpur, sehingga Ray mesti terseok-seok mengendalikan sepeda motornya. Beberapa kali nyaris saja dia tergelincir. Tinggal di Alpan sepertinya memang membutuhkan skill yang tinggi untuk mengemudikan kendaraan. Kondisi jalan yang buruk, tikungan, tanjakan dan turunan yang ekstrims, serta seringnya hujan yang membuat jalan menjadi licin. Tak heran jika kebanyakan murid disini kebanyakan pergi ke sekolah dengan berjalan kaki.

Akhirnya setelah hampir setengah jam berjuang, Ray sampai juga di guest house tempat dia, ibu dan adiknya tinggal sementara. Mereka datang ke Alpan karena ibunya mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris. Tapi Ray sudah cukup umur untuk memahami bahwa ibunya cuma berpura-pura jadi sekretaris. Atau menjadi sekretaris plus-plus, atau apalah namanya. Membuat Ray menjadi benci tinggal di kota kecil yang dingin ini.

Ray tahu bahwa ibunya sudah lama menjalin affair dengan Benny Dirgantara. Bahkan bisa dibilang beberapa tahun ini ibunya mendapatkan uang dari Benny. Perselingkuhan mereka bahkan sempat menjadi perhatian media. Semasa Ray tinggal bersama neneknya di kampung, Ray bisa bersikap masa bodoh terhadap perilaku ibunya yang memalukan. Namun sewaktu mereka tinggal di Jakarta, hal itu menjadi sangat meresahkan. Sehingga Ray mati-matian berusaha menyembunyikan identitasnya dan sebisa mungkin menjadi siswa berprestasi supaya orang-orang fokus pada dirinya semata.

Sewaktu SMP di Jakarta, Ray beruntung memiliki guru matematika yang bagus, sehingga dia termotivasi untuk belajar. Hasilnya Ray menjadi siswa yang memiliki nilai matematika di atas rata-rata dan sering diikutkan ke berbagai perlombaan dan olimpiade. Bahkan Ray mendapatkan beasiswa untuk memasuki sebuah SMA swasta secara gratis, dikarenakan prestasinya yang membanggakan di sebuah olimpiade matematika tingkat nasional. Sayangnya Ray hanya sempat satu semester belajar di SMA itu, karena ibunya tiba-tiba mengajak pindah ke kota dingin yang terpencil ini.

"Ray..! Ray..!", Chris berteriak heboh ketika Ray memasuki halaman. Chris tampak sedang bermain pasir di halaman bersama pengasuhnya. Wajah dan tangannya tampak kotor. Tapi itu lebih baik daripada dikurung di dalam kamar dan menganggu penghuni kamar yang lain. Untungnya guest house itu sedang sepi, sehingga Ray tidak perlu terlalu khawatir Chris membuat keributan.

"Hai jagoan!," sapa Ray setelah memarkir sepeda motornya di halaman. Chris segera berlari menghampiri dan menubruk Ray dengan kecepatan penuh.

Duh! Ray sampai jatuh terduduk..Chris memang memiliki tenaga yang luar biasa walau umurnya belum lima tahun.

Chris tertawa nyengir melihat Ray meringis sakit. Mungkin baginya itu sesuatu yang lucu. Chris memang memiliki persepsi yang berbeda daripada anak-anak normal lainnya. Tingkah lakunya juga terlihat berbeda dibandingkan anak-anak seusianya. Hal itu disebabkan karena Chris adalah penyandang autisme, suatu kelainan pada fungsi otak yang menyebabkan penderitanya mengalami gangguan komunikasi dan sosial.

"Terimakasih ya Bu sudah menjaga Chris,' kata Ray sambil membungkuk hormat pada Bu Sari, istri seorang karyawan di perusahaan ini yang bersedia menjaga Chris saat Ray pergi sekolah.

Wanita berusia tiga puluhan itu tersenyum. Dia seorang wanita yang kurang beruntung, karena belum diamanahkan seorang anak dalam pernikahannya yang sudah menginjak sepuluh tahun. Mengasuh Chris adalah pengalaman yang menyenangkan untuknya, walaupun Chris membuatnya kelelahan karena hiperaktif. Bu Sari tinggal tidak jauh dari guest house. Sebenarnya suami Bu Sari yang bernama Hilman yang disuruh Pak Benny untuk mencarikan pengasuh buat anak sekretarisnya. Namun daripada mencari orang lain, mending ditawarkan pada istrinya, yaitu Bu Sari. Hitung-hitung mengisi waktu luang sekaligus menambah penghasilan. Bu Sari pun menyambut baik tawaran itu, daripada bosan tak ada kerjaan di rumah.

Sebagian karyawan di perusahaan Zillian memang pendatang dari daerah lain. Karena penduduk asli biasanya punya tanah perkebunan sendiri. Secara teratur perusahaan Zillian membuka lowongan kerja untuk bagian staf maupun pekerja kontrak. Banyak juga yang bertahan di Alpan setelah masa kontraknya berakhir, terutama mereka yang menemukan jodohnya di perkebunan, atau dengan gadis daerah itu.

"Adek sudah makan tadi. Ibuk masakin ayam goreng dan sayur bayam. Masih ada sisa kok kalau Nak Ray mau makan," kata Bu Sari ramah. Di guest house itu memang tersedia dapur bersama yang dilengkapi lemari pendingin. Kemaren juga Ray sempat berbelanja ayam beku, kentang, sosis, dan sayuran.

"Wah terimakasih Bu," Ray membungkuk.

"Sama-sama. Ibu pulang ya?," kata Bu Sari sambil melambaikan tangan pada Chris. Sayangnya Chris bersikap acuh karena perhatiannya sekarang tertuju pada kakaknya yang baru pulang sekolah.

"Yuk masuk!," ajak Ray.

Chris bergeming, malah kembali mendeprok untuk bermain pasir.

"Chris mau kakak temenin main?," tanya Ray seraya berjongkok disebelah Chris.

Chris tak menjawab. Tangannya sibuk mengaduk-aduk pasir sambil sesekali mulutnya menggumamkan sesuatu dalam bahasa yang tidak Ray mengerti.

Ray menghela nafas. Meski lelah dia tak punya pilihan lain selain menemani Chris bermain. Ibunya mana mau seperti ini. Terkadang malah membiarkan Chris tanpa pengawasan, seperti kejadian tempo hari. Saat itu Ray menjemur cucian di halaman belakang, mengira ibunya menemani Chris bermain. Padahal ibunya asyik menelpon sambil cekikikan, sehingga tak sadar kalau Chris menghilang. Hati Ray masih sedih teringat Chris nyaris dibully, andai saja Emily tidak muncul untuk membela Chris dari bullyan anak-anak kampung itu.

Emily.

Hati Ray terasa hangat setiap kali mengingat gadis berwajah sendu itu. Mata Emily mengingatkannya pada matanya sendiri yang dilihatnya tiap pagi kala bercermin : mata yang menyimpan kepedihan yang tak terlukiskan.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C21
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous