Télécharger l’application
92.5% BREAK THE RULE OF FRIENDSHIP / Chapter 37: Kekecewaan

Chapitre 37: Kekecewaan

Kedua orang tua Diga sedang mengunjungi rumah Kai karena menjenguk ayahnya. Ucapan terakhir dari ayah Diga membuat mereka berdua terus memikirkan hal tersebut, mempertanyakan ucapan ayahnya hanya sekadar guyonan atau keseriusan yang berasal dari dalam hatinya.

Diga pulang bersama kedua orang tuanya menggunakan mobil dan sepedahnya ia titipkan di rumah Kai. Di perjalanan pulang Diga hanya diam berusaha untuk membuang pikiran itu.

"Dek, kamu baik-baik ya sama Kai. Lihat kondisi keluarganya sekarang ibu sangat prihatin," ujar ibu pelan. Terlihat raut wajahnya yang sangat menyangkan kondisi keluarga teman lamanya seperti itu.

Seperti yang diceritakan di awal, ayah Kai memang sudah tidak bekerja dan setiap hari ia hanya duduk di sebuah warung kopi dekat rel sambil minum minuman keras dan juga berjudi.

Diga hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaan ibunya hanya dengan gestur.

* * *

Nanang : Besok pulang sekolah ada acara?

Pesan masuk sesaat Kai baru saja selesai membersihkan dirinya, terlihat nama Nanang di layar ponselnya membuat dirinya kegirangan. Ia langsung melepaskan handuk yang ada di kepalanya, lalu merebahkan tubuhnya dengan senyuman yang merekah pada bibirnya.

"Ga ada, Kak."

Akhirnya hingga larut malam mereka berdua saling membalas pesan, membicarakan besok rencana pergi yang sudah mereka buat. Hingga akhirnya Kai terlelap begitu saja dengan layar ponsel yang masih dalam ruangan pesan bersama dengan Nanang.

Di dalam mimpinya pada malam itu ia bertemu dengan seorang pangeran yang akan menjemputnya di sebuah kastil megah bernuansa Eropa. Pangeran berkuda putih yang saat ia teropong wajahnya tidak asing baginya.

"Can I kiss you?"

Kai langsung memejamkan matanya, berharap sang pangeran akan menciumnya dengan ciuman indah. Tidak lama kemudian...

"Kak! Kakak! Kakak bangun!!!!!"

Teriak ibu dari lantai bawah saat Kai menyadari bahwa itu hanyalah mimpi belaka membuat dirinya jatuh dari tempat tidurnya.

"AWWW!!!" teriak Kai sambil mengusap bahunya yang sakit karena terbentur oleh lantai.

Kesialan pagi ini tidak hanya sampai di situ, saat ia melihat jam pada dindingnya sudah menunjukan jam 7 kurang 15 menit yang artinya adalah ia terlambat hari ini.

"Mampus gue!!!"

Kai dengan cepat langsung berganti pakaian tanpa mandi terlebih dahulu karena mengingat waktu yang sedikit untuk segera pergi ke sekolah.

"Ehhh,,, nggak sarapa dulu kak? Ini bekelnya," ucap ibu sambil memasukan kotak makan ke dalam tas Kai.

Kai berdiri sambil sibuk memasukan telapak kakinya ke dalam kaus kaki, tangannya yang kanan sibuk memasukan susu ke dalam mulutnya.

"Udah ya, Bu. Aku berangkatt!!!!'

* * *

"Lo jadi, Ga nyari buku fisika di Gramedia?"

"Iya. Sama Kai hari ini, kenapa lo mau ikut?"

Farhan menganggukan kepalanya, sepertinya hari ini ia tidak disuruh untuk menggantikan ibunya melayani es kelapa jualannya.

"Es kelapa lo gimana?"

"Tenang, ibu libur hari ini."

Ibu Maya guru Fisika memang memerintahkan ketua kelompok untuk membeli sebuah buku paket yang lebih lengkap dari yang sering mereka pakai untuk menambah wawasan juga melihat lebih dalam soal Fisika.

Diga sudah meminta Kai untuk menemaninya hari ini membeli buku karena ia pikir bahwa Farhan tidak akan bisa menemani dirinya.

* * *

Di kelas yang ramai, Kai menyembunyikan rasa senangnya hari ini karena akan tahu bahwa pulang sekolah nanti dirinya akan bertemu dengan Nanang.

"Eh senyum-senyum aja lo!" ujar Sherina sambil meletakan tumpukan buku matematika yang sedari tadi ia coret menggunakan pensil.

"Kenapa sih? Cerita donggggg!!!"

Akhirnya Kai menceritakan apa yang membuat dirinya begitu bahagia hari ini, Sherina yang sangat berisik ia hanya mengulang kembali kata yang dikeluarkan oleh Kai.

"Jalan bareng sama kak Nanang?" teriaknya lumayan kencang.

Kai dengan sigap langsung menutup mulut Sherina menggunakan ke dua tangannya karena tidak ingin menjadi gosip lagi di sekolah.

Setelah berbincang lumayan lama. Akhirya pak Krisno datang dengan baju kebangsaannya yaitu baju batik yang selalu ia pakai setiap minggunya ditambah dengan parfum yang menjadi tanda akan hadirnya dirinya.

"Assalamualaikum anak-anak," ucapnya ramah sambil tangannya memegang dadanya.

"Hari ini kita cerita-cerita aja ya. Sambil diselipin mata pelajaran sedikit, bapak lagi pusing banget."

Semua siswa bergembira mendengar ucapan itu Kai menjadi semakin semangat karena tidak harus pusing untuk bertemu dengan Nanang.

Setelah dua jam pelajaran pak Krisno akhirnya bel pertanda pulang sekolah berdering juga, Kai langsung bergegas tetapi tangannya di tarik oleh Sherina.

"Pake ini dulu."

"Hah?"

"Sumpah muka lo pucet banget!"

Akhirnya Kai memakai lipstik warna merah menyala milik Sherina, meskipun terlihat sangat aneh karena Kai tidak pernah memakai lipstik seperti itu tetapi untuk orang yang sedang jatuh cinta apapun akan dilakukan olehnya.

Sementara di sisi lain ada Diga dan Farhan yang sedang menunggu Kai di bawah pohon mangga yang letaknya tidak jauh dari lab IPA. Sudah hampir satu jam ia menunggu Kai datang untuk segera pergi untuk membeli buku tetapi tidak ada pertanda muncul dirinya.

"Ga mana Kai?"

"Bentar lagi, mungkin lagi pelajarannya pak Krisno jadinya lama."

* * *

"Ayuk."

Kai duduk di motor sport milik Nanang. Di perjalanan Nanang mengajak Kai nanti malam untuk makan di sebuah restoran yang masih ia rahasiakan, Nanang hanya memberikan clue untuk Kai datang dengan baju yang indah dengan riasan yang cantik.

"Emang mau kemana, Kak?"

"Udah ikutin aja ucapan, kakak."

Motor sport menggerus jalan nengarah ke rumah Kai karena Nanang yang sangat memaksa untuk mengantarnya sampai ke depan rumahnya.

"Jangan lupa nanti malem, ya!"

Raya yang kala itu sedang membantu ibu untuk memasukan kripik ke dalam plastik langsung menggoda kakaknya.

"Cieeeeee!! Siapa tuh?"

"Ah, kepo!!!"

* * *

"Ayo, Ga. Duluan aja," ujae Farhan kesal karena mereka berdua sudah menunggu hampir 2 jam di bawah pohon mangga tetapi Kai tidak memunculkan dirinya.

Sudah beberapa teman kelas Kai yang Diga tanyakan untuk mengetahui keberadaan sahabatnyam hingaa ia bertemu dengan Sherina.

"Lo liat Kai?"

"Loh kalian emang nggak tau kalo Kai pulang bareng sama Nanang katanya dia mau di ajak jalan soalnya," jawab Sherina polos.

Diga mendengar itu langsung membulatkan matanya karena heran dengan sikap sahabatnya yang mengabaikan dirinya, padahal ia sudah lebih dahulu mempunyai janji kepada Diga.

"Makasih."

Di perjalanan Diga semakin merasa bahwa sikap Kai sangat berbeda sejak bertemu dengan Nanang. Mungkin ini baru pertama kalinya tetapi untuk sebuah pertemanan yang di rajut sejak kecil dan tidak pernah lupa akan hal-hal yang berkaitan dengan sahabatnya.

Sambil mencari buku Fisika, Diga mendapati sebuah novel kesukaan mereka berdua, teringat kembali memori di masa mereka kecil.

"Eh, Diga?"

Diga yang kaget langsung membulatkan matanya dengan lebar.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C37
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous