Télécharger l’application
2.83% Terpaksa Mendua. / Chapter 11: Lolipop Super Manis

Chapitre 11: Lolipop Super Manis

Usai menikmati malam pertama yang luar biasa banyak drama, Monika terbangun tatkala Ridho sudah tidak ada di samping tempat tidurnya.

Dia bangun meski dengan kondisi tubuh yang serba pegal dan perih di bagian organ inti dari permainan

semalam. Perlahan dia berjalan menyapu ke seluruh ruangan apartemennya mencari keberadaan Ridho, di pinggir blankon Monika melihat suaminya tengah menelepon seseorang dengan ekspresi wajah serius.

Ketika badan Ridho berbalik dan melihat Monika, langsung dia menutup teleponnya.

"Kenapa ditutup sayang? Kamu pasti habis telepon Rani kan?"

Ridho menelan salivanya sendiri, tebakan Monika memang benar adanya. Meski sudah komitmen untuk tidak saling menyembunyikan sesuatu tapi Ridho masih sungkan untuk bicara yang sesungguhnya.

"Kamu pasti belum mandi kan? ehmm pantesan bau acemm," Ridho sedikit meledek.

Bukan hal yang sebenarnya karena Ridho memang tengah bercanda untuk menutupi hal yang baru saja dia bahas dengan Rani istri pertamanya.

"Oh ya, aku sudah siapin sarapan buat kamu loh! Tapi kamu harus mandi dulu sana!" seru Ridho.

Monika tidak bergeming dengan tetap diam di tempat dan wajahnya pun datar tanpa sedikit pun senyum dia rekahkan di bibirnya.

"Aku tidak mau mandi titik!" tegas Monika.

Berlalu dari hadapan Ridho lalu kembali menjatuhkan badannya ke atas ranjang, Ridho pun mengikutinya lalu mencoba kembali meraih hati istrinya dengan memeluk tubuh dia dan membalikkan posisi tubuhnya yang semula tengkurap jadi telentang.

"Apa kamu belum puas dengan nafkah batin aku semalam?" tanya Ridho sambil menggoda.

Monika tetap diam dan mengerucutkan sepasang bibirnya, Ridho tidak kehabisan ide dengan menyeruduk puncak dada Monika lalu memainkannya kembali seperti semalam.

"Augh ...! Sayang ...!" Monika mengerang sambil menjambak rambut Ridho.

semakin Monika keras menjambak rambutnya semakin liar Ridho terus menyerang cantik dadanya.

"Aku udah mandi, sebaiknya nanti malam saja kita lanjut!"

Ridho menghentikan permainannya, padahal Monika tengah berada di titik puncak hebat kenikmatan.

Hal yang sempat dia benci atas sikap Ridho yang tidak menjawab pertanyaannya pun dia lupakan, namun saat Ridho menghentikannnya Monika kembali kesal

"Apa ini karena obrolan kamu di telepon Tadi?"

Kali itu amarah Monika lebih serius dari semalam, dia bahkan memaksa Ridho untuk melanjutkan memuaskan dirinya kembali.

"Nggak apa-apa sayang, ini kan sudah siang. Lagian aku sudah mandi besar tadi subuh," sanggah Ridho.

Monika menjatuhkan tubuh Ridho lalu melucuti seluruh pakaianya, bah seekor ikan mujair yang kena dampak kemarau panjang.

Ridho pun kaget sebab semalam Monika tidak separah itu, namun siang itu Monika berubah seolah ingin mengendalikan gairah suaminya.

"Aku sudah bilang, aku tidak mau Dibohongi! Apapun yang terjadi antara kamu dan iatri pertamamu aku harus mengetahuinya!" ungkap Monika.

Tubuh dan mulutnya Monika kian liar, Ridho pun tak mampu berbuat banyak. Dia hanya mengikuti seruan Monika lewat sentuhan yang diinginkannya siang itu.

"Rani membutuhkan uang, tapi aku juga gengsi harus dengan cara apa meminta pada Monika," batin Ridho.

Saat ditinggalkan Rani dalam keadaan sakit, Ridho terpaksa pergi karena dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan posisi dan upah yang ditawarkan perusahaan milik keluarga Monika.

Terpaksa Rani harus pinjam sana sini untuk memenuhi kebutuhan dia, sedangkan Fadhil enggan memberinya bantuan meski satu rupiah pun karena merasa tersinggung sudah menolak tawarannya untuk dinikahkan pada Bos pedang sate madura.

"Sayang, aku ini cuma berpikir kita mencukupi kebutuhan hidup sehari -hari dan yang lainnya dari mana? Karena aku sendiri nggak mungkin kembali magang di perusahaan keluarga kamu,"

Dari pernyataan Ridho tersebut Monika memegang wajah suaminya dengan ke dua telapak tangannya seraya bertanya.

"Hanya soal itu? Kamu yakin hanya itu?"

Ridho mengangguk dan mengedipkan ke dua matanya.

"Lakukan dulu apa yang harus kamu lakukan sekarang!" seru Monika.

Saat itu Ridho suaminya namun bah gigolo yang dibayar untuk menenuhi hasrat perempuan.

"Ternyata perempuan Ibu kota memang begini ya, malamnya munafik siangnya seolah mencekik," batin Ridho.

Tak ada pilihan lain, saat itu Ridho hanya berharap materi dari Monika. Dia bingung mau mencari kerja ke mana lagi.

"Kamu mau lebih hebat dari yang semalam aku lakukan! Oke aku akan lakukan! Tapi jangan mengeluh sakit ya!"

Harga diri Ridho seolah ditantang, dia balik menjadi pria sejati kembali. Meski secara materi lemah namun dia tidak mau dipandang lemah dalam hal kebutuhan batin.

"Aku pastikan jika kamu kali ini yang akan aku kalahkan, dan aku mau tantang kamu!"

Tentu saja Ridho terima tantangan Monika, dia bukan pria lemah. Dan membiarkan Monika terus mengendalikan dirinya.

"Kamu mau tantang apa sayang?" Ridho balik bertanya.

"Jika kamu kalah maka ponsel kamu aku tahan dan tidak boleh berhubungan dengan istri pertama kamu!"

Ekspresi wajah Ridho langsung memucat , dia nggak bisa trrima begitu saja tantangan Monika.

Dia memutarkan terus otaknya supaya dapat ide cemerlang.

"Tapi kamu nggak usah tegang begitu dong! Aku minta nomor rekening istri kamu nanti aku kirimi dia uang!"

Ada rasa lega tapi dia tetap takut jika hal tersebut membuat Rani kecewa.

"Rani itu nggak punya rekening sayang! Aku titipin saja sama teman kos-kosan aku yang kerja di bandara dekat kantor perusahaan keluarga kamu!"

Ridho berusaha semaksimal mungkin supaya jejak dia selama di Jakarta tidak tercium oleh Rani.

"Terserah kamu saja yang penting saat ini aku haus dan lapar!"

Ridho kembali mengernyitkan dahinya, dia tidak paham atas apa yang dibicarakan istrinya tersebut.

Gerakannya pun seketika membatu tanpa ada serangan yang membuat Monika menikmati apa yang dibutuhkan saat itu.

"Ayo dong sayang!" seru Monika.

Kemudian Ridho pun bangun dengan menghentikan aktivitasnya sementara, namun Monika balik mengernyitkan dahinya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Monika.

"Bukannya kamu bilang tadi haus dan lapar? "

Kini giliran Monika yang terkekeh melihat tingkah kikuk suaminya. Dia menbalaskan atas sikap Ridho semalam yang sempat membuatnya

salah tingkah.

"Aku itu bukan haus minum dan lapar makan, tapi aku butuh kamu saja sayang!" ungkap Monika.

Ridho pun menerima jika cara dia semalam mengerjai Monika kini dia giliran balik dikerjai.

Tak sekedar menjelaskan dengan kata-kata namun Monika menarik tubuh Ridho lalu memasukkan milik Ridho ke dalam mulutnya dengan memainkannya seperti lolipop.

"Wah sayang, kamu ini pintar liciknya ya!' ungkap Ridho sambil meringis nikmat.

Kali itu Ridho mengakui jika dirinya tengah lemah sebab pikirannya terganggu oleh curhatan Rani di sambungan telepon sebelum ketahuan Monika.

Monika mengacungkan jari jempolnya dengan tetap menundukkan kepala dia, Ridho brrusaha untuk tidak kalah sebab dia masih ingin melanjutkan bicaranya setelah misi itu selesai.

"Kamu ini benar-benar bah ikan mujair," batin Ridho.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C11
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous