Dua sahabat Karin di buat terheran-heran. Mereka juga malu di depan orang-orang Karin bersikap arogan seperti itu.
Orang-orang memandang kejadian itu dengan berbagai sikap.
"Mengapa Karin marah ke teman-temannya itu? Bukankah mereka sangat dekat?"
"Ku dengar kedua teman Karin itu memanfaatkan hubungan Karin dengan keluarga Sasongko. Mereka menurut mendapatkan fasilitas dari Karin!" Sinis Renita, teman Widya. Dia tidak senang dengan Karin. Tapi setelah hari ini, gadis itu ingin berteman dengan Karin, karena Karin dengan keluarga Sasongko Wicaksono.
"Hah. Mereka bukan teman yang baik bagi Karin!" kata Ocha, dia mahasiswi, dulu dia berteman dengan Widya. Sekarang dia malah dekat dengan Karin.
"Benar. Ku dengar nyonya Joice melarang Karin berteman dengan mereka!" Kata Dewinta, dia teman baru Karin. Dewinta seorang model.
Bella menarik tangan Katrina menjauh dari orang-orang.
Sekalipun mere kea sedih dengan sikap Karin, namun
dua orang ini merasakan sesuatu yang aneh di pada diri Karin. Itu bukan sifat Karin! Karin tidak pernah kasar ke mereka.
"Tidak kah kamu merasa aneh. Karin terlihat berbeda?"
Kata Bella.
Katrina mengangguk,
"Benar. Bukan hanya sikap Karin yang berubah, suaranya juga!" sahut Katrina.
"Suara Karin...mirip suara... Widya. Ya Widya!" kata Katrina lagi.
"Benar. Aku pikir juga, suara Karin itu mirip suara Widya! Apa Karin meniru suara Widya? Tidak. Suara Karin tidak cempreng begitu!" Bella ke pikiran.
Dua orang gadis itu terdiam dengan hati penuh tanda tanya.
"Kita pulang saja!"
Dua orang sahabat Karin ini mengambil jalan samping, meninggalkan rumah keluarga Sasongko Wicaksono yang megah.
Mereka melihat para pembantu mengangkat barang-barang dari mobil Van.
"Itu kan barang-barang Karin?"
Bella dan Katrina ingat. Karin punya tas bag besar bertuliskan namanya. Sebelum berangkat bulan madu, tas itu kemaren di bawa Karin dari rumahnya.
"Letakkan semua tas itu di depan kamar nona Widya!" kata kepala asisten rumah tangga keluarga Sasongko.
Bella dan Katrina tercengang. Karin dan Garin Anggara pindah ke rumah keluarga Sasongko!
Bella dan Katrina sampai di rumah Karin.
"Kita pindah saja dari rumah ini. Karin sudah tidak menganggap kita teman lagi!"
"Benar. Aku khawatir, dia akan mengambil rumah ini lagi dan meminta yang yang telah dia berikan!" Bella berkata dengan hati was-was.
"Untunglah kita tidak menghabiskan uangnya!" kata Katrina.
Mereka berbenah-benah. Mengepak barang, siap untuk pindah.
***
Satu Minggu setelah Widya meninggal. Karin alias Widya datang ke rumah Karin. Bella dan Katrina sudah tidak ada.
"Baguslah mereka pergi!"
Widya masuk rumah Karin.
"Pintunya tidak di kunci. Huh dua orang itu memang sembrono!" Widya mengomel.
"Siapa itu?"
Widya terkejut mendengar suara pergerakan di kamar Karin.
Seseorang keluar dari kamar Karin.
"GARIN?!"
"Kenapa kamu di sini?" Widya terkejut.
"Kamu juga kenapa ke sini?" Garin juga kaget.
"Oh...aku mau mengambil laptop Karin!"
"Ayo sini!" Garin Anggara menarik Widya ke kamar. Membawanya ke ranjang.
"Garin... kamu mau ngapain?" Widya bingung. Tiba-tiba suaminya memaksanya masuk kamar.
"Bulan madunya kita sambung di sini!"
"Ohh... Hahaha!" Widya tertawa senang. "Aduh!" kepala Widya terantuk kepala ranjang.
"Widya... kamu kenapa?"
Widya pingsan.
"GAWAT!" Garin panik. Dia menyiapkan ikat pinggangnya mengikat tangan Widya. Takut Karin yang masuk dan berontak lagi seperti yang sudah-sudah.
Mata Widya terbuka. Itu bukan Widya. Itu Karin!
Garin sudah hapal. Dia cepat-cepat menutup bibir Karin dengan ciuman intens.
Katrin berontak. Garin Anggara tidak peduli. Tangan Garin Anggara bergerak cepat masuk ke bawah sana, merobek segi tiga pengaman putih mungil itu.
Mata Karin terbelalak. Dia tidak bisa melawan. Garin Anggara memasukkan barangnya secara paksa. Memberikan hentakan demi hentikan. Karin berteriak kesakitan. Garin Anggara tertawa senang. Dia dengan rakus menggigit bagian empuk di dada Karin. Karin hanya bisa menangis. Pria itu kembali memperkosanya.
Garin Anggara tersenyum puas, dia telah menjadikan Karin budaknya.
***
Sementara itu, di kerajaan Ankara, Turki, kerajaan gaib ratu Mustika.
Karin setelah mengalami hal yang buruk dengan tubuhnya, Karin bersemedi. "Untuk sementara aku tidak kembali pulang ke tubuh ku!"_ Karin jera dijadikan alat pemuas nafsu Garin Anggara lahir batin.
Ratu Mustika pamit pergi bertapa. Tidak tahu di mana tempatnya dan sampai kapan dia pergi. Tapi sebelum dia pergi, ratu mustika menempatkan di ruang perpustakaan. Hal itu sesuai dengan permintaan Karin sendiri. Di sini dia tidak tahu apa yang harus dia kerjakan. Di luar istana inipun Karin merasa tidak aman.
Di perpustakaan ini, Karin bisa menyalurkan hobinya membaca.
Untungnya dulu sewaktu masih sekolah Karin menyukai bahasa Turki. Jadi dia bisa membaca lembar lembar bacaan yang tertulis di tulang dan daun lontar.
"Mereka tidak menulis buku di kertas!"_ Krim kesulitan membuka buku yang sudah di bandrol dan dibuka dengan kata sandi. Tetapi masih ada buku yang bisa di baca. Buku ringan dan mungkin tidak di sukai oleh para penghuni istana ini.
"Buku Menaklukkan Hewan Peliharaan"
'Tidak apa-apa. Daripada tidak ada yang bisa di baca!"_
Entah berapa lama Karin di tempat ini. Di istana ini tak punya waktu. Siang atau malam tak ada bedanya.
Tempat ini selalu terang, hangat dan nyaman. Karin betah tinggal di sini.
"Aku sekalian belajar!"_ Karin membuat alasan itu ke ratu Mustika.
Tidak ada masalah!
Tapi masalah datang setelah ratu pergi.
"Apa kamu percaya kalau dia sahabat ratu dari negeri Jiran? Hah. Hanya gembel pengemis pencuri penipu!" kata Dayang utama istana ratu dengan wajah iri.
"Kalau begitu kurung saja dia di kandang hewan peliharaan!" jawab dayang ketua.
Dayang lain berkata dengan wajah pucat,
"Bagaimana kalau ratu menanyakan dia?"
"Ratu tidak tahu. Dia sedang menyepi tanpa batas waktu!"
"Hahaha! Baguslah itu. Kita jadikan saja dia budak!"
"Dia memang budak hina!" sahut temannya.
"Tunggu apa lagi! Mari kita siksa dia!" dayang itu menghentakkan cambuknya ke udara, terdengar bunyi menggelegar memekakkan telinga. Dia dayang utama, kesaktiannya tidak di ragukan lagi.
"Kamu jangan membuang tenaga, serahkan saja dia ke Goligo (hewan gaib berbentuk burung elang berkepala naga berwarna biru)!"
"Hahaha! Benar itu. Kita tidak boleh membuat ratu curiga. Kalau dia mati karena Goligo, siapa yang bisa di salah kan?!'
Para dayang itu tertawa. Mereka mengkhayal menyiksa Karin.
"Aku tidak sabar menyiksa manusia hina itu!"
"Iya aku juga!"
Para dayang itu berbisik membuat rencana.
"Sekarang kita singkirkan manusia budak itu!" mereka bersepakat.
"Entah kenapa baginda ratu menyukai manusia itu?"
"Iya. Ratu juga memberi dia tempat istimewa!" sahut dayang lainnya.
Empat orang dayang berwajah seram masuk perpustakaan.
"SINGKIRKAN BUDAK ITU DARI SINI!"
Para dayang di luar kandang tertawa gelak.
"Ha-ha-ha. Manusia tidak tahu diri. Sekarang dia rasakan keganasan Goligo!"
"Ha-ha-ha! Aku tak sabar melihat dia dikuliti!"
"Iya. Aku mau tahu apa Goligo menyukai persembahan kita ini!"
"Kita lihat saja!"
Para dayang itu mencari tempat duduk yang strategis.
Melihat ke kandang raksasa itu seperti menonton di gedung bioskop.
Di dalam kandang,
Karin merasa aneh.
"Siapa mereka? Mengapa mereka mengikat ku seperti ini?" Karin merasa perih menggigit pada tangan dan kakinya.
"Tali apa ini? Sial! tali ini membuatku kehabisan tenaga!"_
Karin berusaha. melepaskan diri. Tidak bisa. Tali gaib itu terlalu kuat.
Tiba-tiba Karin merasakan perubahan suasana di sekitarnya.
Karin tidak paham berada dalam kandang. Dia seperti berada dalam gelembung raksasa, luasnya tak berbatas dan tingginya tak terukur.
"Tempat apa ini?! Hutan! Di sini ada hutan?" Karin bingung kenapa tiba-tiba dia berada di hutan lebat. Memang aneh. Kandang itu berubah menjadi hutan mayapada yang maha luas. Pohonnya tinggi-tinggi dan besar-besar.
"SRAKK SRAPP!"
Karin merasakan kibasan angin besar di udara.
"APA ITU?!"
Karin ketakutan setengah mati. "Burung Raksasa!"
Seekor burung raksasa berwarna biru dan berkepala Naga terbang cepat dari ketinggian menuju belukar tempat Karin berada.
"TIDAK!"
Karin ingin bersembunyi,tali apa daya, dia kehilangan tenaga.
Karin mengingat dengan cepat, dari kitab di perpustakaan tentang makhluk mitologi raksasa
"Itu Goligo, sejenis burung Garuda dengan Naga, berwarna biru. Menurut hikayat Goligo itu berasal dari telaga biru gunung berapi. Goligo berumur 300 tahun, makhluk ini merupakan hewan tunggangan ratu Mustika. Ya Tuhan! Makhluk itu ingin menerkam ku! Apa mereka menjadikan aku makanan burung itu? Keterlaluan, Ratu Mustika berjanji melindunginya hingga Zaenab kembali, tapi mereka malah menjadikan santapan rohani makhluk itu. Tidak. Aku harus melakukan sesuatu...!"
Karin memejamkan mata, membaca mantra.
Goligo terbang rendah siap menerkam Karin.
Di luar kandang, para dayang tegang. Goligo sudah lama tidak di beri makan.
"Lihat, Goligo mengendus-endus budak itu?'
"Ha-ha-ha! Goligo pasti senang mendapatkan jiwa dari luar!"
"Kalau dia suka, dia akan menghisap jiwanya, namun bila tidak, dia akan mencabik-cabik jiwa budak itu, hingga dia tidak bisa kembali ke dunia manusia!" jelas dayang utama.
"APA YANG TERJADI!!;"
Mereka berhenti tertawa,
Mereka berharap Galigo segera memakan Karin.
Tidak terjadi.
Galigo mematuk -matuk tangan dan kaki Karin, tapi bukan untuk memakannya, melainkan untuk melepas ikatan pengikat gaib itu.
"Galigo membebaskan budak itu!"
Para dayang itu terkejut tak percaya,
"Mengapa bisa begini?"
"Dia menaklukan Galigo!"
"Hey lihat... budak itu.... dia naik ke punggung Galigo?"
"Apa yang terjadi? Apa dia penakluk hewan?"
"DIA PENAKLUK HEWAN!"
Penakluk hewan adalah keahlian terhormat di negeri itu. Seseorang yang memiliki kemampuan penakluk hewan di beri penghormatan dan menjadi penasehat raja/ratu.
Mereka membuat kesalahan.
"Tidak. Ratu pasti akan menghukum kita!"
Para dayang itu ketakutan, tapi mereka tidak berani masuk kandang itu, salah-salah malah mereka yang di makam oleh Galigo
"Orang itu... dia mengambil Galigo!"
kata dayang itu dengan penuh penyesalan.
Tidak ada orang yang bisa menaiki Galigo, selain ratu Mustika. Sekarang hewan itu dinaiki orang lain. Berarti dia adalah pemilik baru Galigo!
"Demi alam semesta, sekarang aku mengerti... mengapa ratu mengistimewakan dia!" Dayang itu berkata dengan air mata.
"Galigo... bawa aku pergi dari sini!"
"KUAAKK!" Galigo menjawab dengan kepakan sayap.
Detik berikutnya, Karin sudah berada di atas hutan mayapada itu, lalu pergi meninggalkan istana ratu Mustika.
Para dayang itu duduk berlutut di tanah. Menangis. Penyesalan mereka tiada guna. Setelah ini mereka akan menerima hukuman dari ratu Mustika. Mereka mungkin akan dijadikan budak, lebih buruk lagi, mereka akan menjadi santapan rohani hewan lainnya.
Di luar istana, para pengawal kerajaan menolak kedatangan Zaenab.
"Ratu sedang tidak ada! Kami tidak diperkenankan menerima tamu!"
Para pengawal itu tidak tahu dengan kejadian di istana.
Mereka tidak tahu kalau Karin telah mengambil alih tunggangan ratu. Seluruh penghuni istana itu dalam masalah. Mereka semua akan di hukum.
Zaenab meninggalkan gerbang istana. Dia berdiri di tepi danau, ambang batas alan manusia dan alam gaib.
"APA ITU?"
Zaenab terperanjat
"Burung Naga!" Zaenab panik. Galigo terbang menuju ke arahnya.
"KAK ZAINAB!!!"
Karin melompat turun dari Galigo.
"KARIN!" Zainab sepert bermimpi. Karin naik burung Garuda itu!
"Kak Zainab...ayo kita pulang?"
"Apa?!" Zainab gugup. Karin tertawa.
"Kita bisa pulang sekarang!"
"Tidak. Kita tidak pulang!"
"Kenapa?" Karin bingung.
"Aku mendapatkan tubuh untukmu!"
"'Tubuh untukku!" Karin gembira. Hari ini dia mendapatkan dua kegembiraan, mendapatkan tubuh baru dan kendaraan untuk pulang.
"Kak Zaenab... Aku minta permata zamrud mu?"
"Untuk apa?" Zainab bingung
"Berikan saja!"
"Baiklah!" Zainab memberikan cincin zamrud miliknya.
Karin berkata ke Galigo
"Galigo. Masuklah ke sini!"
Galigo mengepakkan sayap, selanjutnya makhluk gaib itu berubah menjadi asap masuk ke cincin zamrud di jari Karin.
"Sekarang... kamu yang masuk ke cincinku, kita rumah sakit!"
Karin melompat masuk ke cincin Zainab.
***
Medicana International Ankara, Turki.
Zaenab tiba di ruang perawatan intensif.
Selama beberapa hari di Ankara, Zaenab memutuskan kursus menjadi perawat orang sakit di rumah. Dia berkesempatan merawat pasien di Medicana International.
Di sanalah dia berkenalan dengan keluarga Alara Yilmaz. Keluarga Yilmaz merupakan salah satu keluarga kaya di Turki. Selain kaya keluarga ini juga terkenal.
Sayangnya nama baik keluarga ini sedikit tercoreng karena salah seorang putri mereka berusaha bunuh diri.
Alara Yilmaz, 23 tahun, terlahir sebagai gadis cantik yang pendiam. Tunangannya Zein Heflin, memutuskan pertunangannya setelah sembuh dari koma akibat kecelakaan.
(Pada bab sebelumnya, Karin Bertemu dengan Zein Heflin dalam mimpi. Zein Heflin tersesat, mengikuti Karin hingga ke Indonesia. Nyonya Ana, Ibunda Karin, mengembalikan Zein Heflin ke Turki).
Alara Yilmaz yang lemah hati minum racun. Nyawanya hampir meninggal kan raganya. Zaenab datang tepat waktu. Tiga menit setelah dinyatakan meninggal, Alara Yilmaz bangkit kembali.
Nyonya Mumtaz Yilmaz, ibundanya Alara Yilmaz melompat dari kursinya saat melihat putrinya yang cantik membuka kain putih yang menutupi wajah Alara Yilmaz.
Vous aimerez peut-être aussi
Commentaire de paragraphe
La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.
De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.
OK