Ardina terus menarik tangan pelayan Asmodeus menjauh dari tuannya yang jahat itu.
Suara Asmodeus masih terdengar di telinga Ardina walau jarak kami sudah sangat jauh menelusuri tiap ruang dalam istana yang cukup megah namun sangat aneh.
"Sekarang bilang sama gue, kemana arah kamar gue?" Tanya Ardina berhenti sejenak. Ia perhatikan pelayan Asmodeus dengan jarak sedekat ini. Di depannya, mata Ardina disungguhi wajah cantik berkulit putih. Rambut yang hitam legam dan tebal. Ia sangat cantik, kecantikannya di atas rata-rata dibanding dirinya yang introvert dan susah bergaul.
Dan ia tidak pernah habis pikir, kenapa Asmodeus malah suka sama dia dibandingkan wanita cantik ini.
"Kita nanti belok ke kanan di depan sana." Tunjuknya lalu menunduk, ia sangat pemalu saat matanya bertemu pandang dengan mata Ardina. Ia merasa tidak perlu ia bersikap malu-malu seperti itu, sebab gadis itu mempunyai kecantikan yang sangat sempurnya walau kulitnya terlihat pucat.