Rani tergelak tanpa suara. Menyambar satu helai tisu di meja dan mengusap pipi Aneska. "Dasar."
"Ran, mau gendong Rhi dong."
"Yakin nggak berat, Nes? Anak aku kelewat montok ini." Rani membantu Rhi duduk di pangkuan Aneska.
"Nggak kok." Rhi ini anteng, tidak gampang rewel. "Udah sana, pualng. Rhi gue culik."
"Enak aja." Rani kemudian merebahkan tubuh di sebelah Aneska.
"Baru balik jaga malem?"
"Ho'oh."
"Terus ngapain ke sini?"
Rani mendongak, menatap Aneska. "Takut dipecat jadi sahabat."
Percakapan mereka diinterupsi oleh Ari yang masuk membawakan secangkir kopi untuk istrinya. Lucu kalau diingat bagaimana dulu bucinnya Rani ke Ari. tapi sekarang, sepertinya terbalik. Ari yang terlihat mengambil peran sebagai bucin dalam hubungan mereka. Apalagi kehadiran Rhi menambahkan kebahagiaan. Ari sekarang menjadi cinta pertama untuk Rhi.
Siapa yang akan menyangka jika mereka memiliki ujung yang membahagiakan seperti ini?