Chapitre 83: 29. Senja Tanpamu (2)

Semilir angin menerpa poninya yang sudah memanjang. Hangat sinar matahari sore jatuh di wajahnya. Yang beberapa hari terakhir terlihat lelah dan kurang tidur. ada lingkaran hitam di bawah mata. Meski dia memaksa mata terpejam, tetap tidak bisa.

Bisingnya rumah sakit tertinggal jauh di bawah sana. Sirine ambulans yang baru datang terdengar samar. Tidak hanya satu. Sepertinya pasien darurat. Ramai sekali di bawah sana. Tapi masih kalah ramai dengan bising di hatinya.

Di sini sepi dan nyaman. Jauh dari semua orang. Hanya ada semilir angin dan sinar matahari yang hendak tenggelan. Sesaat, dia bisa melepas penat. Dan air mata yang dua hari dipaksa berhenti, sekarang meluncur deras. Kedua tangannya meraih pegangan besi di pembatas atap, agar dia tidak luruh ke lantai.