Tatapan Jihan tak lepas dari Jeon. Semakin dipandang semakin terlihat jika bayi itu mirip dengan Jonathan. Jeon terlihat sangat tenang, padahal matanya saat ini tengah terbuka. Seolah-olah Jeon bisa mengerti arti tatapan Jihan. Bayi yang begitu menggemaskan dan tidak berdosa. Yang bersalah adalah Jonathan sehingga Jihan tidak berhak menghukum bayi itu.
Semakin lama ditatap, pandangan Jihan semakin buram. Matanya terasa sangat panas dan sudah tidak kuat menahan semuanya. Tetapi, sungguh malu Jihan jika harus menangis di sini. Alhasil Jihan mendongakkan kepalanya, berharap air itu masuk ke matanya lagi. Jihan terlihat begitu menderita dan terpukul. Dia mengorbankan segalanya demi Jonathan. Bahkan dia menantang orang tuanya yang tidak menyetujui hubungan mereka. Sekarang ini yang didapatkan hanyalah kekecewaan.